Mungkin, Ini Adalah Sebuah Tanda

1154 Words
Suara berdebum beradunya punggung dan aspal membuat lelaki berumur sekitar 35 tahun meringis kesakitan. Bagaimana tidak jika bantingan yang tidak biasa itu membuat punggungnya hampir patah. Semua orang yang melihat adegan tersebut begitu takjub. Biasanya, mereka hanya akan bisa menonton adegan actiondalam tayangan di televisi atau di bioskop. Tapi sekarang, mereka bisa menyaksikan langsung tanpa embel-embel 'editan' dari sang ahli hanya untuk bisa terlihat meyakinkan bagi penonton. Namun kali ini benar-benar nyata di depan mereka. "Ampun... Ampun. Argh..!" Itu adalah suara lelaki berjaket hitam tak lain tak bukan, lelaki yang berlabel sebagai penjahat. Yang kini tangannya sedang dalam kuncian perempuan yang melawannya.Wajahnya memerah karena menahan sakit, pun dengan keringat yang keluar dari pori-pori wajahnya.Tak perlu seorang ahli dalam membaca raut wajah, orang awam pun tahu jika lelaki tersebut merasa kesakitan. Perempuan rersebutmemperhatikan anak-anak yang ikut menonton aksinya dengan berteriak menyemangati dirinya. Seringaian muncul dibibirnya, sampai ucapannya membuat anak-anak tersebut berteriak kegirangan. "Mau membantu Kakak?" tanyanya. Tanpa ada jawaban 'iya' dari anak-anak tersebut, lelaki tersebut telah dinaiki dan dipukuli oleh sekitar enam anak dengan sangat semangatnya. Dan si korban yang mendapatkan pukulan itu berteriak kesakitan sambil meminta tolong agar anak-anak tersebut menghentikan aksinya. Tapi tidak peduli dengan jeritan tersebut, anak-anak yang usianya sekitar tujuh sampai delapan tahun itu masih begitu asyik dengan kegiatannya, sampai sebuah interupsi membuatnya berhenti. "Sudah-sudah anak-anak, biar Bapak yang menghukum dia." dua orang berseragam polisi menghentikan aksi anak-anak tersebut dan memapah lelaki yang sudah terlihat memar-memar di wajahnya. Mereka menyingkir agar kedua polisi tersebut mudah mengeksekusi penjahat yang sudah tidak berdaya itu. Kemudian membawanya untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. "Terima kasih anak-anak." Kata perempuan cantik yang berjalan sambil menentang sepatu tingginya dan berhigh five kepada enam anak yang terlihat masih ngos-ngosan. "Kalian hebat." imbuhnya sambil mengacungkan kedua jempolnya kearah anak-anak tersebut. Dan disambut anggukan semangat dari mereka. Perempuan cantik itu merapikan blazer yang dipakainya dan mengambil tas mahal yang tadi dibawa lari oleh lelaki yang sekarang sudah berada ditangan polisi untuk diadili. Tidak memperdulikan jika beberapa orang tengah memotretnya. Kaki jenjangnya yang tanpa alas melangkah menghampiri wanita paruh baya yang juga mendekatinya. Sejujurnya, orang-orang yang berada di sana kagum dengannya, bagaimana bisa seorang perempuan bisa bergerak selincah itu.Tapi tentu saja mereka hanya diam dengan pikiran mereka sendiri. "Milik ibu?" tanyanya dengan sopan. Bibir tipis yang diolesi lipstik warna pink itu tersenyum manis. Rambut yang tergerai melayang-layang tertiup angin. Meskipun wajahnya terlihat berkeringat, tapi tak melunturkan kecantikannya.Orang tidak akan menduga jika gadis itu pemegang sabuk hitam taekwondo jika melihat wajahnya yang terlihat kalem dan lembut. "Iya. Terima kasih ya,Nak." kata wanita tersebut sambil menerima tasnya. Tentu sang pemilik tas masih mengagumi perempuan cantik di depannya. "Sam setelaha-sama,Bu. Ibu cek dulu saja, siapa tahu ada yang hilang." wanita paruh baya itu langsung membuka tasnya dan mengecek isinya. Dan senyumnya merekah ketika tahu tidak ada satu barang oun yang hilangdari dalam tasnya. "Alhamdulillah, masih utuh kok,Nak." Jawab wanita tersebut dan terlihat kelegaan di wajahnya. Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Syukurlah kalau begitu, Bu. Lain kali tolong hati-hati, soalnya banyak orang jahat berkeliaran." sarannya. Dan bisa dibayangkan bagimanacerahnya wajah wanita paruh baya itu mendapatkan 'wejangan' dari harinya. Cantik, terlihat dewasa, dan mengagumkan. Katanya dalam hati. "Iya Nak. Terima kasih banyak ya, sudah membantu ibu." Senyum wanita paruh baya itu tak luntur sedikitpun dari bibirnya. "Sama-sama, Bu. Kebetulan saya memang sedang ada urusan di daerah sini. Kalau begitu, saya permisi dulu, saya harus kembali ke kantor." gadis itu menganggukkan kepalanya sopan, sedangkan wanita paruh baya yang di tolongnya mengangguk dan membiarkan gadis itu melangkah menjauhinya. Bahkan sampai perempuan muda itu masuk ke dalam mobil, wanita paruh baya itu  masih berdiri di sana. Masih kagum dengan gadis langsing bak model tersebut. °•°  Kiev sedang menekuni beberapa dokumen perusahaan di ruang kerjanya. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, tapi dia belum beranjak dari kursi kebesarannya untuk sekedar mengisi perutnya. Dia sempat meninggalkan meja kerjanya untuk menjalankan kewajibannya selama beberapa menit saja dan kemudian kembali meneruskan pekerjaannya. Benar-benar gila kerja. Pintu ruangannya di buka oleh wanita paruh baya yang menenteng paper bag. Merasa jika tidak perlu permisi untuk masuk ke dalam ruangan yang memang sering dimasukinya. Kiev juga masih menekuni pekerjaannya, sama sekali tidak terganggu karena kedatangan wanita tersebut. "Mama tadi habis kecopetan." kata wanita itu santai seolah informasi yang disampaikannya tak terlalu penting. Dalam hitungan detik, Kiev mengalihkan pandangannya dari berkas yang di tekuninya ke arah sang bunda.Tak lama,matanya meneliti keadaan sang bunda. "Mama nggak papa?" tanyanya dengan nada khawatir. Ibunya hanya menggeleng dan tersenyum ala peri, membuat Kiev mendesah lega. "Syukurlah. Lagian Mama dari mana sih?" tanya Kiev dengan mata menatap lekat sang ibu. Dia sudah berpindah duduk di sofa ruangannya. Bahkan pria itu tak bereaksi saat ibunya memberi isyarat untuk segera melahap makanannya. Penjelasan ibunya lebih penting menurutnya. "Makan dulu." Begitu perintah sang ibu. "Jelasin dulu, Mama dari mana? Mama kan bisa nunggu aku kalau mau belanja, biar aku temeni." kata Kiev dengan nada yang tidak biasa. Sang ibu hanya mengedikkan bahunya tak acuh, membiarkan anaknya yang sebal setengah mati. "Mama ditolongin sama cewek yang keren banget.” Mulainya. “Masa ya Kiev dia bisa ngalahin pencopet dengan sekali tendang." jawab sang ibu dengan mata berbinar. "Kamu tahu Kiev, dia cantik, kerja di kantoran juga, dan yang paling keren, dia gadis yang bisa buat Mama berpikir untuk menjadikan dia mantu Mama.” Kalimat itu tentulah membuat Kiev mengernyit aneh. Namun tak membuat Kiev terpancing. “Mama beneran salut banget sama dia. Mama nggak nyangka ada cewek sekeren itu." pujinya dengan semangat. Lupa sudah dengan pertanyaan putranya yang juga sedang menunggu jawabannya. "Mama, please." kata Kiev putus asa. Tidak tahukah jika putranya begitu khawatir kepadanya. Ibunya ini benar-benar. "Ok. Ok. Aduh, anak mama yang ganteng," katanya dengan mencubit pipi anaknya gemas, sedangkan Kiev hanya memasang wajah malasnya. Memangnya dia anak berumur lima tahun apa dicubit-cubit begitu? gerutunya dalam hati. "Mama tadi itu iseng mau beli jajanan pinggir jalan, depan pasar tradisional, kamu kan suka banget sama lemper. Dan Mama tahu di sana ada jajanan itu, jadi mama mau belikan buat kamu. Tapi belum juga Mama beli, udah kecopetan. Tapi syukurlah cewek itu nolongin Mama." jawab ibu Kiev panjang lebar. Mengingat adegan action yang tersaji tepat di depan matanya beberapa saat lalu. "Sekarang makan ya anak mama." kata sang ibu dengan nada gemas. Kiev hanya mengangguk dan memutar tubuhnya untuk menghadap dimana makanan itu tersaji. Memulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Makanan buatan ibunya memang selalu enak baginya. Beberapa saat kemudian, ibunya pergi dari ruangannya untuk kembali pulang ke rumah. Ibunya memang sering mengantarkan makanan untuknya dan sang ayah. Ayahnya yang masih menjabat sebagai CEO di perusahaannya ini memang juga sama gila kerjanya sepertinya. Bahkan kadang benar-benar lupa waktu. Hari ini terasa cepat berlalu, matahari telah tenggelam dan digantikan dengan kerlipan bintang di gelapnya malam. Kiev keluar dari kantor dengan badan yang terasa pegal. Pria murah senyum itu berjalan dengan santai menuju mobilnya agar bisa mengistirahatkan tubuh lelahnya. Kegiatan yang sama setiap harinya tidak membuat Kiev bosan.  •°•        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD