bc

ISABELLA (Cinta yang Kupilih)

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
drama
sweet
campus
city
like
intro-logo
Blurb

Isabella, gadis remaja yang memiliki cita-cita mulia yaitu menjadi bidan. Cita-cita itu terlintas begitu saja ketika dia kehilangan ibundanya saat melahirkan sang adik.

Cita-cita Isabella terancam kandas karena kondisi keuangan keluarganya yang sangat menyedihkan. Namun, hal yang paling menyedihkan adalah ketika Isabella tahu dia hamil.

Ya, remaja 17 tahun itu hamil oleh pacarnya, Dirly. Namun, yang membuat Isabella tertekan dan ingin bunuh diri adalah Dirly meninggalkannya begitu saja tanpa pesan.

Setelah tak ada kabar bertahun-tahun, Dirly justru muncul kembali di hadapan Isabella dengan status telah menjadi tunangan orang lain.

Bagaimana kisah Isabella mengarungi bahtera cinta dan kehidupannya?

chap-preview
Free preview
Dosa Termanis
"Aku berjanji akan selalu sama kamu. Kita nggak akan pernah berpisah, karena aku sayang sama kamu. Kamu juga sayang sama aku, kan?” “Tapi aku takut, Dir.” “Bel, aku sayang sama kamu. Kita udah saling janji untuk sama-sama terus kan?” Gadis ini mulai pasrah. Dalam hatinya yakin bahwa mereka berdua tak akan terpisah dan akan selalu sama-sama. Mereka memiliki tujuan dalam hubungan mereka yang baru seumur jagung itu, yakni menikah. Isabella Rawnie menerima cinta kekasihnya karena pemuda itu sangat baik dan selalu perhatian kepadanya. Sikap pemuda itu mirip sikap ayah Bella. Hanya saja, kekasih Bella tersebut lebih bisa mengerti apa yang diinginkan Bella. Mata gadis ini terpejam ketika wajah kekasihnya mendekat. Isabella atau sering disapa Bella itu menikmati setiap sentuhan sang kekasih di atas tubuhnya. Lelaki bernama Dirly Mahardika ini seperti orang keranjingan. Dia bermain penuh nafsu atas diri Bella. Karena rasa cintanya kepada Dirly yang teramat, gadis ini sampai rela menyerahkan mahkota satu-satunya yang dia miliki kepada sang kekasih. Dirly semakin menegang, dia mempercepat ritme permainannya. Tubuhnya maju mundur di atas tubuh Bella. Gadis itu menggigit bibir, tangannya mencengkeram seprei putih di bawahnya. Keringat kedua anak manusia ini membasahi tubuh masing-masing. Dirly semakin mempercepat permainannya, karena dia merasa akan mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Dirly melemas setelah cairan putih itu menyembur di perut Bella, sampai gadis itu meringis menahan perih pada area bawahnya. Dirly memeluk Bella, membisikkan kalimat cinta yang membuat hati gadis itu melayang. "Aku mencintai kamu, Bella. Malam ini tak akan pernah aku lupakan. You are mine, and im yours." Bella menitikkan air mata, kebodohan yang dia lakukan ini sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Dia sendiri tak mengerti kenapa bisa sampai melakukan hal di luar batasannya. "Don't cry, Beib. Aku akan setia sama kamu. Trust me." Dirly mengusap lelehan di pipi Bella penuh cinta. Dia mengecup kening kekasihnya itu, lalu memeluknya. "I love you so much," bisik Dirly di telinga Bella. Mereka tidur dalam posisi saling memeluk. Dirly sangat mencintai Isabella, apalagi dia tahu bahwa dialah yang merampas keperawanan Bella. Dirly tak akan melepaskan Bella apa pun yang terjadi. Seorang pemuda lainnya pergi meninggalkan kamar yang ditempati Bella dan Dirly. Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat pemuda ini melihat kedua anak manusia di dalam sana berpelukan tanpa busana. Malam-malam panjang mereka lewati di sebuah resort. Acara itu sebenarnya usul dari teman mereka, sehingga Bella dan Dirly pun turut serta. Mereka berlibur untuk pesta pertemuan terakhir dengan teman-temannya di Bali sebelum ujian akhir nasional. * Liburan telah usai. Bella dan yang lain kembali ke kota asal mereka, Jakarta. Mereka terlihat begitu bahagia. Bernyanyi sepanjang jalan menuju sekolah. Namun, lain halnya dengan Bella. Sejak kejadian malam itu bersama Dirly, dia terlihat murung. Revi yang duduk di dekat Bella pun sejak tadi merasa aneh dengan sikap sahabatnya itu. "Are you okay, Bel?" tanya Revi. Bella tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum, walaupun sangat terpaksa. Bella mengangguk tipis, dan itu sudah membuat Revi merasa tenang. Tiga tahun bersama Bella, membuat Revi sangat tahu pasti bagaimana sifat Bella. "Teman-teman!" Seorang lelaki memberi atensi. Dia berdiri supaya terlihat oleh temannya. "Jangan pernah lupakan liburan kali ini, ya. Liburan terakhir yang akan membuat kita rindu masa-masa putih abu-abu. Be a great person, and respectable wherever you are," imbuhnya. Lelaki itu adalah sang ketua OSIS yang disegani di sekolah mereka. Namanya Denis. Pemuda yang sangat keren selain Dirly tentu saja. Jika Denis adalah ketua OSIS, maka Dirly adalah ketua tim basket, juga pentolan di sekolah tersebut. Bus yang mereka tumpangi berhenti di pelataran sekolah. Semua siswa dan siswi turun dengan membawa barang masing-masing. "Bisa?" tanya Dirly kepada Bella. "Bisa, kok," jawab Bella. Dia menggendong tas ranselnya di punggung. Dirly merapikan topi Bella, lalu rambut gadis itu. Bella sebenarnya segan, karena ada Revi. Revi pun berdehem ketika melihat Bella diperlakukan romantis oleh Dirly. "Kalian pacaran?" tanya Revi kemudian. Dirly dan Bella saling pandang. "Apaan, sih. Enggak. Kita cuma temenan kok," jawab Bella yang membuat Dirly kecewa. Bella tak ingin jika Revi atau siapa pun mengetahui hubungannya dengan Dirly. Hal itu dilakukan Bella karena ayahnya melarang Bella untuk pacaran. "Eh, gue duluan, ya. Udah dijemput." Revi turun dari bus lebih dahulu. Dirly merasa canggung. Demi menutupi kecanggungannya, dia berbisik di telinga Bella. "Love you, sweety." Tentu saja hal itu membuat Bella menoleh. Bella tersenyum tipis. Mereka berdua sama-sama turun dari bus. "Aku antar, ya." Dirly menawarkan. "Nggak usah. Aku dijemput Ayah, kok." "Ya, udah. Aku tunggu di sini sampai ayah kamu datang." Dirly dan Bella mengobrol santai. Mereka membahas ke mana nanti akan menempuh jenjang berikutnya. Dirly masih belum ada rencana untuk kuliah di mana. Berbeda dengan Bella yang sudah merancang semua masa depannya hingga detail. "Aku sih rencananya mau masuk UI. Semoga diterima. Soalnya Ayah ingin aku kuliah di sana aja." "Ide bagus. Boleh juga tuh. Aku mau kuliah di sana juga deh, biar bareng kamu terus." "Apa sih." Bella mencubit lengan Dirly sambil nyengir. "Iya kan biar bareng kamu terus. Biar aku nggak kangen. Eh, tapi aku selalu kangen sama kamu, sih." "Gombal banget sih." "Ehem!" Suara dehaman itu membuat Bella dan Dirly berhenti tertawa. "Ayah," sapa Bella. Dia sedikit memberi jarak pada Dirly. "Udah selesai, 'kan? Ayo, kita pulang." Lelaki berperawakan sedikit berisi ini menyerahkan helm ke Bella. Gadis itu pun menerimanya, kemudian memakainya. "Sore, Om," sapa Dirly. "Temannya Bella?" tanya Firman. "Iya, Om. Nama saya Dirly." Pemuda ini memperkenalkan diri. "Oh, iya." Hanya itu saja yang diucapkan Firman. Dia memperhatikan penampilan Dirly yang terkesan urakan. Dirly memakai celana jins sobek-sobek pada bagian lutut, jaket base ball, dan rambutnya yang disemir abu-abu. Sama sekali bukan selera Firman. Bella pamit ke Dirly untuk pulang duluan. Dengan genitnya Dirly mengedipkan sebelah matanya. Bella tersenyum tipis sambil menunduk, karena takut ketahuan Firman. "Siapa itu tadi nama teman kamu? Kalian satu kelas?" tanya Firman dengan sedikit berteriak, karena mereka sudah ada di motor. "Enggak. Kami beda kelas, Yah," jawab Bella jujur. "Untunglah. Anak sekolah, tapi dandannya kayak preman." Bella tak menjawab omongan sang ayah. Dia sama sekali tak menilai seseorang dari penampilannya. Bagi Bella, Dirly adalah cowok yang baik, perhatian, dan yang paling penting adalah dia mencintai Dirly. * "Kamu jadi masuk UI, 'kan?" tanya Firman kepada Bella. Mereka sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi. "Bella udah daftar kok, Yah." "Wow, keren! Anak Ayah memang harus begitu. Punya inisiatif sendiri tanpa menunggu perintah orang tua. Seharusnya kamu juga gitu, Vin." Vin alias Alvin, adik Bella yang masih kelas satu SMA. "Ayah selalu kayak gitu," kata Alvin kesal. "Jangan bandingin aku sama Kak Bella dong, Yah. Kak Bella udah jelas pinter dan sering juara di sekolah. Lah Alvin?" "Kamu seharusnya juga bisa seperti kakakmu. Kamunya aja yang malas." Sudah menjadi kebiasaan saat sore seperti ini untuk saling ngobrol apa saja bagi keluarga kecil ini. Alvin sibuk belajar, supaya bisa mengejar Bella, seperti kata ayahnya. Sementara itu, Bella sibuk browsing internet, mencari informasi tentang bidang yang nantinya akan dia tekuni. Saat ini, Bella sangat ingin masuk jurusan Psikologi. Firman fokus ke televisi. Acara yang paling sering dan bahkan mendominasi tontonan keluarga Bella adalah berita. Ya, menurut Firman, tak ada acara bagus selain berita. "Anak zaman sekarang. Di sekolahkan orang tuanya, bukannya belajar yang baik malah pada pacaran. Kalau udah hamil kayak gitu, gimana coba?" Seketika Bella terbatuk mendengar kata hamil yang diucapkan Firman. "Kenapa, Bel?" tanya Firman. Bella lari menuju meja makan, menuangkan air ke gelas, kemudian meneguknya hingga tandas. "Enggak apa-apa, Yah. Tiba-tiba tenggorokan Bella nggak enak." "Mau pilek itu. Buruan bikin jahe anget, biar enakan." Bella menurut saja apa yang dikatakan Firman. Padahal, semua itu bohong. Bella terbatuk karena ingat kejadian malam itu. Dia takut kalau nanti hamil seperti berita yang ditonton Firman. "Anak tidak tahu diri. Tugasnya itu hanya belajar. Ini malah menjadi beban orang tua. Itu namanya mencoreng muka orang tua sendiri. Semoga kita semua dijauhkan dari hal-hal negatif." Firman melanjutkan komentarnya tentang tayangan yang dia lihat. "Alvin, sebagai anak laki-laki Ayah, kamu harus bisa melindungi Kak Bella. Kamu juga, Bel. Harus bisa menjaga kehormatan kamu sendiri." Dada Bella seperti dihunjam ribuan batu. Bahkan, dia telah melanggar janjinya kepada sang ayah. Dia juga telah melakukan hal paling memalukan. Andai waktu bisa diputar kembali, Bella berharap malam itu tak terjadi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook