Hari Pertama Dengan Si m***m

1005 Words
"Jika kamu ingin ke Hotel Reksa, sayangnya tak ada akses untuk ke sana," kata Saski. Evalinda terduduk dan menangis sejadi-jadinya membuat semuanya menoleh melihatnya, Evalinda terlihat berantakan mengacak rambutnya dan tidak tahu harus berbuat apa lagi. "Ada apa ini? Kenapa kamu menangis?" tanya seorang lelaki yang bernama Jackie—asisten sekaligus orang kepercayaan Ben. "Dia bukan bagian kita, Jack, dia ini salah satu kontestan yang akan ikut pemilihan model untuk majalah kita." "Apa? Lalu kenapa kamu di sini?" "Dia salah naik bus," jawab Saski. "Kenapa kamu bisa salah masuk bus? Apa bus yang akan menjemput para kontestan salah memberikan jadwal?" tanya Jackie. "Bukan busnya yang salah, tapi dia sendiri yang salah," geleng Erras. "Ya ampun. Jika ke hotel Reksa pun kamu tidak akan menemukan tumpangan di sini." "Jack, jangan mengurus hal yang bukan wewenangmu. Mana mobil yang aku pesan?" tanya Ben pada asistennya. "Sudah di jalan, Tuan," jawab Jackie. "Oke semuanya. Kita ke villa sekarang juga dan lihat kamar kalian, satu tenda akan dihuni 5 orang," kata Paula—manager mereka. "Baik, Miss," jawab semuanya secara bersamaan. "Tenda akan di buat di depan vila dan tak ada seseorang pun yang akan tidur di vila, jadi pahami itu sebelum kalian menginap di sini," sambung Paula. Semuanya mengangguk dan berbaris untuk mendengarkan sepatah kata dari Jackie sebagai penanggung jawab di perjalanan kali ini. Ben kemari bukan karena ia dibutuhkan, namun ia ada pekerjaan yang akan ia urus jauh dari sini. Hanya saja ia menaiki bus dan ikut seluruh stafnya karena mobil yang di bawa Bilyar belum datang dan itu mengganggu pikirannya. Namun Ben menikmati perjalanannya. Semua staf lalu berjalan menuju vila yang ada didekat pegunungan, vilanya terlihat menarik dan mewah, namun mereka tidak akan tidur di dalam vila itu melainkan tenda yang akan dibuat masing-masing kelompok. Evalinda masih menyesali dirinya karena tak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, ia terlalu ribet dan rumit untuk ikut sesuatu yang akan memberikannya uang dan uang. Percuma juga ia akan menangis, karena ia tak akan mendapatkan tumpangan di sini, ia hanya akan dianggap pengganggu. Sebuah mobil veneno roadster berwarna merah menghampiri bus yang berhenti, Bilyar turun dari mobil dan melihat tuannya itu sedang berwajah marah. "Tuan, maafkan saya, saya mengalami masalah sebelum kemari," kata Bilyar menundukkan kepala. "Kamu di sini bantu Jackie mengurus segala hal, aku akan pergi," kata Ben membuat Bilyar dan Jackie mengangguk dan melangkah menuju vila mengikuti semua karyawan yang sudah sampai di atas sana. Vila itu terlihat sangat mewah, ada pegunungan yang bisa dijadikan sunset. Evalinda melihat Ben masuk ke mobilnya hendak pergi, Evalinda langsung bergantung dan meminta bantuan pada Ben. "Siapa namamu? Kamu bisa menolongku? Tolong aku, aku mohon," lirih Evalinda. "Lepaskan tangan kotormu," kata Ben berusaha melepaskan tangan Evalinda yang bergantung di pinti mobil. Malu dan segalanya tentang malu ia akan tanggung, yang penting ia bisa pergi dari sini. "Aku seorang wanita, aku nggak mungkin tinggal di sini hingga binatang buas menerkamku," lirih Evalinda. "Tak akan ada yang menerkammu, di sini tidak ada binatang buas, yang buas itu adalah kamu, apa kamu tidak merasakannya?" tanya Ben dengan tawa jahatnya. "Aku akan melakukan apa pun untukmu, yang terpenting bawa aku pergi dari sini, aku ingin mengikuti kontes itu. Kontes itu sangat penting untukku," lirih Evalinda masih bergantung di pintu mobil. Ben sejenak berpikir dan menoleh melihat tubuh Evalinda, ia mengelus dagunya, ia memang lelaki pencipta ONS, jadi ia akan menuruti permintaan Evalinda yang terpenting wanita itu mau menemaninya malam ini. "Kamu akan melakukan apa pun untuk membalasku?" tanya Ben. "Iya. Aku akan melakukan apa pun," jawab Evalinda tak pernah berpikir sebelumnya, apa yang akan dilakukan lelaki itu padanya. "Temani aku malam ini," kata Ben. "Maksud kamu?" "Jadi ONS ku. Paham?" Evalinda memang m***m, namun ia sudah berusaha berubah, setelah pengkhianatan Laos padanya, namun ia membutuhkan seseorang yang bisa mengantarkannya ke Hotel Reksa, jika tidak ia tidak akan pernah meraih impiannya. "Jika kamu tidak mau, ya sudah, aku harus pergi," kata Ben lalu menyalakan mesin mobilnya. "Baiklah. Baiklah. Aku akan membayarmu dengan tubuhku," jawab Evalinda tak berniat menipu lelaki itu. "Kamu janji? Aku tidak akan membiarkanmu lolos jika kamu membohongiku." "Aku janji, asalkan antarkan aku ke Hotel Reksa," lirih Evalinda. "Ya sudah. Masuk lah," kata Ben membuat Evalinda menghela napas lega dan merasa bahwa semuanya akan beres karena lelaki itu bukan lelaki sembarangan, lelaki itu yang akan menolongnya sampai di hotel Reksa. Dimana diadakannya pemilihan model. Ben lalu melajukan mobilnya meninggalkan villa miliknya, karena mobil itu adalah keluaran terbaru dan harganya mendunia, lajunya sangat kencang dan ia bisa sampai di hotel tersebut hanya dalam waktu 3 jam, Ben akan bertemu dengan seseorang di Hotel Reksa. Evalinda memegang kuat sabuk pengaman yang sudah melingkar didadanya, karena Ben sangat kencang melajukan mobilnya, Evalinda menghela napas dan berusaha mengatur irama jantungnya yang sebentar lagi akan copot. Mobil itu pun atapnya terbuka hingga Evalinda bisa merasakan udara luar dan rambutnya yang berantakan. Ia bukan wanita yang mampu merasakan hal seperti ini, melintasi jalanan sepi ini dengan seorang lelaki yang tampan dan dengan fasilitas mobil ini. "Bagaimana? Suka?" tanya Ben membuat Evalinda menggelengkan kepala. "Aku mohon pelan-pelan," ucap Evalinda membuat Ben tertawa kecil dan melihat rok yang dikenakan Evalinda terbang dan memperlihatkan paha putihnya. Ben pun mengelus paha itu membuat Evalinda tak bisa bergerak, ini adalah bayaran yang harus ia terima karena lelaki itu sudah menolongnya. Ben mengelus paha itu dan berusaha melakukan sesuatu diluar nalarnya, mengelus hingga sampai kebagian yang terdalam, Evalinda menghentikan tangan Ben ketika tangan lelaki itu sudah mengelus kepemilikannya yang dibalut CD. "Apa kamu mau turun di sini?" tanya Ben sesaat menoleh menatap Evalinda. "Kenapa kamu mau melakukan itu di sini?" tanya Evalinda. "Ternyata semua wanita sama saja," ucap Ben seraya tangannya mengelus paha putih Evalinda. Evalinda tak mendengar gumaman Ben yang jika ia mendengarnya, ia akan sangat tersinggung, Evalinda sering melakukan hal senonoh ini, namun tidak pernah sampai tidur dan bercinta dengan Laos. Laos hanya menikmati tubuhnya dengan cara mengelusnya dan mencumbunya. Sebelum hari jadi mereka yang ke 100, Evalinda berjanji akan memberikan tubuhnya pada Laos, namun nyatanya Laos mengkhianatinya dan menikmati tubuh Cintya di hari jadi mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD