Reina bangkit dengan gerakan anggun, senyum merekah di bibirnya saat menyambut adiknya, Lopita. Gaun yang membalut tubuh Lopita tampak sederhana, namun materialnya yang berkualitas tinggi memancarkan kemewahan yang tak perlu dipamerkan. Mata Reina berbinar-binar, memancarkan kebahagiaan murni yang tak bisa disembunyikan. Ia menuntun Lopita dengan lembut, mengarahkannya ke sofa empuk di sampingnya. "Duduklah, Sayang," bisiknya, suaranya dipenuhi kehangatan. Sesaat setelah Lopita duduk, Reina tak bisa menahan diri. Ia memukul pelan lengan adiknya, persis seperti ibu yang gemas pada anaknya yang bandel. Sebuah pukulan ringan yang membawa serta campuran rasa kesal dan sayang. "Kenapa kamu tidak cerita dengan Kakak dari awal?" desaknya, ada nada tuntutan dalam suaranya yang lembut. Lopita,

