Berkendara dengan Seorang Pria?

1020 Words
“Ya. Kenapa tidak?” Katarina membalas, secara tak langsung ia mengiyakan. “Kau tidak sekolah?” balas Katarina yang malah kembali bertanya. “Aku sekolah, tapi sekarang sedang liburan musim panas. Sekolah tutup.” “Bagaimana jika kau tunjukkan sekolah yang cocok untukku? Aku akan datang sendiri setelah liburan selesai.” Katarina sebenarnya meminta bantuan pada Tristan, tapi nadanya seperti memerintahkan secara halus. “Jika kau membutuhkan sekolah, maka Easterwod adalah tempat yang tepat. Kau bisa memakai jasa taksi untuk tiba di sana, tidak membutuhkanku.” Tristan secara tidak langsung menolak permintaan Katarina, ia malah memberitahukan alternatif lain apabila Katarina ingin tahu di mana lokasi sekolah umum yang bisa Katarina masuki. “Kabar baiknya, aku tidak mengantongi uang sama sekali.” Katarina mengangkat kedua tangan. Tristan langsung menghentikan langkah lalu menghadap gadis itu saat mendengarnya. “Serius? Kau tidak membawa persediaan?” tanyanya. Katarina hanya angkat bahu acuh tak acuh, ia seperti menganggap itu sepele. “Maka dari itu aku butuh pekerjaan.” Tristan sesaat berpikir sebelum kemudian kembali memandang Katarina. “Apa kekuatanmu?” tanyanya. “Telekinesis.” “Jauh lebih baik dari yang kuduga. Kenapa kau tidak gunakan saja itu?” Tristan mengusulkan. Mereka masih berdiri di pinggir jalan dalam posisi saling berhadapan. “Aku tidak mau jadi perampok. Itu bukan bakatku.” “Benarkah? Padahal itu mudah.” “Aku belum pernah melakukannya, aku hanya akan melakukan hal bodoh yang membuat ku malu kalau mencoba melakukannya.” “Ya sudah, lagi pula aku tidak merekomendasikan pekerjaan itu, tapi masih banyak hal yang bisa kau lakukan dengan telekinesis.” Tristan menuturkan. Katarina agak tertarik mendengarnya. “Contohnya?” “Entahlah, mungkin menbantu orang memindahkan barang ke tempat yang sulit.” “Tidak menarik menurutku.” “Memang, tapi mungkin untuk sekarang ada satu hal yang bisa kau lakukan dengan kekuatanmu yang bisa membantu.” “Dan apa itu?” “Memiliki rumah baru.” “Hah?” Katarina masih belum mengerti dengan apa yang pria itu maksudkan. “Akan kutunjukkan. Aku akan membawamu ke rumah yang bisa kau gunakan.” Setelah mengatakan itu, Tristan membalikkan badan lalu menaiki motor yang terparkir di pinggir jalan seolah itu adalah motor miliknya, ia tidak menyelinap atau memandang ke sana-sini mewaspadai kemungkinan adanya si pemilik motor di sekitar sana. “Santai sekali, seolah itu milikmu.” Katarina melontarkan ejekan yang disertai candaan. Pada saat yang sama, Tristan menggunakan kekuatannya untuk membuat motor itu menyala tanpa kunci. “Ini menjadi milikku ketika aku menyentuhnya.” Tristan membalas dengan cengiran nakal. “Tangan yang sangat ajaib.” Katarina membalas dengan cibiran. “Keren, bukan?” balas Tristan yang mana pada saat itu ia berhasil menyalakan motor, suara mesinnya segera menyela mereka. “Terserahlah, asal jangan menyentuhku.” Katarina membalas tak peduli. Secara tidak langsung ia mengatakan bahwa dirinya tidak sudi menjadi gadis milik Tristan apabila sampai tersentuh. “Aku tidak tertarik memiliki wanita seperti dirimu.” “Kabar baik, itu benar-benar membuatku lega.” “Jadi, apa yang kau tunggu? Naiklah,” ujar Tristan sambil mengangguk karena Katarina masih saka berdiri meski ia sudah membuat motor menyala dan menaikkan standar. Katarina langsung naik di kursi boncengan tanpa mengatakan apa-apa lagi. Akhirnya motor curian itu melaju menyusuri jalan raya. Katarina yang baru pertama kali duduk di atas motor merasa agak tak nyaman, apalagi dibonceng seorang pria, itu membuatnya agak canggung, meski begitu ia tetap berusaha membuat dirinya tampak senormal mungkin. Selama beberapa lama mereka tidak berbicara sama sekali, Katarina tidak tertarik untuk banyak bicara, ia membiarkan Tristan membawanya pergi entah ke mana. Yang dirinya lakukan saat ini adalah memandang keadaan sekitar untuk mengingat-ingat setiap daerah yang dilalui. Karena Katarina tidak mengenakan helm sama halnya seperti yang Tristan lakukan, maka rambutnya langsung berkibar terkena terpaan angin. Ia agak menikmati sensasi ini, untuk sesaat Katarina membiarkan dirinya merasakan kebebasan, sebelum kemudian pasang matanya memandang memantau sekitar, ia benar-benar terus waspada terhadap apa saja yang mungkin terjadi, ditambah yang saat ini dirinya lakukan adalah untuk mengingat jalan agar ia bisa datang dan pergi tanpa harus tersesat. Sudah beberapa tikungan dilewati, motor masih melaju cukup kencang di mana sepertinya jarak dari tempat mereka mulai menuju tempat tujuan masih agak jauh. Entahlah, ia seperti percaya begitu saja pada Tristan bahwa pria itu akan membawanya pada tempat yang tepat. Padahal, ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang pria itu, yang dirinya tahu darinya hanya satu hal, yaitu Tristan adalah esper, sama seperti dirinya. Entah jenis kekuatan macam apa yang dimiliki oleh pria itu. Mungkin saja karena sama-sama merupakan seorang Esper, Katarina bisa memercayai pria itu, atau mungkin saja ia tidak terlalu memikirkan apakah tujuan pria itu benar atau salah, karena ia esper yang memiliki pengendalian telekinesis cukup kuat, maka ia merasa cukup percaya diri bahwa tidak ada sesuatu yang terlalu berbahaya untuk dirinya hadapi. Apabila Tristan memiliki niat buruk padanya, maka ia bisa menghadapi pria itu, entah siapa yang lebih kuat di antara mereka, yang jelas, ia bisa melakukan sesuatu apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Hanya serangan kejutan atau terjadi sesuatu yang tak dirinya dugalah yang kemungkinan besar akan membuat dirinya kalah. “Rumah seperti apa yang kau butuhkan?” tanya Tristan tiba-tiba membuat Katarina langsung sadar. “Aku tahu seharusnya kau tidak pilih-pilih, tapi aku memiliki beberapa tempat yang mungkin akan cocok dan sesuai dengan apa yang kau inginkan.” Pria itu lanjut berbicara. “Rumah yang isinya lengkap, kalau bisa ada makanan di dalamnya.” Katarina menjawab cukup sederhana, ia tidak mengatakan terlalu banyak syarat sehingga Tristan jelas sangat mudah mencarikan tempat tinggal yang seperti itu. “Oh, kau ingin praktis rupanya.” Tristan berkomentar. “Ya, dan kalau bisa, rumahnya cukup sepi agar aku tidak perlu bertemu tetangga yang menyebalkan.” Katarina menambahkan, untuk yang ini ia memiliki alasan yang khusus, selain ia memang tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang, ini juga diperlukan agar tidak mengundang pertanyaan apa-apa yang akan membuat dirinya harus meninggalkan tempat tinggal dalam waktu singkat. Ia tidak ingin mengundang kecurigaan siapa pun, hal yang paling baik untuk dilakukan adalah tidak memiliki tetangga. “Oh, anti sosial.” “Anti tetangga, lebih tepatnya.” Katarina mengoreksi dengan sedikit candaan membuat Tristan terkekeh pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD