Foto bersama

1338 Words
Haiii makasih sudah setia dengan cerita The Boss Mafia and My Husband ya teman teman. . Terimakasih sudah berkenan membaca cerita ini. Ditunggu 500 followers Ig dan 14k followers wp ya. Jangan lupa baca cerita Dee yang lain juga. Cerita Edgar The Boss Devil Dan Cerita Disa Musuh ku seorang CEO xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx "El, kalian berdua jadikan beli cumi untuk Ibu?'Elena mengangguk ragu menjawab pertanyaan Briana yang tampak antusias. "Bagus. Jika nanti Damien menurunkanmu ditengah jalan kau bisa menelponku. Akan ku hapus dia dari kartu keluarga."ancamnya melirik Damien yang sedang meneguk kopinya. "Damien tak berani membantah Ibu."sahut Damien membuat Briana tersenyum senang. "Bagus. El, Kau ganti baju sana. Kalian berangkat sekarang saja, perjalanan sekitar satu jam ke sana."Elena melongo, satu jam?  "I..iya Bu."Elena meletakkan gelas Briana yang baru saja Ia isi dengan air putih ke meja.  "Ganti bajumu Dam."titah Briana melihat Damien malah mengenakan kemejanya. "Aku akan langsung ke kantor Bu."Briana menggeleng pada putranya itu. "Ganti bajumu. Aku melarangmu ke markas atau kantor sialanmu hari ini, Dam. Hanya hari ini, apa berat?"Damien menggeleng lalu meninggalkan Briana yang tersenyum dimeja makan. wanita itu entah kenapa sangat over protektif dengan Damien dan Elena. Dan Damien tak pernah membantah apa yang Briana katakan. Bahkan Damien cenderung mengalah pada ibu nya. "Tuan dimana Bu?"Elena sudah siap dengan dress yang dibawah lutut. Gadis itu enggan memakai pakaian yang terbuka apalagi ketat. Rasanya tak nyaman, ia tak suka menjadi pusat perhatian laki laki.  "Dikamar.Kau bantulah Dia memilih baju. Aku yakin dia sedang menghamburkan pakaian yang kau rapikan."ejek Briana membuat Elena cepat cepat mendatangi kamar Damien.  Tapi sesampainya di kamar Tuan nya, Elena menatap Damien yang terdiam menatap lemari baju nya.  "Tuan?"Damien sedikit terlonjak kaget kala Elena tiba tiba mengejutkan nya, lalu ia cepat cepat memperbaiki ekspresinya seperti biasa, datar dengan tatapan menusuk. "Pilihkan Aku baju." Elena mengangguk, lalu gadis dengan rambut tergerai dan pita yang menghiasi rambutnya itu berjalan mendekat ke lemari pakaian Damien. "Tuan mau memakai baju apa?"tanya Elena menatap sopan ke arah Damien. "Putih, polos."ujar Damien sambil melepas kemejanya. Dalam hati Elena tak habis pikir, kenapa harjs berdiri terdiam kalau Damien hanya ingin memakai baju polos.  Elena mengambil baju Damien, saat Ia berbalik dirinya disuguhi perut Damien yang tercetak sangat sempurna karena pria itu sangat rajin berolahraga bahkan dibalkon kamarnya Ia jadikan tempat gym pribadinya. Kata Briana Damien harus kuat, karena Dia seorang bos dimarkas dan juga di kantor. Elena tau sedikit tentang Damien yang merupakan anggota, lebih tepatnya Dia pemimpin kelompok mafia dikota ini. "Kau lihat bahan bahan yang lain sekalian kita beli bahan  yang habis."ujar Damien memberikan perintah pada Elena yang langsung mengangguk patuh. "Baik tuan." xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx  Damien dan Elena hanya saling diam. keduanya malah persis seperti pasangan kekasih yang sedang bertengkar. Situasi sangat canggung. Elena bahkan memilin jemarinya karena terlalu gugup, ingin rasanya ia pergi dari sana. Elena duduk didepan, disamping Damien tepatnya sembari menyetir.  Perjalanan benar benar sangat jauh ternyata, benar kata Briana. Dan itu membuat Elena merasa kantuk yang sangat amat besar menerpa dirinya. Namun dirinya tak boleh tidur, bisa bisa ia kena omelan Damien nantinya. "Aku harus ke markas sekarang sebenarnya."ujar Damien mengangkat suara membuat kantuk yang menerpa Elena langsung hilang.  "Aku bisa sendiri, jika Tuan mau ke markas turunkan Aku saja."balas El. Pria yang jauh lebih tua dari El itu menggeleng. Tanda ia tak setuju dengan ide yang Elena berikan. "Jika Ibu tau dia akan benar benar membunuhku."ujarnya membuat Elena sadar, Briana berkuasa di atas Damien. "Bagaimana kalau  Tuan kesana? Nanti Aku menunggu sambil berbelanja disupermarket?"ujar El kembali menyuarakan ide di kepala nya. "Tak apa. Untuk hari ini, Aku turuti kemauan wanita itu."El mengangguk. memang jarang jarang Damien rela melepas kemeja kantornya atau baju hitam dengan lambang tengkorak dilengannya. "Apa kau sebatang kara?"tanya Damien. "Ya, Aku tak tau dimana orang tuaku. Aku tinggal dipanti asuhan dari dulu, tapi sekarang panti itu sudah digusur."ujar El menjelaskan. walau bahasanya terlihat kasar atau kurang sopan, tapi nada gadis itu bisa mengimbangi agar ia tetap dalam batasan antara pembantu dan majikan. "Kau tak ingin tau siapa ayahmu?"El menggeleng. "Aku sudah biasa seperti ini. Aku memilih hidup tenang, jika aku bertemu keluargaku aku pastikan hidupku malah tak setenang ini."Damien mengangguk menyetujui perkataan Elena. "Em, Tuan?" "Ya?" "Maaf jika kata kataku terlalu kasar atau kurang sopan. Aku selalu berbicara seperti ini dari kecil. 19 tahun." jelas nya.  "Tak apa."jawab Damien santai. "Kau tak se-mengerikan dirumah."asal El membuat Damien menoleh dan Elena menelan ludahnya kasar. "Karena kadang aku lelah." xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx "Sudah lama kau tidak kemari bersama ibumu Dam. Sekarang kau kesini bersama istrimu?"Damien hanya terkekeh lalu mengangguk pada tukang ikan yang mereka datangi. Elena hanya diam. Terserah Damien mengatakan apa. Dia hanya selalu menurut dengan kemauan pria itu. "cumi seperti biasa Paman."pesan Damien lalu menoleh pada Elena yang mengedarkan pandangannya, gadis itu baru pertama kali kesini. Pasar ini tergolong tertutup, hanya orang orang kelas atas saja yang tau. semua kondisi barang disini selalu bersih, dan juga terbaik. "Kau mau sesuatu?"tawar Damien. Sepertinya mood Tuan Elena itu sedang baik hari ini. "Ahh tidak." tolak Elena. "Katakan saja, Aku belikan." sambung Damien menatap Elena. "Apa Tu.." "Aku serius." putus Damien. "Aku ingin udang."ujar El.  "Paman, beri aku udang terbaik."pesan Damien membuat El benar benar melongo, Tuannya itu kenapa hari ini baik sekali?. "Karena kau satu satunya orang yang membuat Ibu nyaman El." bisik Damien.  Elena mulai mengerti. Memang dari dulu dulu, pembantu Damien banyak yang keluar karena tak kerasan. dan tak ada satupun yang Briana sukai. Hanya Elena, yang entah kenapa bisa sangat Briana sukai, bahka. Briana sanbat menyayangi gadis itu. "Ini Dam.."Damien menerima bungkusan yang Paman itu berikan. "Dia cantik. Kau beruntung, Dia terlihat masih muda."lanjut Paman itu membuat Damien terkekeh lalu mengiyakan.  "Eh Paman, bolehkan kami foto bersamamu?"tanya El, teringat pesan Briana. "Tentu saja, ayo."  El menarik Damien yang malas untuk ikut foto. Damien bukan pria narsis. Namun jika Elena tidak memaksanya, bisa bisa Briana tak percaya nanti. "Terimakasih Paman."Paman itu mrngangguk lalu kembali melayani pelanggan lain yang datang. "Ayo pulang Tuan."ujar El girang melihat hasil foto mereka. "Jangan pernah pergi El..." lirih Damien. "Tuan bicara apa?" tanya El menatap Tuannya yang langsung menggeleng. "Tidak ada." Keduanya lalu berjalan ke parkiran, Damien lalu memasukkan nya ke dalam bagasi mobil. "Mau sudah mencatat bahan apa yang perlu di beli?" tanya Damien saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil. "Sudah Tuan." "Bagus. Kita mampir ke supermarket sekalian." Elena mengangguk pada Damien. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx "Jangan yang itu, yang besar sekalian." kata Damien saat Elena mengambil kotak s**u untuk Briana. "Kau selalu beli yang ukuran kecil, kenapa? uang yang ku beri kurang?" Elena menggeleng berulang ulang. "Tidak, hanya saja....* Elena menujuk kotak s**u besar di rak paling atas.  "Saya tidak bisa menggapainya." kata nya sedikit takut. Damien menghela napas sembari menggelengkan kepalanya. "Kenapa tak mencari bantuan?" Elena menggeleng. "Takut." Lagi lagi Damien menggeleng kan kepalanya. Lalu pria itu mengambilnya kotak s**u dengan rasa yang berbeda. "Ibu tidak suka rasa cokelat Tuan." ujar Elena. "Oh, benarkah?" Elena mengangguk. Lalu Damien meletakkan kembali kotak itu dan mengambil dua kotak s**u rasa vanilla. "Kau sangat hapal dengan Ibu lebih dari ku." Elena terkekeh kecil. Keduanya lalu kembali melanjutkan berbelanja kebutuhan di rumah yang sudah habis. Tanpa mereka sadari, orang orang menatap mereka kagum. Bak pasangan primadona, yang satu tampan dan yang satu cantik. Benar benar serasi. Bahkan sikap Damien yang berbeda kali ini, dia terlihat seperti suami idaman yang penurut dan perhatian pada istrinya. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx JANGAN LUPA IKUTI I*STAGRAM @QUEENDEEII DAN WAT**AD DEE @QUEENAADEE (QUEENDEE) DOAKAN DEE YA BISA MENJADI PENULIS TERKENAL SUATU SAAT NANTI. AAMIIN AAMIIN. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA DEE. MAAF JIKA TIDAK SESUAI EKSPETASI KALIAN. DANK U ALL SUKSES SELALU
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD