Prolog

375 Words
Untuk sebagian orang, perjodohan itu mengerikan. Tapi untuk sebagian orang lagi, perjodohan itu tidak seburuk yang dibayangkan. Banyak yang sukses membangun rumah tangga dan bahagia dari hasil perjodohan, tapi tak jarang karena hasil perjodohan itu lah pernikahan tak bisa bertahan lama. Dan Kiev, memilih menyerahkan masalah pendamping hidupnya kepada sang ibu. Dia yakin dengan pilihan ibunya, karena orang tua tidak akan memilihkan pendamping yang tidak baik untuk anaknya. Pria yang sekarang berumur 31 tahun itu memang terlalu sibuk dengan dokumen yang selalu menumpuk di meja kerja kantornya. Jadi untuk masalah pribadinya saja dia harus melibatkan orang tuanya. Entah kenapa dia tidak berusaha mencari sendiri perempuan yang sesuai keinginannya. Sudah berkali-kali ibunya memperkenalkannya dengan seorang gadis, tapi setelah pertemuan pertama dia selalu menolaknya. Bahkan ibunya pernah mengomel karena kelakuan anaknya yang menurutnya menyebalkan itu. "Kamu ini milih yang gimana sih Kiev? Semua yang mama kenalkan ke kamu itu cantik dan berpendidikan. Tapi kamu nolak tanpa alasan. Mama sampai malu sama orang tua mereka." omel mamanya saat Kiev baru saja menolak seorang gadis yang berprofesi sebagai dosen itu. Bagaimana tidak, gadis itu cantik dan terlihat lugu, tapi Kiev menolak hanya dengan mengatakan "belum cocokMa" itu saja. "Udah, sekarang kamu milih yang gimana? Mama capek ngurusin anak satu aja nggak nikah-nikah." Kiev hanya tersenyum mendengar omelan ibunya yang cantik itu. "Mama tenang aja, suatu saat aku akan bilang iya sama pilihan Mama." "Iya, tapi kapan. Ini udah yang ke sekian kali kamu nolak pilihan mama Kiev. Tahu lah pusing mama mikirin kamu." ibu Kiev meninggalkan anaknya yang hanya memasang senyum tanpa menanggapi ucapan ibunya. Kiev tahu, keinginan ibunya melihatnya memiliki istri memang begitu besar. Tapi baginya menikah bukan karena usianya yang memang sudah begitu matang lantas dia menyetujui saja pilihan ibunya tanpa ada pertimbangan. Ibunya boleh memilihkannya sampai keujung dunia, tapi dia yang menentukan siapa perempuan yang akan menjadi istrinya kelak. Ibunya boleh mengatakan jika perempuan itu cocok dengannya, tapi dia memiliki standar sendiri apakah hatinya sudah merasa 'klik' atau masih mengambang. Kiev tahu jika ibunya sekarang kecewa karena penolakannya kepada perempuan-perempuan itu, tapi lebih baik seperti itu daripada nanti ibunya bersedih karena sebuah perceraian yang terjadi kepadanya. Dia begitu menyayangi orang tuanya, jadi dia hanya berusaha melakukan apa pun dengan hati-hati. Termasuk memilih pasangan hidup. °•°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD