Mr. Damien

1102 Words
Haiii makasih sudah setia dengan cerita The Boss Mafia and My Husband ya teman teman. . Terimakasih sudah berkenan membaca cerita ini. Ditunggu 500 followers Ig dan 14k followers wp ya. Jangan lupa baca cerita Dee yang lain juga. Cerita Edgar The Boss Devil Dan Cerita Disa Musuh ku seorang CEO xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx “Apa Ibu sudah makan?”Elena yang sedang melepas dasi Damien mengangguk tanpa menjawab pertanyaan Tuannya itu. Sudah kebiasaan gadis bertubuh mungil itu untuk melepas dan mengenakan dasi Damien setiap harinya. Seperti sepasang kekasih bukan. Tapi nyatanya tidak, Elena tidak lebih dari pembantu Damien. Yang mengurus segalanya dirumah Damien. Mulai dari bersih-bersih, memasak, mencuci baj Damien lalu merawat Briana, Ibu kandung Damien. “Siapkan pakaianku, Aku ingin mandi dulu.”titah Damien setelah melepas jasnya dan memberikan pada Elena. “Ehmmm….Tuan…”panggil Elena lirih, hamper tak terdengar. Namun Damien memiliki telinga yang cukup tajam membuatnya dirinya berbalik menatap Elena yang terlihat gugup. Gadis itu memang sangat jarang berbicara, Damien bahkan terbiasa dengan Elena yang hanya diam. “Kau mau bilang sesuatu?”tanyanya. “Ehm.. tadi ada orang kesini. Namanya….”Damien menatap Elena yang Nampak sedang mengingat-ingat. “Bard."ujarnya menyeru namun tetap saja lirih.Damien yang mendengar nama itu mendelik pada Elena yang terlihat takut. “Apalagi yang Dia katakan padamu?” “Boleh juga.”balas Elena membuat Damien membanting handuk yang sudah Ia pegang sedari tadi. Elena yang sadar Damien marah mundur perlahan, namun baru beberapa langkah Damien memegang bahunya kasar membuatnya meringis kesakitan. Damien memaksa Elena untuk menatapnya dengan mencengkeram dagunya. “Jangan macam-macam kalau Kau masih mau kerja disini. Paham?!”Elena mengangguk, entah bagian mana yang salah Elena bahkan tidak tau. Sepertinya memang Damien dan orang tadi bermusuhan. Namun inilah hidup Elena, bisa dibilang sebagian besar dipegang oleh Damien. Elena mengangguk membuat Damien melepas cengkeramannya dibahu dan dagu Elena. “Aku tidak jadi mandi.”ujarnya lalu berjalan entah kemana. Elena yang ditinggal sendiri mengelus dagunya yang terasa perih lalu berjalan ke kamar Damien untuk meletakkan jas, dasi dan handuk milik Damien. Mansion milik Damien terbilang luas. Semua fasilitas lengkap, dari kolam renang, ruang untuk nge-gym, ruang untuk bekerja, perpustakaan pribadi dan ada ruangan dibawah tanah yang Damien gunakan untuk menyimpan barang tak berguna dan beberapa minuman terlarang. Elena lalu ke ruang makan megambil bubur kacang merah yang disukai oleh Briana. Ia lalu berjalan ke kamar Briana. “Ibu Aku membuatkan bubur…”ucapan Elena terhenti kala melihat Damien sedang berbincang dengan Briana. Elena lalu akan pergi lagi namun Briana memanggilnya. “El! Tak apa Kau tak mengganggu Kami. Sini, masakanmu selalu menjadi favoritku. Kau harusnya menjadi chef saja El.”katanya membuat Elena yang tengah berjalan mendekat padanya terkekeh kecil. “Dam, bisa kau berdiri?”Damien menghela napasnya berat lalu berdiri sesuai permintaan Briana. Elena tak enak hati untuk duduk, namun tiba-tiba bahunya dipegang dan mengarahkannya untuk mendudukkan dirinya dikursi yang ternyata tangan Damien. “Kau jangan pergi Dam, Aku benci melihatmu selalu sibuk dengan kerjaan. Kenapa kau tak sekalian menikah dengan berkas berkas sialan mu itu?”ucap Briana kesal pada Damien. “Ibu, Aku seorang bos dan aku harus mencontohkan hal baik pada bawahanku.”sahutnya membuat Briana mendengus. “El, kalau kau menikah cari suami yang sayang padamu, bukan suami yang mementingkan pekerjaannya.”Elena mengangguk ragu. Kata Damien apapun yyang dikatakan Briana dia harus mengangguk. “Besok bisakah kau memasak cumi? Kau beli Bersama Damien. Beli dilangganan Ibu, Ibu hanya mau cumi yang dijual disana.”suruh Briana membuat Elena lupa caranya bernapas. Kenapa Briana sangat suka seperti ini pada Elena. Elena tak nyaman berada di dekat Damien. “Ibu, Aku har…” “Tak ada bantahan Dam!”putus Briana membuat Damien bungkam seketika. “Ahh El bisa sendiri Bu. Ibu bisa mencatat alamatnya dan El bisa menca…” “El!”Elena membungkam bibirnya. “Kalian harus berdua. Ibu tidak mau tau, dan kalian harus foto bersama tukangnya disana.”titah Briana. “Sebentar El, dagumu kenapa?merah”Briana menatap lalu menyentuh dagu Briana. Elena menahan napasnya, lalu otaknya Ia suruh bekerja cepat untuk mencari alasan. “Ahh itu tadi gatal sekali jadi El garuk saja.”ujar El tertawa kecil. “Bukan, Kau meringis ketika aku memegangnya.”ujar Briana tak mau kalah. “Dia digigit nyamuk tadi Bu.”Briana menatap tajam Damien yang ikut menjawab. “Bagaimana kau bisa tau?”Briana memicingkan matanya pada Damien. “Ibu buburnya sedikit lagi hab…”Elena berusaha mengalihkan pembicaraan Briana, gadis itu melihat aura tak enak menguar dari Damien. “Ini ulah Damien kan El?”Elena yang akan menyuapkan sesendok bubur pada Briana terhenti. “Bukan Bu in..”lagi lagi Elena akan menyangkal. “Sekali lagi kau menyakiti Elena awas saja!”ancam Briana pada Damien yang akan membuka mulutnya. “Jangan menutupinya El. Ibu tak pernah dan tak akan pernah bisa kau bohongi.”desis Briana menatap Elena yang mengangguk cepat. “Ambil P3K sekarang Dam.”Damien mengangguk patuh dengan perintah wanita setengah baya itu. Elena dulu saat baru-baru disini juga sering bingung melihat Damien yang arrogant bisa sangat menurut pada Briana. Entah apa yang terjadi sampai saat ini Elena juga tidak tau. Terkadang memang Elena ingin tertawa namun juga ah entahlah. “Maafkan Damien El. Dia memang gila.”ujar Briana mengelus rambut El. Sudah biasa, karena Briana sudah menganggap Elena anaknya begitu juga sebaliknya. “Tidak apa apa Bu. Ini bukan salah Tuan.”jawa Elena. “Tidak, ini sepenuhnya salah Damien dan kau tak boleh membelanya.”Elena mengangguk saja daripada nanti Briana marah semakin runyam keadaannya. “Ini.”Damien kembali dengan kotak P3K lalu menyodorkannya pada Elena. Elena yang akan meraihnya ditahan oleh Briana. “Kau yang mengobatinya enak saja! Ini salahmu Dam. Belajarlah tanggung jawab!”desis Briana membuat Damien membuka paksa kotak itu. Elena yang entah harus bereaksi apa hanya diam. Lalu tangan kekar dan besar Damien menyentuh dagunya. Benar, merah ternyata, batin Damien. Damien mengusap dagu Elena dengan entah cairan apa itu Elena tidak mau melihatnya, Ia cukup takut dengan keadaan. Tak semestinya majikannya mengobati lukanya. Dan Elena takut Damien marah nanti saat keluar dari kamar Briana. “Maaf.”katanya lirih membuat Elena pikir itu hanya imajinasinya. “Maaf.”ulang Damien membuat Elena yang tersadar hanya bisa mengangguk, Briana yang melihatnya tersenyum puas. “Jangan diulangi Dam. Ibu tak segan segan menghukummu!”Damien mengangguk sambil menutup kotak P3Knya. “Ibu mau tidur sekarang. Kalian boleh keluar.”Elena membantu Briana memosisikan dirinya tidur lalu menyelimutinya, Damien lalu mematikkan lampu dan mereka berdua keluar Bersama. Entah kenapa, Briana tersenyum lagi diam diam. “Tuan, maaf..” “Tak apa. Aku lapar.”ujarnya dingin Elena mengangguk lalu memanaskan rendang dan menyiapkan lalapan untuk Damien. Damien menunggu dimeja makan sembari memainkan ponselnya. “Tunggu disini. Temani Aku menghabiskan makanan.”titah Damien saat Elena kembali dengan sebuah panci kecil berisi rendang. Elena menyiapkan nasi Damien, Ia usah hapal dengan porsi makan pria mengerikan yang sedang menatapnya itu. “Kau sudah makan?”tanya Damien yang diangguki Elena. Damien makan dengan tenang sedangkan Elena hanya menopangkan dagunya diatas tangan kanan sembari menatap figura figura alam milik Damien. Pria itu sangat suka dengan foto foto alam, karena menyegarkan katanya. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx  JANGAN LUPA IKUTI I*STAGRAM @QUEENDEEII DAN WAT**AD DEE @QUEENAADEE (QUEENDEE) DOAKAN DEE YA BISA MENJADI PENULIS TERKENAL SUATU SAAT NANTI. AAMIIN AAMIIN. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA DEE. MAAF JIKA TIDAK SESUAI EKSPETASI KALIAN. DANK U ALL SUKSES SELALU
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD