II. TERDAMPAR DI ATAS RANJANG

1204 Words
Mentari sudah datang menyingsing di ufuk timur. Seberkas cahaya menelusup masuk ke balik tirai yang masih menutup rapat jendela kamar. Potongan pakaian beserta dalaman pun terlihat berserakan di permukaan lantai. Setelah tadi malam dipakai tempat bertempur diiringi balutan gairah yang menyala, kini, kamar hotel yang disewa sang pria pun cenderung sepi mengingat para penghuninya masih anteng terlelap. Bersama dengan terdengarnya bunyi alarm yang entah berasal dari jam tangan milik siapa, sepasang mata pun sontak terbuka di sela rasa sakit yang mendera kepalanya. "Aw, sshh...." Bunyi desisan lantas meluncur dari bibir sang gadis yang pada malam tadi kegadisannya sudah terenggut. Untuk sesaat, matanya kembali dipejamkan ketika rasa pusing menyebabkan kepalanya berdenyut-denyut. Lagi, ia pun berusaha membuka kembali matanya seiring dengan tangannya yang menggapai-gapai mencari pegangan guna membantunya menarik diri dari posisi berbaringnya. Setelah berhasil mendudukkan diri, barulah ia mencoba menyipitkan kedua matanya di tengah edaran pandangannya yang menyeluruh. "Aku ada di mana ini?" Perempuan yang tak lain adalah Qirani pun bergumam melayangkan tanya pada dirinya sendiri. Kemudian, selepas rasa peningnya mulai berkurang, ia lantas mulai mengucek kedua matanya secara bergantian. Sampai pada saat pandangannya berangsur normal, ia lalu menjatuhkan pandangannya tersebut ke arah lantai di mana ia menemukan sesuatu yang sangat dikenalnya tergeletak di sana. Sepintas, Qirani yang baru saja melihat dalaman atas penutup bukitnya ada di lantai pun lalu buru-buru saja mengalihkan tatapan horornya ke arah tubuh yang mana saat ini sedang dibalut selimut hingga mencapai d**a. Sedikit mengintip ke balik selimut, matanya pun membelalak lebar karena ternyata ia sama sekali tak mengenakan apa pun dan hanya berbalut selimut hotel yang entah sejak kapan menyelimuti tubuhnya. Ditambah dengan ia yang refleks bergerak dan merasakan adanya rasa sakit pada bagian bawah tubuhnya, Qirani pun sangat yakin jika tadi malam sesuatu yang tak pernah ia duga akan terjadi pasti sudah berlangsung tanpa dirinya sadari. Didukung dengan adanya bercak darah yang ia lihat menodai seprai seusai ia berusaha bangkit dari posisinya, keyakinan Qirani pun semakin kuat mengenai dirinya yang tidak lagi suci. Berhubung tungkai kakinya masih sangat lemas, ia yang kembali terduduk di ujung ranjang pun sigap menoleh ke belakangnya secara spontan. Lagi, matanya melotot sempurna tatkala menemukan sosok pria bertelanjang d**a yang kala ini masih terlelap nyenyak dengan posisi memunggungi. Secepat kilat, Qirani yang penasaran akan siapa pria tersebut pun segera saja beringsut mendekat dan mulai mengguncang badan pria itu dengan cukup kencang. "Hei, bangun! Apa yang udah lo lakuin sama gue hingga gue bisa ada di atas ranjang bersama lo dalam keadaan seperti ini. Bangun. Atau gue akan panggil staf keamanan supaya lo bisa diusut tuntas atas tuduhan pemerkosaan dengan bukti yang gue miliki saat ini," raung Qirani di tengah usahanya membangunkan si pria. Sementara itu, seakan merasa terusik oleh guncangan yang cukup kencang dan membuatnya terganggu dari tidur nyenyaknya, pria itu lalu sempat mengerang sebelum akhirnya mengangkat kepalanya dari bantal sekaligus mengalihkan posisinya menghadap ke arah sang perempuan. Kontan saja, detik itu pun Qirani dibuat tercengang luar biasa. Mengetahui bahwa pria yang sesaat lalu ia paksa supaya bangun rupanya adalah sosok yang amat dikenalnya dengan sangat baik. Sehingga dalam sekejap Qirani pun spontan memekik, "Mas Haris!" Di detik yang sama, mata pria itu tampak terbuka secara sempurna diiringi dengan bibir yang melengkungkan seulas senyum tatkala ia mendapati sosok perempuan yang sudah ia gagahi pada waktu tadi malam. Setelah sempat mengusap wajahnya sejenak, pria itu berkata, "Rani, kamu sudah bangun?" Suaranya terdengar begitu serak khas orang bangun tidur. Merasa bak tersengat listrik ribuan voltase, tentu saja Qirani tak pernah menduga bahwa Haris adalah satu-satunya pria yang sudah dengan teganya merenggut kesuciannya di saat dirinya sendiri sedang dalam keadaan hilang akal. Memikirkan kejadian semalam yang bahkan sama sekali tak bisa diingatnya walau secuil, tiba-tiba saja Qirani merasa sesak seiring dengan air mata yang mulai merebak membasahi pipi. *** Setelah sama-sama berpakaian secara utuh, Qirani yang masih diterpa syok pun hanya bisa duduk termenung di tepi ranjang. Pikirannya sungguh campur aduk, apalagi sesudah sempat mendengar penuturan langsung dari Haris mengenai mereka yang memang telah melakukan hubungan suami istri di malam tadi. Membuat Qirani merasa kotor sekaligus merasa bersalah juga pada seseorang yang tak sengaja dikhianatinya. "Diminum dulu. Biasanya setelah mabuk semalaman, kepala suka pusing dan berdenyut. Aku biasa meminum air jahe seperti ini untuk meredakan pusing yang mendera. Tadi, aku sengaja minta sama pegawai hotel untuk dibuatkan air jahe. Untung saja bagian dapurnya menyediakan. Jadi, aku bisa suguhkan ini untukmu supaya kamu--" "Kenapa kamu lakuin ini, Mas?" Alih-alih mau mendengarkan uraian Haris yang dirasa tidak terlalu penting, Qirani justru pilih menyela sembari mendongak menatap pria itu dengan sorot sendunya. Balas menatap, Haris yang sempat menaruh cangkir berisi air jahe ke atas nakas pun lalu sigap mengisi tempat kosong di sebelah Qirani dan mulai berkata, "Kita sama-sama mabuk tadi malam, Rani. Mana bisa Mas mengontrol diri selagi kamu pun sama gak sadarnya. Maafin, Mas ... Tapi semua itu udah terjadi. Saat mabuk, kita bahkan gak pernah bisa mengendalikan diri untuk hal sekecil apa pun." Entah kenapa, tetapi Haris sungguh-sungguh sedang berbohong kepada Qirani. Padahal, ia sendiri tidak sedang mabuk semalam. Tapi kepada Qirani, pria ini justru malah bertutur bahwa ia pun sama mabuknya seperti Qirani. "Kalo aku sampe hamil gimana, Mas?" Nada suara Qirani tampak bergetar. Jantungnya bahkan berdebar kencang tak keruan. Ketakutan mengenai dirinya yang kemungkinan hamil selepas melakukan hubungan intim dengan seorang pria jantan layaknya Haris pun seketika saja merongrong diri. Meskipun hal itu merupakan pengalaman pertama bagi Qirani, tetapi jika ia sedang dalam keadaan subur dan Haris tak memakai pengaman maka bisa saja yang ditakutkannya pun terjadi. Demi Tuhan, Qirani merasa was-was mengingat beberapa hari lalu ia baru saja selesai dengan masa periodenya. Beralih ke posisi berlutut di hadapan Qirani, pria itu lalu meraih kedua tangan Qirani dan menggenggamnya cukup erat. Sembari menatap Qirani lamat-lamat, Haris lantas berucap," Aku akan tanggung jawab, Rani. Kamu tenang saja!" Mendengar itu, Qirani pun melebarkan pupil matanya. "Tenang katamu? Gimana aku bisa tenang kalo kamu aja adalah suami orang, Mas. Kamu lupa siapa kamu dan siapa aku? Kita ini iparan, Mas. Aku adik iparmu dan istrimu adalah kakak kandungku. Lalu dengan santainya kamu menyuruhku tenang? Minum saja air jahe tadi. Barangkali sisa mabukmu semalam masih ada," cerocos perempuan itu marah. Seraya mengenyahkan tangan Haris yang semula sempat menggenggamnya dengan erat. Pria itu terdiam. Dia memang tidak lupa bahwa dirinya adalah kakak ipar dari Qirani. Akan tetapi, dia diam justru karena sedang berpikir keras sekaligus mencari kalimat yang pas agar Qirani bersedia ia jadikan sebagai istri keduanya apabila di rahim Qirani benar-benar tumbuh darah dagingnya. "Aku ingat siapa aku dan siapa kamu, Rani. Maka dari itu, berilah Mas kesempatan agar Mas bisa bertanggungjawab kepadamu. Andai kata kamu hamil, maka kita bisa menikah secepatnya demi menyelamatkan keturunanku yang tumbuh di rahimmu," ungkap Haris sungguh-sungguh. Berusaha meyakinkan adik iparnya tersebut bahwa ia sangat serius mengenai perkataannya barusan. Kini, giliran Qirani yang membisu. Sungguh tidak menyangka jika Tuhan malah menyeretnya ke dalam takdir semengerikan ini. Bagaimana mungkin ia bersedia dinikahi oleh kakak iparnya sendiri. Selain akan merusak nama baik keluarga, ia pun tentu akan dicap sebagai wanita perusak rumah tangga kakaknya sendiri apabila kelak ia benar-benar dijadikan Haris sebagai istri keduanya. Andai saja waktu bisa diputar. Maka Qirani tidak akan sok mabuk-mabukan hingga menyebabkan dirinya terdampar di atas ranjang bersama kakak iparnya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD