“Oh, kau ingin praktis rupanya.” Tristan berkomentar.
“Ya, dan kalau bisa, rumahnya cukup sepi agar aku tidak perlu bertemu tetangga yang menyebalkan.” Katarina menambahkan, untuk yang ini ia memiliki alasan yang khusus, selain ia memang tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang, ini juga diperlukan agar tidak mengundang pertanyaan apa-apa yang akan membuat dirinya harus meninggalkan tempat tinggal dalam waktu singkat. Ia tidak ingin mengundang kecurigaan siapa pun, hal yang paling baik untuk dilakukan adalah tidak memiliki tetangga.
“Oh, anti sosial.”
“Anti tetangga, lebih tepatnya.” Katarina mengoreksi dengan sedikit candaan membuat Tristan terkekeh pelan.
“Hahaha, itu benar. Aku memiliki tempat yang sesuai dengan apa yang kau butuhkan.” Pria itu membalas.
“Aku butuh tempat yang nyaman bagiku.”
“Oke, tunggu sebentar.”
Setelah itu, Tristan melepaskan pegangan motornya pada tangan kiri, ia menggunakan tangan itu untuk merogoh sesuatu di dalam saku celana yang berada pada bagian betis sisi kiri yang mana terdapat ritsleting yang menjadi bagian tutup saku itu.
“Apa yang kau lakukan? Aku bisa membantumu mengambil sesuatu di sana daripada harus seperti itu, kita bisa celaka.” Katarina tampak agak khawatir saat pria itu melakukan hal tersebut. Katarina menyingkirkan rambutnya saat ada yang tertiup menghalangi wajahnya.
“Tenang saja, ini mudah, aku sudah biasa melakukan ini.” Tristan membalas, ia mengangkat kaki kirinya agar saku yang berada di sana lebih dekat sehingga lebih mudah diraih.
“Terserahlah, yang penting hati-hati, kita bisa jatuh!” Katarina memperingatkan. Bagaimanapun, tindakan Trista membahayakan mereka.
“Ah, dapat.” Tristan bergumam, benda yang ternyata berusaha dirinya ambil adalah sebuah ponsel.
“Kapan kau mencuri itu?” tanya Katarina sambil menunjuk ponselnya. Katarina menanyakannya karena seingat dirinya, ia tidak melihat pria itu melakukan pencurian, ia hanya penasaran apakah ada kemungkinan itu merupakan dari kekuatan yang pria itu miliki.
“Ini milikku, aku tidak mencuri dari siapa pun.” Tristan menyahut sambil menggoyangkan sedikit ponsel itu. Setelahnya ia mengetik mencari sesuatu menggunakan ponselnya, Katarina agak khawatir karena Tristan sedang mengendarai.
“Oh, kukira ketika kau mengatakan tidak membawa ponsel, itu adalah kejujuran.” Katarina kembali membahas mengenai cerita yang Tristan ucapkan pada Leslie.
Mendengar itu, Tristan hanya tersenyum tengil. “Jangan dibahas soal itu, lagi pula untuk apa kau memercayainya?” Sedetik setelah ia melontarkan kalimat itu, ia menemukan apa yang dicari di dalam ponsel. “Oh ini dia, dapat.”
“Apa?” tanya Katarina yang sedikit penasaran. Tristan tidak segera menjawab, ia lebih dulu mengantongi ponselnya. Setelah itu, ia kembali menggunakan dua tangan untuk mengendalikan laju motor, tak lama setelah kedua tangan kembali ambil alih, motor dibelokkan ke kiri ketika terdapat persimpangan.
“Ada beberapa rumah yang ditinggalkan selama liburan musim panas. Kau bisa menggunakan salah satunya jika tertarik, daerahnya benar-benar dikosongkan karena banyak orang yang menghabiskan liburan di luar kota.” Tristan akhirnya buka suara. Tentu saja pria itu memilihkan sebuah rumah adalah bukan rumah sewaan atau rumah yang sudah ditinggalkan dalam waktu lama oleh penghuninya, Tristan berniat membobol rumah seseorang untuk bisa digunakan oleh Katarina.
Tentunya Katarina juga sudah tahu akan hal tersebut, ia sama sekali tidak keberatan menumpang di dalam rumah yang masih dihuni seseorang tanpa izin dari pemilik rumah aslinya. Tidak ada yang mengkhawatirkan dan tidak ada yang perlu dipikirkan, apalagi rumah itu pastinya akan kosong selama beberapa waktu.
“Itu bagus, aku bisa lega untuk beberapa lama.”
“Ya, apalagi rumah-rumah di kota ini tidak ada yang mengecewakan.”
“Lalu setelah musim panas berakhir, bagaimana? Aku harus mendapatkan rumah baru untuk tinggal.” Katarina membalas menanyakan keadaan selanjutnya karena ia memang tidak akan lama tinggal di rumah orang lain yang hanya ditinggalkan sebentar saja.
“Untuk itu kau tidak perlu cemas. Aku juga tahu beberapa rumah kosong yang mau dijual, itu bisa menjadi alternatifnya apabila kau memerlukan tempat tinggal lain yang layak, hanya saja kemungkinan sebagian besar rumah di dalamnya fasilitas listrik dan air tidak dinyalakan.” Tristan menjawab memberi tahu alternatif yang bisa Katarina gunakan. Rumah yang hendak dijual juga cukup baik dan sesuai, itu tidak akan memerlukan suatu biaya yang akan mengurasnya.
“Itu sangat membantu.”
Setelah beberapa percakapan terjadi di antara mereka, akhirnya Tristan memasuki daerah yang menjadi tempat tinggal sementara Katarina. Motor tidak lama berhenti di atas trotoar jalan setelah beberapa lama melaju pelan ketika Tristan memilihkan rumah yang sekiranya sesuai kebutuhan Katarina.
Daerah rumah di pinggir jalan adalah tempat mereka berhenti. Sepertinya para penghuni rumah di sana meninggalkan rumah untuk liburan selama musim panas. Tentu saja mereka mengunci rumah masing-masing, sayangnya di tahun itu belum ada keamanan berlipat sehingga hanya kunci pagar, kunci rumah dan CCTV saja yang menjadi kemanan yang ada. Semua hal itu bisa diatasi oleh mereka yang merupakan esper.
Tristan menurunkan standart, ia membuat mesin motor mati. Entah dirinya maupun Katarina belum turun dari atas motor, pasang mata mereka menyisir jajaran rumah yang ada di sana, posisi setiap rumah semuanya sama, yaitu menghadap ke arah jalan yang saat ini sedang kosong.
“Bagaiman menurutmu? Apa ini sudah cukup bagus?” taunya Tristan yang meminta pendapat Katarina, ia segera menoleh saat mengatakan kalimat itu. Pasang matanya berhenti bersamaan ketika Katarina mengangguk sebagai tanggapan.
“Lingkungan yang nyaman, tenang dan damai, ini sesuai seleraku.” Katarina berkomentar sambil menyisir pandangan ke sekitar.
“Ada beberapa kamera CCTV di sekitar sini, entah ditempatkan di depan rumah atau di atas pagar, coba tutup semuanya agar kita tidak terlihat.” Tristan memperingatkan lalu memerintahkan Katarina untuk bekerja.
“Mudah saja.” Katarina langsung turun dari atas motor lalu memindai di mana saja kamera CCTV berada. Ia memejamkan mata lalu menggunakan dedaunan yang berserakan di tanah untuk menutupi lensa kamera. Tristan menyalakan air keran di sebuah halaman rumah, air membasahi tanah halaman yang ditanami bunga, ia mengangkat sedikit lumpur untuk melapisi daun kering yang menutupi kamera itu.
“Sempurna,” gumam Katarina setelah ia membuka matanya lagi.
“Jangan lupa untuk membersihkannya ketika kau akan pergi.” Tristan berpesan, ia masih duduk di atas motornya. Ia sengaja hanya menonton saja di sana, ingin melihatnya seberapa baik kemampuan yang Katarina miliki.
“Tentu. Em ... apa ini sudah semua?” tanya Katarina yang merasa ragu apakah ia sudah mengurus semua kamera yang ada.