3.Penggalangan Dana Panti Asuhan

1070 Words
Lelah! Itu yang dirasakan Valeria saat ini, mondar-mandir ke sana kemari tanpa peduli peluh membasahi dahinya. Hari ini adalah hari dimana sekolah musik yang dia bangun dengan beberapa temannya akan mengadakan sebuah pertunjukan guna memperoleh dana yang akan disumbangkan ke sebuah panti asuhan yang sudah sepi donatur di kota besar itu. Sedari tadi Valeria tidak henti-hentinya mengintruksikan pada beberapa pekerja agar semua yang disiapkan tidak ada kekurangan apapun hingga para investor mau dan bahkan bersedia menjadi donatur tetap panti asuhan itu. "Istirahat dulu Valeri, nanti kamu bisa pingsan," ucap Rio yang ikut membantu persiapan acara amal ini. "Tidak Rio, acaranya nanti malam. Dan ini baru tujuh puluh persen saja," jelas Valeria menguncir rambut panjangnya asal. Rio berpikir sejenak. 'Bagaimana caranya agar persiapan ini selesai tepat waktu?'. Sebuah ide melintas di pikirannya. "Aku akan menelpon Seun untuk membantu kita," ucap Rio membuat Valeri menyerngitkan keningnya bingung. Seun? Bukankah itu pegawai wanita Rio yang bekerja di club miliknya? "Jangan, kamu sunggu bos yang gila. Aku yakin dia baru pulang pukul tiga dini hari dan kamu akan menelponnya lagi di jam sembilan ini? Astaga Rio, bahkan perusahaan besar keluargaku saja tidak memperlakukan pegawai mereka seperti itu," ucap Valeria membuat Rio mendengus kesal. Huhh, lagi-lagi Valeria membahas perusahaan keluarganya. Jika memang mereka sehebat itu kenapa tidak mereka saja yang menjadi donatur panti asuhan itu. "Oke baiklah, kita akan berusaha sebaik mungkin untuk acara ini. Ayo kita bekerja keras menyelesaikannya," ucap Rio menyemangati mereka yang ada di sana. Kini mereka sudah larut bersama para pegawai lainnya. Mereka saling membantu gotong royong mempersiapkan acara amal dengan sebaik mungkin. Di sisi lain, Arkana sedang berbicara serius dengan anak buahnya. Lelaki itu menggebrak meja kerjanya dengan kasar hingga membuat lelaki yang kini berada di hadapannya menunduk ketakutan. "Apa kau tidak bisa menjalankan tugasmu? Kenapa panti asuhan itu tidak digusur juga hah?" tanya Arka geram "Maaf Air, tapi panti itu masih aktif. Ada seseorang yang membantu panti itu masih tetap berjalan sampai sekarang," jelas Mr.John, kepala pembangunan proyek terbaru Perusahaan Carollino yang diberikan tugas mengurus panti asuhan itu. "Aku tidak peduli siapapun dia, yang jelas tanah itu adalah milik keluargaku. Aku ingin membangun anak perusahaan lagi di sana. Kau bisa mengurus perpindahan mereka ke panti asuhan lain atau ke panti asuhan milik keluargaku, aku akan menanggungnya," jelas Arkana dengan matanya berkilat marah. "Baik Sir, saya akan usahakan untuk anda," ucap Mr.John membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan Arkana. Setelah Mr.John pergi , dering telepon membuat Arkana menggeram kesal. Siapa lagi yang mengganggu jam kerjanya. "Hallo?" "Arka, kapan kamu akan pulang ke Indonesia? Aku ingin bertemu denganmu," ucap seseorang di seberang sana. "Risha, ini masih jam kerja. Kamu bisa menelponku lagi nanti," kesal Arkana menutup telepon dari wanita yang telah dijodohkan dengannya, wanita bernama Rishana Manggalanegara, salah satu putri keturunan ningrat. "Apa kamu tidak merindukan tunanganmu ini?" tanya Risha tidak kalah kesal dengan Arka. Mereka ditunangkan lima bulan yang lalu, itupun karena pemaksaan kedua belah pihak keluarga. Tapi Arka tidak menginginkan pernikahan itu, hingga dia mengancam akan memilih keluar dari keluarga besarnya jika ada dari salah satu keluarganya memaksakan kehendak mereka. Mita sang ibu sudah menjelaskan, Rishana adalah anak dari kakak Mitha. Jelas itu bukan kakak kandung, Mitha hanya anak adopsi yang keluarga Manggalanegara temukan disebuah penggusuran panti. Maka dari itu, dia dan suaminya membuat panti asuhan yang akan menjamin hidup anak-anak bernasib sama seperti Mita. "Ya ya aku merindukanmu, sudah puas?" jawab Arka akhirnya membuat Rishana tersenyum bahagia. Rishana tahu, jika ucapan itu hanya omong kosong Arka untuk mempersingkat telepon mereka berdua. "Jika kamu memang sibuk, biarkan aku yang ke sana," ucap Rishana. "Terserah apa maumu Rishana," jawab Arka menutup telepon kantornya dengan wajah kesal. Benar kata sang mommy, Risha adalah anak tunggal yang dimanja keluarga besarnya. Tidak ada yang boleh menolak keingingannya. Jika tidak, mereka pasti akan menemukan Risha terbaring lemah karena tidak memakan apapun selama kemauannya tidak dituruti. "Wanita menyebalkan," keluh Arka. Arka menatap sebuah foto yang berada diatas mejanya, seketika itu pula amarahnya meredam. Foto itu adalah foto Kimberly, foto yang membuat Arka betah berada di dalam ruangan bernuansa dingin itu. Foto kekasihnya yang sudah pergi jauh. * Valeri terpekik senang, ternyata acara yang diadakannya didatangi banyak pengusaha dan musisi band terkenal yang ikut serta acara miliknya. Wanita itu tidak menyangka, di kota besar seperti ini ternyata masih banyak orang yang mempunyai rasa simpati yang tinggi. "Kita sukses Valeria," ucap Sarah teman kuliah Valeri menempuh magisternya, mereka hanya berbeda jurusan. Tapi Sarah termasuk sahabatnya dekatnya, mereka dipertemukan saat perkumpulan WNI yang ada di Universitas itu. "Terimakasih Sarah, kamu sudah banyak membantuku," ucap Valeri memeluk Sarah. "Sama-sama, murid di sekolah musikmu pun ikut andil dalam acara ini. Mereka luar biasa, jelas sekali bagaimana kehebatanmu mengurus sebuah bisnis." Valeria tersenyum dan mengangguk membenarkan ucapan Sarah. Meskipun sekolah musik yang Valeria dirikan tidak terlalu besar. Tapi kualitas didikannya bisa dibilang luar biasa dengan tenaga pendidik yang berwawasan sangat luas. "Nona, Ibu panti ingin menemui anda," ucap security mengalihkan tatapan Valeria dari pertunjukan drama musikal. Valeria mengikuti security itu, Valeria terkejut melihat janda pemilik panti terduduk lesu di depannya dengan punggung yang bergetar. "Ibu Han Yeong?" panggil Valeri membuat wanita paruh baya itu menoleh. Ibu Han memeluk Valeri dan terisak di pundaknya wanita itu. "Ada apa bu? Kenapa anda menangis seperti ini?" tanya Valeria. "Panti kita Valeria, panti yang aku bangun dengan suamiku akan digusur. Pemilik tanah itu menginginkan anak-anak panti pindah ke panti asuhan milik keluarganya. Tapi di sana kenanganku bersama suamiku, kami hidup bersama anak panti di sana," jelas Bu Han dengan isakan yang tak bisa ditahan. Valeria menggenggam tangan Bu Han, menenangkan wanita paruh baya itu. Valeria tahu, tanah itu telah berpindah hak milik. Adik ipar Bu Han menggadaikan sertifikat tanah itu dan tidak mampu melunasinya. Tanah itu dilelang oleh bank untuk membayar segala hutang adik ipar Bu Han. "Aku akan menemui orang itu," ucap Valeria membuat Bu Han terbelalak. Bu Han menggeleng, Bu Han telah mendengar banyak tentang lelaki pemilik baru dari tanah keluarganya. Sepak terjang lelaki itu sudah sampai ke telinga wanita paruh baya itu. Bu Han tidak ingin masa depan Valeria suram hanya karena melindungi panti asuhan miliknya. "Dia orang kaya, tidak akan mau mendengarkan kita orang miskin," isaknya ketakutan, menggelengkan kepalanya. Kita orang miskin? Rasanya Valeri ingin menangis saja, dia memilih pergi ke negara orang meninggalkan kemewahan yang keluarganya berikan. "Tidak semua orang kaya sombong Ibu, percayakan padaku," ucap Valeria meyakinkan Ibu Han untuk percaya padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD