02 | Keputusan yang Mematikan

1418 Words
Beberapa tahun yang lalu .... "SEBAGAI salah satu calon pewaris tahta kerajaan, ada baiknya, jika kita mulai menentukan siapa anak perempuan yang cocok menjadi pasangan Pangeran Gerald ke depannya," usulan salah seorang penasihat keluarga kerajaan. Gerald hanya berdiri dan menatap dalam diam. Bibirnya terkatup rapat, mata birunya berkilat dingin pada siapa pun yang akan mengiyakan usulan penasihat kerajaan tersebut. "Apakah tidak terlalu cepat? Pangeran Gerald bahkan belum genap berusia sepuluh tahun?" sahut penasihat lainnya. "Lebih cepat, lebih baik. Jika calon yang dipilih nantinya kurang pantas, kita bisa mengajarkannya untuk bertindak sebagaimana calon istri pangeran pada umumnya." Gerald melayangkan tatapan mautnya kepada penasihat yang tak kunjung menutup mulut busuknya itu. Archilles tersenyum tipis melihat ekspresi adik kecilnya yang terlihat mengerikan, tapi amat sangat menggemaskan di matanya. Tangan kanannya terulur, menepuk pelan puncak kepala adiknya, sebelum berkata, "Bagaimana kalau calonnya salah seorang keturunan bangsawan Airfist yang berada di wilayah selatan kerajaan Athena?" usulnya. Gerald menoleh cepat ke arah kakaknya dengan tatapan mematikan. Dia bahkan siap untuk membunuh kakaknya, jika hal itu memang diperlukan untuk menutup mulutnya. "Bukankah letaknya terlalu jauh dari kota dan mereka cenderung terlalu rendah derajatnya dari keluarga kerajaan, Pangeran Archilles?" tanya penasihat pertama yang mengusulkan ide gila untuk lekas menjodohkan Gerald yang bahkan belum berusia sepuluh tahun itu. "Saya lebih menyarankan salah satu keturunan bangsawan Pierre yang menguasai wilayah barat kerajaan Athena." Penasihat kedua tersenyum ramah pada Gerald. "Kira-kira Anda akan menyukai yang mana, Pangeran?" Tentu saja Gerald tidak tertarik dengan dua-duanya. Dia bukan anak manusia yang tertarik untuk menikah secepatnya, terutama karena alasan politis semacam ini. Namun, bibirnya hanya diam, tidak menjawab ataupun melawan. "Airfist memiliki seorang anak perempuan yang lahir dengan bakat alami. Anak itu kabarnya sudah bisa membangkitkan 'mana' di usia muda dan mulai belajar menguasai beberapa mantra sihir yang sulit dikuasai oleh orang-orang dewasa. Anak itu juga yang digadang-gadang akan menjadi penerus keluarga Airfist dalam melindungi hutan terlarang yang ada di wilayah bagian selatan kerajaan ini." Archilles berdeham lumayan keras. "Aku pikir, anak itu akan sangat menarik jika dipasangkan dengan Gerald." Penasihat pertama mengatupkan mulutnya, karena anak perempuan yang dia sarankan tidak lebih baik dari tunangan sang putra mahkota sendiri. Sedangkan Gerald hanya memejamkan mata, menyembunyikan kilatan amarah di kedua mata birunya dengan kedua tangan terkepal di sisi-sisi tubuhnya. "Sepertinya anak perempuan itu sangat hebat sekali, ya?" tanya penasihat kedua dengan nada ramahnya. "Iya—" "Itu pasti hanya rumor saja. Tidak ada manusia yang bisa menguasai sihir semudah membalikkan telapak tangan. Mereka pasti hanya membual. Jangan terlalu percaya sebelum melihat sendiri buktinya," jawab Gerald pada akhirnya, panjang kali lebar. Baginya, hal seperti itu sangatlah mustahil. Bahkan untuk seorang ahli bela diri dan ahli pedang, mereka butuh latihan selama bertahun-tahun untuk bisa menjadi seorang ahli. Sama halnya beberapa penyihir kerajaan yang baru bisa mengabdikan diri ketika usia mereka sudah berada di atas usia tiga puluh tahun. Tidak ada bakat yang terlalu cepat. Mustahil. Kalau memanglah ada, itu semua sangat tidak adil. Archilles tersenyum miring. "Jadi, bagaimana kalau kau melihatnya sendiri? Seperti apa sosok anak perempuan yang diam-diam kamu sangkal keberadaannya itu?" "Eh?!" Dua penasihat kerajaan itu tampak terkejut mendengar perintah tak langsung yang keluar dari pangeran pertama, putra mahkota, calon raja kerajaan Athena. Gerald menatap kakaknya, lalu menganggukkan kepala. "Baiklah, aku akan pergi untuk melihatnya dengan kedua bola mata kepalaku sendiri." Archilles hanya mengacak-acak rambut adik kecilnya yang paling berharga. Satu-satunya keluarga yang masih tersisa di hidupnya. *** Wilayah hutan bagian selatan kerajaan Athena. Gerald bersama para pengawal dan beberapa prajurit yang kabarnya akan berlatih di sana tiba-tiba menghentikan langkah saat melihat sesuatu melintas dengan cepat di atas kepala mereka. Gerald menarik tali kekang kuda dan meraih pedangnya di sabuk kudanya dengan cepat. Dia turun dari kudanya dan mulai bersiap, tapi para pengawal menahan niatnya. "Jangan Pangeran, biarkan kami saja yang memastikan keadaan!" Gerald hanya menyipitkan mata dan bayang-bayang yang tadi melintas kembali terlihat dengan cepat, tapi kali ini, bayangan itu kembali lagi dengan perlahan. Terbang ... melayang di atas kepala semua orang. Sebuah sihir melayang, tanpa bantuan sapu terbang ataupun alat sihir lainnya. Gerald mendongak, menatap anak perempuan yang harusnya lebih muda darinya. Berambut hitam legam dan matanya berwarna cokelat terang. Anak perempuan yang kini mengerjapkan matanya berulang kali, sebelum tubuh melayangnya terjatuh dengan kasar ke atas tanah. "A-aduh ... duh!" Dengan refleks Gerald menarik keluar pedangnya dan mengacungkannya ke hadapan anak perempuan itu. Beberapa pengawal melakukan hal serupa, tapi para prajurit kerajaan tampak tenang begitu melihat sosok anak perempuan yang kini sedang memandangi mereka satu per satu. "Siapa kau?" tanya Gerald dengan nada dinginnya yang lebih terdengar menakutkan daripada kakaknya sendiri. Anak itu menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk. "Aku?" Gerald mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, sejajar dengan hidung milik anak perempuan itu yang berada dua meter di depannya. Anak perempuan itu bangkit sembari membersihkan pakaiannya yang dipenuhi tanah. Gerald bahkan mulai meragukan jika anak itu benar-benar perempuan saat melihatnya mengenakan celana bukannya gaun anggun layaknya anak-anak perempuan lainnya. Namun, dia tahu pasti kalau suara yang terdengar darinya adalah suara perempuan. Anak perempuan itu membungkukkan tubuh dan dengan gaya hormatnya dia berucap, "Angelica von Airfist, salah satu keturunan bangsawan Airfist yang memimpin wilayah ini." Seulas senyum darinya membuat Gerald terpaku. "Jika aku boleh bertanya, kalian sebenarnya siapa? Kenapa kalian bisa membawa banyak sekali prajurit kerajaan bersama kalian ke sini?" Gerald memasukkan kembali bilah pedangnya ke dalam sarung. "Gerald, itu namaku." "Gerald?" Angel memiringkan kepala, dia tidak bisa mengenali siapa anak laki-laki di depan wajahnya ini. Para pengawal Gerald menyembunyikan pedangnya, sebelum menjawab dengan nada tegas. "Dia adalah Gerald von Athena, pangeran kedua kerajaan Athena!" "Ha?! Dia pangerannya?!" Gerald bisa melihat anak perempuan itu menatapnya dengan wajah tak percaya, sebelum melangkah semakin mendekat ke arahnya. "Wuah! Dia memang tampan seperti kata orang, tapi aku tidak menyangka dia masih sekecil ini. Pangeran, sekarang berapa usiamu?" "Delapan tahun," jawan Gerald singkat. "Eh?! Kenapa kau lebih tua dariku? Padahal, kau lebih pendek dariku?" Angel memiringkan kepala dan menatap Gerald dengan wajah heran luar biasa. "Putri, kau sangat tidak sopan jika mengatakan hal seperti itu pada Pangeran," tegur pengawal Gerald saat mendengar penuturan putri bangsawan yang sepertinya tidak dididik dengan benar ini. "Ah, maafkan aku!" Angel menundukkan wajahnya berulang kali memohon maaf dengan senyuman tidak enak menghiasi bibirnya. "Kelancangan yang kau buat hari ini bisa membuatmu dihukum mati," tambah pengawal lainnya yang membuat Angel berjengit dengan wajah pucat pasi. "Tenang saja, aku tidak akan melakukannya." Gerald kembali menaiki kudanya. "Apakah kau mau mengantar kami ke desamu? Sepertinya, kami akan tersesat jika harus berjalan sendiri sampai ke sana." Para prajurit dan pengawalnya menahan diri untuk tidak tertawa, karena sosok pangeran yang selama ini begitu sombong, dingin, dan menyeramkan tiba-tiba saja berkata jika dirinya mungkin akan tersesat di hutan yang tidak seberapa seram ini. Sedangkan, Gerald menggigit lidah bagian dalamnya, karena merasa telah mengatakan sebuah kebodohan yang sangat luar biasa pada anak perempuan yang baru ditemuinya hari ini. Namun, anak kecil itu hanya mengangguk dengan polosnya. "Baiklah, dengan senang hati aku akan mengantar kalian ke desa!" Angel menggumamkan sebuah mantra, lalu ia melompat ke salah satu dahan terdekat. "Ikuti aku, ya?!" *** Ya ... aku akan mengikutimu. Ke mana pun kau pergi, aku akan ikut bersamamu! "Bunuh aku!" tegasnya pada sang kakak sembari meletakkan pedang dingin berlumur darah orang yang amat dicintainya selama beberapa tahun terakhir itu ke lehernya sendiri. "Kau sudah berjanji padaku untuk tidak akan membunuhnya. Lalu, kenapa kau tetap membunuhnya? Itu berarti, kau memang menginginkan kematianku, bukan?" Archilles menampar pipi Gerald dengan keras hingga terlempar ke sudut ruangan, lalu dia menyembunyikan pedangnya kembali ke sarungnya. "Gerald, kau harus ingat siapa kita. Kita adalah pewaris tahta kerajaan, di mana ada aturan yang harus kita tegakkan bagaimana pun pedihnya penderitaan yang akan kita dapat kemudian!" Archilles memunggungi Gerald saat melanjutkan, "Dia berniat membunuhmu. Saat aku harus memilih janjiku atau nyawamu, jelas aku lebih akan memilihmu. Kamu adalah prioritas utamaku!" Archilles menoleh pada adiknya dengan wajah dipenuhi luka. "Terutama karena kamu ... satu-satunya keluarga yang masih kumiliki saat ini, Gerald." Archilles melangkah pergi dari sana. Meninggalkan aroma anyir darah dan mayat-mayat berserakan yang membuat isi dadanya hancur berantakan. Tidak ada satu pun orang yang melihat jika air matanya mengalir dengan pelan menuruni kedua pipinya begitu dia melewati semua mayat itu. Semua ini adalah keputusannya. Dia sendiri yang memilih untuk menegakkan aturan bodoh yang dibuat oleh leluhurnya ratusan tahun lalu. Dia sendiri yang memutuskan untuk membuat sekujur tubuhnya bermandikan darah … bersama adik kecilnya yang sangat ia sayangi. Dia memilih untuk mengakhiri nyawa mereka semua. Sosok-sosok yang telah menganggap Gerald juga Archilles sebagai salah satu bagian dari keluarga mereka. "Maafkan aku!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD