Subjek Percobaan

1115 Words
Setelah beberapa jenis kabel berwarna menempel baik, ada orang yang memeriksa keadaan tubuhnya di depan komputer, sementara orang-orang di dekatnya mulai melakukan sesuatu, tahap awal biasanya ia akan disuntik dengan suntikan yang berisi cairan aneh yang sampai saat ini Katarina tidak mengetahui apa itu. Lalu setelahnya orang-orang akan berseru mengatakan mengenai dimulai uji coba atau semacamnya, orang yang berada di depan komputer kemudian akan menyerukan mengenai kondisi tubuhnya. Dimulai dengan kecepatan jantung memompa darah, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah dan semacamnya. Katarina tidak tahu untuk apa semua itu, setiap kali ia menanyakannya, tidak ada satu pun yang memedulikannya, jangankan untuk menjawab, bahkan tidak ada satu pun yang meliriknya ketika ia berbicara seolah mereka memang tuli atau tidak mengerti bahasa yang Katarina gunakan. Ketika semua dipastikan sudah siap, maka ia akan ditinggalkan sendiri di dalam ruangan itu, sementara orang-orang berpakaian putih yang memeriksanya akan menyaksikan di luar dinding kaca. Lalu seseorang akan memerintahkan dirinya untuk melakukan segala hal yang diperlukan melalui alat pengeras. Katarina tidak pernah mengetahui nama setiap orang yang bekerja itu, tapi ia tahu siapa nama pria yang selalu berbicara padanya. Namanya adalah Thompson, Dokter Thompson. Setelah beberapa detik ia dibiarkan sendirian, tak lama dari arah luar pria bernama Dokter Thompson itu datang sambil membawa clipboard yang entah apa isinya. “Katarina, kita bertemu lagi. Bagaimana keadaanmu?” sapa pria yang bernama Dokter Thompson. Pria itu memiliki perawakan dengan tinggi badan sekitar enam kaki, memiliki rambut, kumis dan jenggot berwarna coklat tua yang semuanya keriting, rambut pendek itu seperti berusaha dibuat serapi mungkin meski hasilnya tetap keriting, terdapat bagian keriput pada kulit setiap bagian badannya menandakan bahwa ia sudah tidak muda lagi. Pria itu mengenakan kacamata dan setelan jas putih seperti orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. “Aku merasa baik.” Katarina membalas dengan nada yang tak senang. Jarak antara dirinya dengan Dokter Thompson sekitar sepuluh meter, pria itu berdiri tepat di depan dinding kaca, posturnya masih tegak meski usianya mungkin sudah memasuki lima puluh tahun. “Bagus.” “Apa aku boleh melepaskan kabel-kabel ini? Rasanya gatal.” Katarina hendak memegang kabel-kabel berbagai warna itu, ia memang tidak diikat supaya bisa sedikit lebih leluasa. “Kita sudah membahasnya, Katarina. Kau tidak boleh melepaskan benda-benda itu sampai semuanya selesai.” Dokter Thompson melarang. Sepertinya sudah berulang kali Katarina membahas hal ini, ia tidak senang dengan kabel-kabel itu. “Baiklah, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak mau harus mengangkat benda berat lagi, kepalaku sakit.” Katarina membahas topik utama yang merupakan kegiatan rutinnya bersama orang-orang di sini. “Aku tahu, yang terakhir adalah salah perhitungan, kau terlalu dini untuk melakukan hal besar.” “Baguslah, aku tidak ingin melakukannya, sungguh.” “Tenanglah, itu tidak akan terjadi lagi.” “Lalu bagaimana dengan hari ini?” tanya Katarina lagi. Ia sepertinya tidak bisa bungkam lalu mendengarkan apa-apa saja yang harus dirinya lakukan. “Bagaimana jika kita mengobrol dulu? Lalu aku akan membiarkan kau melakukan sesuatu yang sederhana.” Dokter Thompson menawarkan. Suaranya agak serak membuat ia harus berdehem beberapa kali terlebih dulu. “Apa aku akan dibiarkan pergi setelah semuanya selesai?” Bukannya menjawab, Katarina malah menyahut dengan melontarkan pertanyaan pada Dokter Thompson, tampaknya ia sudah tidak nyaman berada di dalam ruangan itu, padahal baru saja berada di sana dalam waktu yang singkat. “Tentu saja.” “Maksudku adalah setelah semuanya benar-benar selesai, tidak ada pemeriksaan lagi untuk seterusnya.” Katarina membuat kalimat yang ia ajukan menjadi lebih spesifik. Untuk sesaat, ia tidak mendapatkan balasan apa-apa, Dokter Thompson seperti sedang berpikir atau sedang mempertimbangkan. “Itu tergantung dengan dirimu sendiri, Katarina.” Akhirnya pria itu menjawab. “Kekuatanmu harus bisa dikontrol, kau harus berusaha belajar mengendalikannya agar tidak akan ada yang terluka, terutama orang di sekitarmu dan tentu saja dirimu sendiri. Kau mengerti? Ini sangat penting bagi kami yang bekerja dan bagi dirimu sendiri tentunya.” Ia menambahkan, memaparkan alasan apakah Katarina bisa pergi atau tidak setelah semua ini selesai. “Aku mengerti. Kapan aku bisa mulai?” tanya Katarina yang kembali membahas mengenai pemeriksaan yang akan dirinya jalani. “Setelah aku mengatakan beberapa hal dulu padamu.” “Kalau begitu silakan.” “Apa kau tahu bahwa dirimu dikaruniai bakat yang luar biasa?” tanya Dokter Thompson ramah. “Ya. Kau sudah mengatakannya, aku adalah satu dari segelintir orang yang memiliki bakat istimewa. Kami disebut Esper dan di luar sana jumlahnya ada lebih banyak lagi, meski dibandingkan dengan jumlah manusia biasa, jumlah esper sangat lah sedikit.” Katarina menjawab lantang, ia sudah berulang kali mendapatkan kalimat seperti itu sehingga mudah baginya mengulang. “Nah, Esper di luar sana tidak seberuntung dirimu, mereka memiliki kekuatan berbahaya yang tak bisa dikontrol, hal itu membuat mereka menyakiti diri sendiri lalu pada akhirnya mereka mati atas perbuatan mereka tanpa sengaja. Keberadaan kami untuk mencegah hal itu terjadi, kami ingin para Esper bisa mengontrol kekuatan mereka dengan baik demi keamanan semua orang.” Dokter Thompson melanjutkan, memberikan penjelasan panjang lebar yang mana hal ini juga sudah Katarina dengar berulang kali sehingga ia juga sudah menghafalnya. “Kau salah satu yang terbaik, kemampuan yang kau miliki bukan hanya sesuatu, tapi itu adalah hal mengagumkan. Itu akan lebih berguna apabila kau mampu mengendalikannya dengan baik.” Dokter Thompson mengakhiri penjelasannya dengan mengatakan kalimat itu. “Aku mengerti, apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Katarina yang langsung pada intinya, ia sudah bosan mendengar celotehan yang hanya itu-itu saja. Kata-kata yang kadang disampaikan dengan bahasa yang agak berbeda tapi masih memiliki inti dan makna yang serupa. “Terakhir kali ketika kau marah, kau bisa membuat sesuatu yang besar meski kau berakhir dengan cedera. Bagaimana jika sekarang kita mulai dengan pikiran yang tenang?” Dokter Thompson menawarkan. Beberapa orang kembali berbicara mengenai keadaan tubuh Katarina saat ini. “Oke, kuharap tidak ada provokasi menyebalkan lagi.” Katarina langsung menyanggupi, ia ingin hal ini segera selesai agar ia bisa secepatnya meninggalkan ruangan yang tidak dirinya sukai itu. “Tidak ada. Kali ini kau harus melakukan semuanya dengan keinginanmu sendiri.” Dokter Thompson membalas membuat Katarina merasa agak lega. Pasalnya ketika ia marah, ia mampu mengeluarkan kekuatan besar yang mana terakhir kali kekuatan besar itu muncul, ia sama sekali tidak bisa mengontrolnya. “Aku mengerti.” Setelah itu seseorang masuk sambil membawa apel. Seorang pria yang benar-benar tidak ingin Katarina lihat. Tentu saja Katarina langsung marah bahkan ketika pria itu baru saja satu langkah masuk ke dalam ruangan itu. Pria itu tampak masih muda, mungkin saja usianya tidak jauh dari Katarina sendiri. “Kau! Enyah dari sini!” teriak Katarina lantang, ia teramat sangat marah saat melihat wajah pria itu. “Apa kabar, Kat.” Pria itu menyapa tanpa rasa bersalah sama sekali, ia mengabaikan teriakan Katarina yang jelas-jelas membenci dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD