Joya Khaira Lukvi

918 Words
Kota Surabaya pukul 2 siang. Setelah 6 tahun akhirnya Joya kembali ke tanah air. Iya menghirup udara segar seraya memejamkan matanya. 'Akhirnya…. Setelah sekian lama, aku bisa bertemu denganmu lagi…. Aku merindukanmu pria terhebat ku…. Ayah… aku kembali.' Dengan senyum lebar Joya dengan antusias menunggu sebuah taksi, dan saat benda beroda empat itu melintas di pandangan matanya. Ia pun menggerakkan salah satu tangan nya dengan gemulai melambai ke udara. “Taksi!?” “Ke jalan, Melati, ya pak.” “Baik nona.” Setelah kurang lebih 20 menit perjalanan dari bandara hingga tiba di depan rumah nya, akhirnya kini Joya sudah berdiri tepat di depan rumah minimalis yang di lapisi cat berwarna biru muda memperlihat kan kelembutan. Walau tidak mewah, tapi Joya sangat menyukai rumah tersebut. Karena di sanalah ibu nya melahirkan dirinya, karena di sanalah ia tumbuh besar di bawah pengawasan dan kasih sayang dari kedua orang tua nya. Kreeet… “Assalamualaikum, Joya pulang, ibu!” Brum…. DHEG!? Detak jantung nya beroperasi lebih cepat dari biasanya, sontak seketika melihat sosok pria bertubuh tegab keluar dari dalam mobil sport yang baru saja berhenti di depan rumahnya. “Joya, kamu…!?” ujar pria itu terdengar sedikit kesal. Dengan satu tarikan di sudut bibirnya, senyum lebar yang indah terlukis di wajahnya. Dengan segera ia berlari kearah pria itu dan langsung berhamburan kedalam dekapannya. “Ayah…!” ujarnya dengan manja. “I miss you, dady.” “Hmm…” “I miss you to, sayang.” Ayah Joya langsung mengangkat tubuhnya dan berputar-putar ke udara, kebahagian pun terpancar di wajah keduanya di iringi tawa dari keduanya. “Aww… Ayah!” rintih nya, saat ayahnya memberikan jita kan pelan di keningnya. “Dasar anak nakal.” Ujar ayahnya kesal. “Sory…!” ucap Joya seraya menjewer telinganya. Dia tau kenapa ayahnya terlihat kesal, pasalnya Joya tidak memberi kabar kepada nya bahwa dia akan kembali saat ini. Namun siapa yang tahan marah kepada putri cantiknya itu. ****** Setelah makan malam, Joya dan ayahnya memutuskan untuk mengobrol di ruang tamu. Joya dengan manja nya bersandar di dekapan ayahnya, selain ibunya Joya sangat dekat dengan ayahnya. Apa lagi setelah kepergian ibunya 10 tahun yang lalu, Joya semakin di manjakan oleh tuan Dika. Apalagi Joya adalah putri satu satunya di dalam keluarga tuan Dika. “Ayah!” “Hmm?” “Joya ingin mengatakan sesuatu pada ayah.” “Sesuatu?” “Apa?” “Hmm… Janji dulu kalau ayah tidak akan marah!” “Joya…!” dari nada bicara ayahnya Joya tau kalau saat ini pria itu sedang serius. “Jadi, sebelum Joya memutuskan kembali! Joya sudah memutuskan ingin bekerja dimana?” “Dimana?” Tanya ayahnya serius, “Di… di perusahaan komunikasi.” Jawab Joya ragu. “Joya, kamu!” “Ayah… ayah tau kan, kalau Joya tidak suka bekerja di perusahaan ayah.” “Tapi nak, kamu…” “Ayah, Joya hanya tidak ingin ada keributan apa pun.” “Tidak akan ada masalah apa pun, nak.” “Ada ayah bersama mu. Ayah janji akan menjaga hak mu sayang.” “Joya tau ayah, tapi ini adalah keputusan Joya.” “Joya mohon, ayah!. Hmm?” Joya memohon dengan menyatukan kedua tangannya. Ayahnya menghela napas panjang lalu ia pun memutuskan menghormati keinginan putrinya itu. “Terimakasih, ayah.” Joya mencium pipi ayahnya lalu memeluknya dengan erat. “Ohya, ayah akan tidur disini kan?” “Tentu saja.” “Setelah sekian lama baru bisa memeluk putriku. Tentu saja ayah akan bersamamu malam ini.” Tanpa terasa hingga tengah malam keduanya berada di sana, bahkan Joya sudah tertidur lelap di pangkuan ayahnya. “Selamat datang, bidadariku!” ujar ayahnya seraya membelai lembut wajah cantik nya. “Maaf, sayang. Selama ini ayah sudah banyak membuatmu menangis.” “Namun sekarang, ayah janji akan selalu melindungi dirimu.” Tuan Dika mengangkat Joya untuk di tidurkan di kasurnya. Setelah mengecup kening putrinya ia pun kembali ke kamarnya. “Putri kita sudah sangat besar sekarang.” “Andai kamu masih bersama kami, Joya pasti lebih bahagia lagi, sayang!” Tuan Dika menatap potret istrinya ibu Joya yang terpajang di dinding kamar tersebut. ******* Setelah tiga hari bersantai, akhirnya Joya memulai rutinitas barunya, yaitu mulai bekerja. Joya mendapat sambutan hangat dari rekan rekan kerjanya, namun ada rasa tidak nyaman yang ia rasakan dari cara para pria yang menatapnya. “Joy!” “Hmm!” “Apa aku boleh memanggilmu seperti itu?” Tanya Rani. “Tentu saja.” Jawab Joya dengan sopan. “Ohya, Ran!” “Apa ada yang aneh dengan wajahku?” “Hmm?” Rani terlihat bingung. “Maksudnya?” “Entahlah, tapi aku merasa mereka sangat aneh.” Rani melihat ke arah para pria yang sedari tadi terus saja menatap Joya. Rani pun tertawa kecil. “Udah gak usah di perdulikan?” “Anggap saja angin lewat.” “Hmm… Oke.” ******* Joya merasa sedikit kesal, karena keadaan jalan yang begitu ramai dan macet di mana mana. Joya mendesah berkali kali karena ia mulai merasa lapar karena saat makan siang ia hanya minum jus saja. Joya melihat di pinggir jalan ada yang menjual nasi uduk, ia pun mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Karena memaksa kan menyelipkan mobilnya ke tempat parkiran yang sempit ia tidak sengaja menabrak mobil yang ada di belakangnya saat atrek. “Oh ya Tuhan.” Joya mulai panic. . . . . BERSAMBUNG…..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD