Selama beberapa lama, Katarina memperhatikan pemandangan di balik kaca bening yang membatasinya dengan daerah luar. Ia tidak benar-benar memandang pemandangan di luar saja, memainkan sedang melamun mengenai apa-apa saja yang selama ini telah terjadi menimpa dirinya.
“Kat, kau boleh tidur lagi. Kau terlalu singkat tertidur.” Leslie menyarankan pada Katarina untuk melanjutkan tidurnya.
Perkataan dari Leslie sontak saja membuat Katarina tersadar dari lamunan lalu menggelengkan kepalanya. “Ah, tidak apa-apa, aku sudah merasa lebih baik.” Ia menyatu sambil tersenyum ramah pada gadis itu.
“Ya sudah.”
Katarina bisa mengasumsikan bahwa Leslie dan Lindsay memang adalah orang baik. Ia sendiri tidak merasakan adanya seuatu yang bersifat negatif pada diri kedua manusia biasa itu. Ya, sebelah berlatih lebih lama dan lebih bajak tentang kemampuan ESP, Katarina sedikitnya bisa merasakan hawa negatif dari jarak teryentu.
“Omong-omong apa kita masih lama?” tanya Katarina yang beralih menanyakan seberapa lama lagi perjalanan mereka.
“Oh, kita akan tiba sebentar lagi. Seharusnya portal jalan masuk kota sudah terlihat sebentar lagi.” Leslie langsung menjawab pertanyaan itu.
“Oh.”
“Bosan berlama-lama di dalam mobil?” tanya Lindsay. Katarina menggelengkan kepala nya.
“Bukan itu, aku hanya ingin tahu saja. Soalnya ingin adalah pertama kali aku datang ke sini.”
“Oh, kau sidah tak sabar tiba?” tebak Leslie yang lansung di alas anggukan oleh Katarina Katarina.
Benar saja apa yang Leslie katakan, tak berselang lama mereka melihat portal yang bertuliskan “Selamat datang di Kota Coldwater.” Yang terpampang sangat jelas.
“Nah, lihat. Apa aku bilang.” Leslie menunjuk tulisan itu. Katarina menurunkan kaca lalu mengeluarkan kepala untuk melihat tulisan besar itu secara lebih jelas.
“Ya, kau benar.” Katarina sesaat memandangi tulisan besar itu, ia tidak menyangka akan tiba dalam waktu yang terbilang cepat. Meski sebenarnya ia bisa lebih cepat tiba apabila tidak ada halangan di tengah jalan, sepeda motor yang dirinya curi bisa membawanya lebih jauh lagi apabila para pengejar itu tidak menghentikan langkahnya.
“Ini yang kupikirkan sejak beberapa waktu lalu. Kau sebenarnya ingin pergi ke mana?” Lindsay buka suara, ia mengajukan pertanyaan pada Katarina.
Katarina yang mendapatkan pertanyaan itu segera memasukkan kembali kepalanya ke dalam mobil, pada saat yang sama mereka melewati portal itu.
Untuk beberapa saat Katarina tampak berpikir untuk mencari jawaban atas pertanyaan sederhana itu, ia bingung untuk mencari alibi, ditambah ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang tempat yang menjadi tujuan perjalanannya tersebut. Sementara Leslie yang memperhatikan gelagat Katarina segera bisa menebak apa yang gadis itu pikirkan.
“Emm ... Kat, aku sepertinya tidak punya tempat tujuan. Apa aku benar?” tebak Leslie yang membuat Katarina terkejut karena kali ini apa yang Leslie katakan memang kebenarannya.
“Eh?”
“Aku hanya menebak, soalnya kau mengatakan sebelumnya bahwa kau lari dari rumah lalu melakukan perjalanan menuju Kota Coldwater. Kupikir kau tidak punya tempat tujuan, tidak ada teman atau saudara yang mau kau kunjungi.” Leslie menjelaskan mengapa ia bisa menebak dengan benar. Sebenarnya tidak sepenuhnya seperti itu. Katarina memang sudah merencanakan kabur dari laboratorium itu lalu meninggalkan kota tempat tinggalnya.
Ia yang tidak tahu apa-apa soal dunia luar memaksakan diri untuk pergi ke kota lain tanpa tujuan khusus, yang saat itu dirinya pikirkan hanya bisa lolos dan hidup bebas, ia bisa memulai semuanya dari awal. Baru sekarang ia memikirkannya, ia harus memiliki tempat yang bisa dituju. Tapi tempat apa? Apa yang harus dirinya lakukan setelah ini?
“Bisa dikatakan seperti itu. Aku kabur tanpa memikirkan apa yang harus kuperbuat berikutnya. Aku hanya berpikir untuk pergi, itu saja. Tak kusangka berhasil kabur adalah langkah awal dari perjuanganku.” Katrina tersenyum masam saat ia berterus terang pada sepasang saudara itu.
Lindsay dan Leslie saling bertatapan untuk sesaat. Mereka tahu anak-anak muda yang melarikan diri terkadang akan pergi ke tempat yang dikenal, berbeda lagi apabila melarikan diri ke luar kota di mana tidak ada tempat mana pun yang dikenal.
“Bagaimana ini?” tanya Leslie pada kakaknya.
“Sudahlah, kita bahas itu nanti, aku sudah lapar.” Lindsay memutuskan untuk mengesampingkan urusan itu. Karena hari memang sudah pagi, merupakan hal wajar apabila mereka lapar dan harus melakukan sarapan untuk mengisi tenaga agar bisa memulai kegiatan.
Baru pada saat itulah Leslie sadar bahwa saat ini ia mulai merasa lapar. “Benar juga, kita memang tak sempat sarapan.” Leslie kemudian beralih memandang Katarina. “Oh iya, Kat, sebentar lagi ada restoran yang bisa kita singgahi, apa kau juga lapar?” tanyanya. Tentu ini pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan lagi. Jika diingat dari cerita Katarina, maka ialah yang seharusnya yang paling lapar di antara mereka, pasalnya ia terus bergerak sepanjang malam yang mana energinya terkuras, sementara perutnya terus dibiarkan kosong karena ia memang tidak membawa persediaan makanan sama sekali.
“Aku sangat kelaparan jika harus berterus terang, tapi aku benar-benar tidak punya uang.” Katarina menjawab berterus terang pada mereka. Ia tampak memberi ekspresi agak malu mengakuinya.
“Jangan pikirkan itu, aku akan mentraktirmu.” Leslie membalas sambil tersenyum.
“Kau terlalu baik, jangan repot-repot.”
“Sudahlah, jangan menolak tawaran baik darinya. Kapan lagi kau akan mendapat sesuatu darinya.” Lindsay menyahut melarang Katarina untuk menolak, pria itu masih berbicara dengan ekspresi wajah tidak senang dan tampak kesal. Katarina hanya bisa mengasumsikan bahwa pria itu memang seperti itu sifat dan kepribadiannya.
“Nah, Lindsay benar, kau jangan sungkan. Anggap saja ini adalah traktir dari teman barumu.” Leslie menimpali sambil memasang wajah yang masih sama seperti sebelumnya.
“Kalau begitu aku tidak memiliki alasan untuk menolak.” Akhirnya hanya itu saja yang bisa Katarina katakan.
“Kalau begitu ayo kita sarapan!” seru Leslie yang bersikap tidak sesuai dengan usianya.
“Jangan kekanakan, kau sudah punya teman kencan tapi sikapmu masih seperti balita.” Lindsay langsung menegur membuat Leslie cemberut, ia tidak terima langsung melakukan pembelaan diri yang mana hal itu menjadi adegan adu mulut di antara keduanya. Katarina hanya bisa tersenyum sambil menggeleng memperhatikan interaksi antara sepasang adik kakak itu.
“Lihat, Kat. Sudah kubilang kalau Lindsay itu menyebalkan.” Leslie menoleh memandang Katarina seperti mengadu. Ia tampak sangat tidak senang lengan teguran saudara laki-lakinya itu.
Mobil melaju di jalanan cukup cepat. Pada saat itulah Katarina melihat keberadaan seseorang yang sedang berlari, Katarina hendak mengatakan sesuatu ketika keduanya masih beradu mulut, tapi tiba-tiba saja mobil menabrak sesuatu yang membuat suara benturan cukup keras, korban yang tertabrak itu sendiri sempat membentur kaca depan lalu berguling melewati atap sebelum kemudian berakhir jatuh di belakang mobil. Lindsay secara refleks menginjak rem kuat-kuat untuk menghentikan mobilnya.
Karena mobil berhenti tiba-tiba, Katarina sampai terdorong ke depan, ia tidak mengenakan sabuk pengaman. Sementara Lindsay dan Leslie yang mengenakan sabuk pengaman tampak baik-baik saja, hanya mereka memasang wajah pucat dan panik.
Selama lima detik lamanya, semuanya tertegun sambil memasang wajah yang luar biasa panik.
“A ... apa yang terjadi? Apa kau ... kau baru saja menabrak seseorang?” tanya Leslie yang tampak sangat panik. Ia semakin ngeri karena tepat di hadapannya, kaca depan meninggalkan jejak darah segar yang tidak sedikit jumlahnya.