Setelah perkacakan singkat itu, Katarina dan Tristan bergabung dengan sepasang adik kakak yang berbeda jenis kelamin itu. Yang pertama kali masuk adalah Katarina, mudah mencari keberadaan mereka dikarenakan jumlah orang yang masuk ke dalam bangunan tempat mengisi perut itu belumlah banyak.
Ketika Katarina berjalan menghampiri mereka, Tristan akhirnya masuk lalu berdiam diri sesaat di ambang pintu, lalu setelah beberapa saat berada di sana, ia menyusul Katharina untuk tergabung.
Di dalam restoran, cukup banyak orang yang datang mengingat ini masih jam sarapan. Keempat remaja yang usianya memasuki dewasa itu duduk di meja yang sama. Restoran ini memiliki lebih dari sepuluh meja yang bentuknya melingkar, terdapat beberapa kursi yang masih ditaruh terbalik di atas meja yang menandakan lantainya sendiri belum lama baru dibersihkan.
Asap dari makanan panas yang disajikan di atas meja-meja pelanggan segera menyebar membuat seseorang yang kelaparan akan semakin lapar melihat dan mencium aromanya. Siapa pun yang sedang lapar akan semakin kelaparan ketika mencium aroma masakan panas yang baru dihidangkan itu.
Saat ini, di meja tempat Katarina dan tiga orang lain duduk juga sudah tersaji makanan yang panas di mana semuanya langsung menyantap makanan masing-masing. Katarina benar-benar merasa sangat hidup lagi setelah beberapa suap makanan masuk ke dalam perutnya, ia tidak sadar bahwa perutnya selama ini benar-benar butuh asupan makanan karena selama perjalanan perut itu dibiarkan kosong cukup lama.
Tenaganya terkuras akibat apa yang terjadi malam tadi, jika ia ingat, kemarin ia tidak sempat makan sehingga perutnya kosong dalam waktu yang bisa dibilang lebih lama dari biasanya, maka dari itu, ketika pagi ini ia mendapatkan makanan gratis, tidak ada sedikit pun yang disia-siakan.
Di tengah sarapan, Leslie kembali berbicara melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda, ia begitu aktif, bahkan bisa dikatakan terlalu cerewet untuk mencari tahu mengenai apa-apa saja yang ingin dirinya ketahui pada Tristan. Sementara Katarina dan Lindsay hanya menjadi pendengar, keduanya fokus memakan sarapan masing-masing.
Sementara Tristan yang diberondong pertanyaan, ia tidak bisa untuk tetap makan, mau tak mau ia segera saja menceritakan mengenai apa-apa saja yang telah dirinya alami selama berada di hutan pada Leslie, lalu akhirnya dirinya tertabrak secara tak sengaja oleh kendaraan yang dikemudikan oleh Lindsay. Tentu saja Katarina tahu bahwa semua cerita itu adalah kebohongan, meski ia tidak tahu seperti apa cerita sebenarnya mengapa Tristan ada di hutan, tapi ia sangat yakin bahwa semua yang diceritakan olehnya pada Leslie adalah karangan belaka.
Sampai saat ini, Katarina sebenarnya masih sedikit penasaran dengan siapa sebenarnya Tristan ini. Rasanya terlalu kebetulan bahwa pria itu ada di dalam hutan ketika mobil yang dirinya tumpangi melintas.
Katarina memang percaya bahwa yang namanya kebetulan memang ada, tapi yang kali ini sedikit berbeda. Katarina yang tahu bahwa dirinya bukan berada di pihak yang bisa mengajukan pertanyaan pada pria itu lebih memilih untuk bungkam.
Lebih baik tidak tahu apa-apa mengenai pria itu, siapa tahu pria bernama Tristan ini memiliki suatu masalah yang berat, Katarina akan terlibat dan terjebak bersamanya apabila ia berusaha masuk lebih dalam ke kehidupan pria itu.
Tristan sendiri bercerita sambil sesekali memakan sarapannya, sementara saat ia berbicara, Leslie setia mendengarkan, ia tidak menyela sama sekali sampai beberapa waktu kemudian Tristan menyelesaikan ceritanya.
“Jadi, kau sedang mengendarai motor sendirian pagi-pagi menuju kota lain, lalu kau terperosok ke dalam jurang ketika berada di hutan sana tapi masih bisa selamat.” Leslie buka suara setelah menelan makanannya. Ia mempersingkat atau mengambil garis besar dari semua yang Tristan ceritakan sebelumnya. Tristan segera mengangguk untuk mengklarifikasi.
“Itu menjawab alasan kenapa kau berantakan.” Leslie bergumam pelan. Ia tampaknya percaya begitu saja dengan apa yang semua Tristan ceritakan padanya, sementara Lindsay tampak tidak peduli, ia tidak mau tahu apakah cerita Tristan bohong atau jujur. Yang paling penting bagi Lindsay saat ini adalah, ia tidak boleh membiarkan perutnya kosong dalam kurun waktu yang dihentikan. Penyakit yang dirinya derita akan kambuh apabila ia terhambat makan.
“Ya, itulah yang kualami pagi ini. s**l sekali, padahal aku tidak mabuk saat berkendara.” Tristan tampak agak kesal atas kejadian buruk yang telah menimpanya.
“Jaketku sangat kotor dan sobek di sana-sini, makanya aku buang saja. Lihat ini bekas goresannya.” Tristan memperlihatkan kulit tangannya yang tampak bekas goresan yang menggembung.
Saat ia memperlihatkan luka yang dimilikinya, bukan hanya Leslie saja yang memandangnya, tapi Lindsay dan Katarina juga ikut mengangkat wajah lalu melihat itu.
“Itu bahkan tidak ada ketika aku melihatnya pertama kali. Aku yakin kalau dia mencakar kulitnya sendiri saat masuk ke restoran.” Katarina berbicara dalam benaknya, ia mengasumsikan bahwa Tristan melakukan perbuatan itu karena dirinya sendiri tahu pasti keadaan pria itu sebelumnya, mengingat Katarina yang memeriksa keadaan Tristan lalu mengangkat tubuh pria itu, gadis itu yakin kalau sebelumnya luka gores itu tidak ada. Meski ia tahu bahwa Tristan sedang berbohong, ia tidak buka suara karena tujuan pria itu tidak buruk, hanya memberi alibi kenapa dirinya ada di hutan.
“Aku turut prihatin padamu.” Leslie lagi-lagi percaya begitu saja. Ketika Tristan kembali menurunkan tangan, Leslie lanjut berbicara. “Kau memangnya mau ke mana?” Leslie lanjut mengajukan pertanyaan.
“Menjemput seseorang di kota seberang, tapi karena aku kecelakaan, maka aku berniat kembali ke Coldwater karena aku belum berangkat terlalu jauh.” Tristan menjawab. “Aku hendak pulang ke rumah sebelum kemudian aku malah tertabrak oleh mobil kalian karena aku berlari tidak memperhatikan jalan raya yang kupikir akan kosong dalam waktu lama.”
“Oh, kau dari Coldwater ternyata.” Katarina berbicara, ikut permainan atau sandiwara yang dilakukan Tristan. Pria itu mengangguk seperti tidak menyadari adanya ejekan dari nada Katarina yang memang terdengar biasa saja itu.
“Ya, aku berniat meminta bantuan pada temanku atau setidaknya memberitahu orang yang akan kujemput kalau aku mengalami sedikit masalah.” Tristan melanjutkan mengutarakan niatnya mengapa ia ingin kembali.
“Kenapa tidak menghubunginya saja? Itu lebih praktis dan cepat,” ucap Leslie agak heran. Ekspresi wajahnya menampakkan hal itu sangat jelas. Karena tertarik dengan apa yang dialami oleh Tristan, ia malah fokus padanya.
“Aku tidak membawa ponsel. Sedang diisi daya.”
“Kau boleh meminjam punyaku.” Leslie hendak merogoh ponsel yang ia taruh di dalam saku celananya, tapi Tristan segera melarang menolak tawarannya.
“Tidak, terima kasih, kau sudah berbuat lebih. Aku akan segera pulang.” Ia memberi alibi yang terdengar meyakinkan dan cukup masuk akal. Leslie mengurungkan niatnya lalu kembali menatap Tristan.
“Kau tinggal di daerah sini?” tanya Leslie lagi.
“Anggap saja seperti itu, meski bukan tempat tinggal tetap.”
“Mengontrak?” tebak Leslie.
“Ya.”
“Oh, kalau begitu, apa ....”