Membawa Korban yang Tak Sengaja Tertabrak

1093 Words
Entah Lindsay maupun Leslie, keduanya sama-sama merasa heran dikarenakan kondisi pria itu memang seperti apa yang Katarina katakan, keadaannya baik-baik saja, tidak ada cedera lain selain darah yang keluar dari kepalanya. Mungkin itu juga yang menjadi sumber mengapa ada darah di depan kaca mobil, mungkin saja ketika tabrakan terjadi, kepalanya langsung terbentur kaca sampai berdarah. Normalnya, pria itu harus mendapatkan cedera yang beberapa kali lipat dari itu mengingat hantaman yang terjadi memang cukup keras. Minimal kakinya terluka atau semacamnya. Apalagi ketika jatuh setelah tertabrak, suara jatuhnya terdengar jelas, ditambah sudah pasti kalau kulit pria itu bukankah menggesek aspal jalanan? Saat ini, ketika Lindsay sedang membantu Katarina untuk memasukkan tubuh pria itu ke dalam mobil, Leslie mencoba membersihkan darah yang menempel di kaca depan menggunakan tisu dan air mineral yang kebetulan ia bawa, tidak mungkin mereka melanjutkan perjalanan dengan darah yang menempel di kaca depan. “Menurutmu, kenapa pria ini tidak cedera? Minimal patah kaki setelah tertabrak.” Lindsay meminta pemikiran Katarina mengenai keadaan pria yang sedang berusaha dimasukkan ke dalam mobil. Katarina hanya angkat bahu. “Mungkin dia adalah atlet atau semacamnya yang punya daya tahan tubuh kuat,” balas Katarina yang mengira-ngira sekenanya. “Atlet apa memangnya yang bisa menahan tubuhnya tertabrak tanpa cedera serius?” “Mungkin American Football, atau Rugby. Siapa yang tahu.” “Em, masuk akal juga. Sepertinya kau benar, pria ini atlet. Jtu satu-satunya jawaban yang sesuai dengan kondisinya.” “Selesai juga.” Lindsay menarik napas lega ketika dirinya sudah berhasil membuat pria muda itu duduk di kursi belakang, sementara Katarina sudah berada di samping pria itu. “Apa ini cukup?” tanya Lindsay saat sudah membuat posisi pria itu senyaman mungkin. Katarina memeriksa posisi duduk pria itu lalu menoleh pada Lindsay. “Ya, dia sudah duduk dengan baik, jangan khawatir soal mengemudi, aku akan memeganginya ketika mobil jalan.” Katarina menyahut berniat menahan tubuh pria itu apabila terjadi sesuatu. “Kalau begitu kita akan pergi sekarang juga.” Lindsay kemudian menutup pintu, ia berjalan menuju pintu depan lalu membukanya. “Kau sudah selesai di sana?” tanyanya pada Leslie, ia kemudian masuk ke dalam. “Sedikit lagi.” Leslie menyahut, ia menyiramkan semua air yang ada di dalam botol plastik itu untuk sentuhan akhir, kaca saat ini sudah kembali bersih terbebas dari darah. Tak lama setelahnya Lindsay dan Leslie segera masuk lalu duduk di tempat masing-masing, mereka hampir secara bersama-sama menutup pintu. “Ayo jalan.” Leslie berucap pada kakaknya. Mobil segera dijalankan meninggalkan tempat kejadian. Niat mereka adalah membawa pria yang tak sadarkan diri itu ke klinik terdekat untuk memeriksakan keadaannya, mereka hanya bisa berharap bahwa cedera yang pria itu dapat kan tidak parah sampai memberi mereka masalah lebih banyak dari yang seharusnya. Berbeda dengan sepasang saudara itu, Katarina yang memasang ekspresi biasa saja saat ini tampak sangat waspada, hal itu dikarenakan ia masih merasakan keberadaan para esper itu. Hal ini membuat ia bertanya-tanya mengenai apa yang terjadi dan apa yang sebenarnya telah pria di sampingnya itu alami. Katarina sadar bahwa orang-orang pengguna kekuatan itu tidak bergerak, mereka sepertinya hanya memantau saja dari kejauhan, bahkan ketika mobil sudah melaju menjauhi tempat itu, tidak ada seorang pun yang bergerak untuk mengikuti mereka. “Kenapa tidak ada yang mengejar? Apa dikarenakan ada manusia normal bersama kami?” tanya Katarina dalam benaknya. Seharusnya, dengan jumlah esper sebanyak itu, masalah yang pria itu hadapi lebih besar dan lebih serius dari yang seharusnya. “Darahnya tidak keluar lagi, kupikir dia akan pendarahan.” Atas ucapan itu, Katarina tersadar dari pemikirannya, ia mendapati saat ini bahwa Leslie sedang menghadap ke belakang, tepat ke arah dirinya atau sebenarnya sedang memperhatikan pria yang masih memejamkan matanya. Katarina mengikuti arah tatapan Leslie, yaitu memandang wajah pria itu juga. Ternyata Leslie sedang memperhatikan luka yang pria itu terima. Katarina mengangguk sebelum kemudian berbicara. “Kupikir juga begitu, untung kepalanya tidak bocor terlalu besar.” “Syukurlah karena dia tidak terluka parah. Aku takut dia sekarat gara-gara kakakku yang bodoh ini menabraknya.” “Jangan menyalahkanku!” sahut Lindsay yang mendengar namanya disalahkan. Ia masih fokus memperhatikan jalanan. “Jangan memulai perdebatan lagi,” sela Katarina saat Leslie memutar pandangan dari pria itu lalu memandang Lindsay, ia hendak membalas. Karena ucapan Katarina, Leslie mengurungkan niatnya lalu kembali memperhatikan jalan, ia memperbaiki posisi duduknya lalu bersandar pada kursi. “Huh, ternyata mereka patuh, kupikir karena aku orang asing, mereka tidak akan mendengarkanku.” Katarina merasa lega karena kedua orang yang merupakan adik kakak itu tidak melanjutkan adu mulut yang memusingkan itu. “Kalau pria itu pemain football sungguhan, pastilah tubuhnya kuat. Tidak akan ada cedera serius yang didapatkan dari tabrakan itu.” Lindsay berucap untuk membuat yang a dan di dalam mobil merasa lebih tenang, padahal kata-kata itu sudah jelas diperuntukan untuk diri sendiri yang mencoba melakukan penghiburan. “Kuharap seperti itu, kita tidak memiliki banyak uang untuk memberikan pengobatan pada seseorang yang terluka parah.” Leslie menanggapi. “Ya, keuangan kita tidak bisa dihamburkan untuk sesuatu yang seperti itu.” Lindsay menyetujui. Selama beberapa detik lamanya, tidak ada yang berbicara lagi di antara mereka. Katarina sendiri tidak memiliki minat untuk buka suara untuk beberapa waktu. “Dia terlihat seusia denganmu, Lindsay.” Leslie tiba-tiba buka suara, sepertinya gadis itu sedang memperkirakan usia dan ketampanan pria yang masih tampak memejamkan mata itu. Katarina dan Lindsay tentu tahu siapa yang Leslie maksud. “Tidak, kupikir dia lebih muda dariku.” Lindsay menggeleng menyangkal. “Tapi itu bukan sesuatu yang penting, aku bertanya-tanya kenapa bisa pria ini ada di hutan.” Lindsay mengangguk menoleh sesaat pada si pria muda yang masih memejamkan matanya. “Maksudku, ini aneh karena di sekitar sini tidak ada pemukiman, tidak ada kendaraan. Aku bertanya-tanya, apa yang sedang pria ini lakukan di tempat seperti itu? Kondisinya jauh berbeda dengan Katarina.” Lindsay memperjelas maksud dari perkataannya. Katarina sudah jelas membawa tas dan pakaiannya yang memang dikhususkan untuk bepergian, sementara pria yang tak sengaja tertabrak itu, penampilannya sungguh berbeda. “Mungkin saja dia sedang berkemah di hutan sendirian lalu ada binatang buas yang mengejarnya?” terka Leslie yang terdengar diucapkan sekenanya saja. “Lalu dia lari sejauh mungkin, saking takutnya, dia lari sampai ke tengah jalan padahal binatang itu sudah tak mengejarnya lagi.” “Kau pikir begitu? Aku melihat penampilannya tidak seperti seorang yang sedang berkemah.” Lindsay membalas, ia tidak setuju dengan terkaan adiknya. “Apa mungkin dia habis dirampok?” Leslie lagi-lagi menebak. Untuk sesaat, Lindsay menoleh pada pria yang masih memejamkan mata itu lalu kembali memandang jalan. Untuk yang kali ini ia agak setuju dengan Leslie, maka dari itu ia mengangguk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD