2. Arkana Aldebaran Carollino

1048 Words
Di perusahaan tambang emas dan juga batu bara, Carrolino Cooperation. Terlihat seorang wanita berusia awal lima puluh tahunan sedang berdiri di ruang CEO, menatap sosok lelaki tampan yang sibuk menandatangani berkas-berkas kerjasama dengan perusahaan lain yang ada di seluruh dunia. Wanita itu mendengus, merasa diabaikan oleh putranya sendiri dan tidak dihiraukan keberadaannya oleh sang putra. Lelaki itu merasa risih ditatap secara intens sedari tadi, lelaki itu mendongak menatap mommynya yang kini memicingkan mata menatapnya. "Mom, kenapa kau menatapku seperti itu?" kesal lelaki itu dengan kelakuan mommynya. "Arkana Ivander Aldebaran Carrolino , berapa umurmu sekarang?" tanya sang mommy menyilangkan kakinya. "Baru dua puluh empat tahun, kenapa? Mommy lupa umur putra tunggal Mommy sendiri? Ckck sungguh menyedihkan," ucap Arka menatap sebal mommynya. Wanita itu memutar bola matanya jengah, Paramita Carollino atau yang sering dipanggil Mitha istri dari Ivander Carollino. "Mommy ingin kamu menikah Arka, anak-anak temannya mommy sudah pada menikah. Mereka seumuran dengan kamu loh," ucap mommy Arka dengan sedih. Arkana hanya mendengus mendengar penuturan dari sang mommy, lelaki itu tahu kedatangan mommynya ke Jepang bukanlah tanpa alasan. Mita pasti akan meminta Arkana untuk secepatnya menikah. "Mom, please. Arka ingin meningkatkan usaha Granpa dulu hingga perusahaan lain tidak ada yang berani mengangkat kepala mereka di hapadan keluarga Carrolino lagi," ucap Arka memegang tangan mommynya. "Kamu memang hebat, Mom dan Dad bangga padamu Son," ucap mommy Arka mengelus kepala Arka. "Baiklah son, mom akan pulang ke Indonesia. Mom sungguh tidak betah berada di sini," katanya mencium kening Arka. "Mommy akan pulang ke Indonesia kapan?" tanya Arkana. "Nanti malam setelah daddy selesai menemui salah satu kliennya. Ah, jangan mereject panggilannya, kamu kejam sekali dengan tunanganmu," keluh Mitha kepada Arka. Arka hanya terdiam, enggan menjawab ucapan mommynya. Bukan karena Arka tidak punya alasan, tapi karena malas harus berdebat dengan mommynya dengan alasan yang sama. Mitha berdiri, matanya menatap sebuah figura foto seorang wanita yang sangat cantik bermata biru laut. Kimmy, kekasih putranya yang telah meninggal karena kecelakaan. "Mom harap kau bisa melupakan Kim, biarkan dia tenang di sana," ucap Mitha sebelum menutup pintu kerja Arkana. Arkana terdiam, matanya menatap poto itu dengan miris. Andai saja, ya andai saja waktu bisa diputar, dia pasti akan bahagia bersama kekasihnya sekarang. Wanita cantik yang hidup di panti asuhan milik keluarganya. "Aku akan menemuinya," lirih Arka mengelus figura foto itu dengan tatapan nanar. Dia menelpon sekretarisnya untuk membatalkan semua jadwalnya hari ini. Arka meminta sang sekretaris membelikan sebuket mawar merah kesukaan wanitanya. * Arka berjongkok di depan makam bertuliskan Kimberly Anthonio, dengan lembut dia membelai nisan itu. "Aku kemari Kimmy, aku merindukanmu," lirih Arka tersenyum masam membayangkan masa lalunya dengan wanita itu. Arka telah merelakan kepergian Kimmy, berharap wanita itu lebih bahagia bertemu dengan keluarganya yang lain di surga. "Kamu tau, aku seperti melihatmu hidup kembali pada diri wanitaitu. Pertemuan pertamaku denganmu, seperti diulang lagi dengannya. Dia wanitayang sangat lucu, manik matanya berwarna coklat gelap membulat sempurna saat terkejut," ucap Arka menceritakan pertemuannya dengan seorang wanita yang menurutnya sangat lucu. Bayangan Arka kembali pada sosok Valeria yang menabraknya tanpa sengaja di sebuah galery pameran lukisan, es krim wanita itu tumpah di jas mewahnya tanpa sengaja dan Arka mengatai Valeria dengan pedasnya. "Astaga, aku mengatainya ... bitch." Arka menjambak rambutnya frustasi, kenapa dia bisa sekasar itu pada wanita yang baru saja dia temui. Apalagi wanita itu berasal dari negara yang sama dengan ibunya. Bisa habis nyawanya jika ibunya tau dia menghina wanita setumpah darah denga dirinnya. "Maafkan aku Kimmy, aku akan mencarinya untuk meminta maaf. Aku akan meneimu lagi nanti," pamit Arka meninggalkan makam Kimberly. Lelaki itubingung harus mencari wanita itu kemana, bahkan dia tidak tau siapa wanita itu. Sekretaris pribadi Arka membukakan pintu untuk Arkana, "Evan, cari daftar pengunjung galery pameran lukisan tempo hari dan cari tahu siapa yang menumpahkan es krimnya di jasku," perintah Arkana diangguki Evan. Akhirnya Arkana memutuskan untuk makan siang di restaurant yang menyajikan menu Indonesia dengan nuansa danau buatan namun sangat asri. Pelayan datang menunjukkan menu makanan mereka dan mencatat pesanan Arkana dan Evan. "Aku ingin nasi goreng seafood dan jus melon," ucap Arka pada pelayan itu. Lelaki itu sungguh merindukan masakan Indonesia, entah kapan lelaki itu kembali ke Indonesia. Arkana hanya malas jika kepulangannya malah menjadi alasan untuk seluruh keluarganya mempercepat pernikahannya dengan wanita pilihan mereka. Setelah pelayan itu mebungkuk undur diri, Arka berdiri untuk berkeliling restoran. Matanya menatap sosok yang dia cari tengah berdiri di pojok ruangan dekat dengan danau, rambut hitamnya dikuncir dengan menyisakan poni bergerak seirama dengan angin yang menerpanya. Valeria merentangkan tangannya, dia memejamkan mata menikmati angin yang berhembus. Hanya ini yang bisa dia lakukan ketika sejam yang lalu dia mendapat telpon jika Velove sudah menyandang nama Corlyn di belakang namanya. "Maaf Sir, pesanan Anda sudah siap," ucap pelayan itu membuat Arka menoleh. "Kau mengenal wanita itu?" tanya Arka menunjuk Valeria di sana. "Namanya Nona Valeri, dia biasa mengisi acara musik di sini. Yang saya ketahui dia baru saja menyelesaikan pendidikan magisternya di Tokyo Univercity lewat beasiswa," jawab pelayan itu mengikuti arah pandangan Arkana. "Beasiswa?" tanya Arka memastikan. Apakah wanita itu benar-benar pintar hingga menerima beasiswa di Tokyo University? "Ya Sir, selain dia wanita yang cantik dan baik Nona Valeria juga sangat berbakat. Sayang sekali, seperti Nona Valeria sedang ada masalah," ucap pelayan itu membuat Arka mengerutkan keningnya. "Masalah apa?" tanya Arkana penasaran. "Untuk itu saya tidak tahu pastinya Sir, saya terkadang melihatnya menangis ketika melantunkan permainan pianonya. Kadang dia menyendiri di tempat itu, itu tempat favoritnya," jelas pelayan itu. "Baiklah Sir saya permisi, silahkan menikmati makan siang Anda," ucap pelayan itu pergi meninggalkan Arka yang masih termangu dengan ucapan pelayan itu. Mata Arka tidak lepas dari sosok Valeria, punggung wanita itu bergetar. Sepertinya wanita itu sedang menangis. Ingin sekali Arka menemui wanita itu dan bertanya mengapa mata indah itu mengeluarkan air mata. Seorang lelaki datang memeluk Valeri dari belakang, dan itu membuat Arka terkejut. Entah mengapa rasa panas menjalar di hatinya. Siapa lelaki itu? Bukankah lelaki itu yang datang bersama Valeria di galery pameran kemaren? "Sir, saya sudah mengetahui nama wanita itu dari daftar pengunjung galery hari itu. Namanya,-" "Valeria, namanya Valeria. Sangat cocok untuk wajah asianya yang sangat cantik dan memikat hati," ucap Arkana membuat Evan menghendikkan bahunya bingung dengan tingkah laku bosnya. Kalau sudah tahu namanya, kenapa juga Arkana meminta Evan mencari tahunya? Bosnya memang ahli sekali memberikannya pekerjaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD