Ikut Pergi

1035 Words
Melihat bahwa saat ini Katarina sedang serius, pada akhirnya Tristan juga bersikap serius. Ekspresi wajah ramah dan baik yang pria itu tampakkan di hadapan Leslie dan Lindsay sudah hilang sepenuhnya. “Aku sebenarnya tidak memiliki tujuan khusus. Sebelumnya aku memiliki masalah dengan beberapa esper lain sehingga aku harus melarikan diri ke hutan, tapi di luar perkiraanku, mereka malah terus mengejar.” Tristan akhirnya mengungkapkan kejadian yang sebenarnya pada Katarina. Entah itu cerita jujur atau tidak, yang jelas hal inilah yang menurut Katarina jauh lebih sesuai apabila dihubungkan dengan beberapa esper yang sebelumnya mengintai mereka di antara pepohonan ketika Tristan tertabrak. “Jadi, ketika kau melihat ada kendaraan melintas, kau sengaja menabrakkan diri untuk cari selamat, berharap yang menabrakmu membawa dirimu pergi?” terka Katarina yang memperkirakan jalan pikir Tristan ketika adegan itu terjadi. “Tepat sekali.” “Tidak kah kau berpikir bahwa perbuatanmu bisa saja membunuh orang lain?” tanya Katarina sengit, ia tidak senang dengan keputusan yang pria itu lakukan. “Bagaimana jika para esper itu tetap menampakkan diri dan berusaha menangkapmu? Yang ada kau bukan hanya berhasil ditangkap dengan keadaan cedera ringan, tapi orang yang menabrakmu akan terbunuh oleh mereka.” “Yah, itu kemungkinan buruknya, aku sudah memikirkan hal itu. Tapi ternyata lihat keadaannya? Sepertinya mereka melihat ada kau yang juga merupakan esper, aku beruntung sehingga mereka tidak melakukan apa yang kau katakan sebelumnya.” Tristan malah menjawab begitu entengnya, menganggap kejadian yang sudah berlangsung itu terlalu sepele. “Ini benar-benar tindakan bodoh.” Katarina masih saja tidak setuju dengan perbuatan Tristan. “Ya, tapi berhasil, bukan?” Katarina tidak menanggapinya. “Omong-omong apa kau mengatakannya pada mereka siapa darimu?” Tristan mengalihkan percakapan. Yang ia maksud tentu adalah mengenai identitas Katarina yang merupakan esper. Katarina menggelengkan kepala untuk menjawab. “Itu akan membuat mereka terlibat, jauh lebih baik kalau mereka tidak tahu apa-apa.” “Polosnya.” Tristan mengangkat tubuh untuk bersandar di sandaran kursi, ia tersenyum mengejek gadis itu. “Apa?” “Untuk menghindari orang lain terlibat dalam masalahmu, kau harus menjauhkan diri dari semua orang. Apa pun yang akan kau lakukan, semua akan percuma apabila kau masih berhubungan dengan orang-orang, mereka yang ada di sekitarmu akan tetap terlibat, sengaja atau tidak, bersedia atau tidak. Itu tidak bisa diganggu gugat lagi.” Tristan menuturkan panjang lebar yang mana itu adalah faktanya. Katarina sendiri paham dengan hal tersebut. “Aku juga tak berniat menemui mereka lagi.” “Maka dari itu kau tak langsung menerima tawanan gadis tadi?” balas Tristan yang kembali membahas mengenainya tawaran yang Leslie ajukan pada Katarina beberapa menit yang lalu. “Ya.” Katarina mengangguk, “Itu salah satu alasan aku tak menerima tawarannya.” “Pilihan yang bijak.” Tristan membalas dengan nada yang santai. Tristan menarik napas lalu menghabiskan minumannya. Ia kemudian berdiri. “Omong-omong aku ada urusan lain, aku akan pergi sekarang.” Sementara Katarina masih memasang wajah tak senang, Tristan malah tidak memedulikannya, ia beranjak berdiri kemudian membelakangi Katarina, ia hendak pergi meninggalkan restoran itu. Percakapan mereka sudah selesai di sana. “Kau mau ikut bersamaku?” ajak pria itu tanpa menoleh. Tristan kemudian berjalan meninggalkan tempat duduknya. Katarina sendiri beranjak lalu berjalan sambil mengenakan tas punggungnya, ia menyusul pria itu menuju pintu keluar. “Aku tidak terlalu berselera pada pria lusuh dan jelek sepertimu. Tapi bagaimana jika kau membantuku sebagai rasa terima kasih?” ujarnya membuat Tristan yang baru saja melangkah keluar melewati pintu segera menghentikan langkahnya, karena pria itu berhenti, Katarina juga ikut berhenti ketika ia tepat berada di samping kirinya. Tristan menoleh pada Katarina selama beberapa detik lamanya seolah memikirkan apa yang gadis itu katakan, tapi pada akhirnya ia angkat bahu lalu lanjut berjalan. “Oh, baiklah, aku akan membalas budi.” Ia menyetujui ucapan Katarinya. “Apa yang bisa kulakukan untukmu?” tanyanya, sepertinya pria itu bersedia melakukan apa pun yang katarina inginkan. Memdapat respons itu, Katarina merasa senang, tak disangka bahwa Tristan akan menerima apa yang dirinya katakan, ia mengira bahwa pria itu akan berucap seenaknya lalu berlaku tak tahu terima kasih, ternyata itu tak terjadi. Katarina segera lanjut berjalan menyusul, ia kembali memosisikan langkahnya agar setara dengan pria itu agar bisa lebih nyaman berbicara. “Aku membutuhkan rumah untuk tinggal selama beberapa waktu di sini. Oh dan satu hal lagi, Kalau bisa carikan juga pekerjaan yang cocok untukku.” Katarina segera memberitahukan apa saja kebutuhannya selama berada di kota ini. Tristan memasang mode berpikir selama tiga detik lamanya sebelum ia kembali menoleh pada Katarina. “Untuk masalah rumah, itu urusan mudah, kita bisa mendapatkannya yang sesuai dengan apa yang kau inginkan tanpa mengeluarkan biaya sama sekali.” Ia menjawab sambil memandang arah yang ditujunya setelah meninggalkan restoran. “Tapi soal pekerjaan? Hm ....” Tristan yang awalnya sudah memberi harapan mengenai tempat tinggal, ia kini seperti berpikir agak berat mengenai pekerjaan. Tristan kemudian menoleh pada Katarina. “Berapa umurmu? Aku yakin kau belum masuk usia dewasa.” “Apa masalahnya dengan itu?” balas Katarina ketika Tristan kembali memandang lurus. Ia tidak menjawab pertanyaan itu karena merasa disepelekan. “Orang yang masih di usia tujuh belas tahun harusnya sekolah. Bekerja pun paruh waktu setelah sekolah berakhir.” Tristan menyuarakan alasan dari pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya. “Sekolah ya, itu terdengar bagus.” Katarina tampak seperti sedang memikirkan mengenai sekolah, itu adalah sesuatu yang dirinya inginkan sejak lama. Sekolah adalah salah satu rencana yang dirinya buat sejak awal bahkan ketika dirinya belum melarikan diri. “Mau mendaftar sekolah?” tanya Tristan yang seperti menawarkan, padahal ia sama sekali tidak bertujuan seperti itu. “Ya. Kenapa tidak?” Katarina membalas, secara tak langsung ia mengiyakan. “Kau tidak sekolah?” balas Katarina yang malah kembali bertanya. “Aku sekolah, tapi sekarang sedang liburan musim panas. Sekolah tutup.” “Bagaimana jika kau tunjukkan sekolah yang cocok untukku? Aku akan datang sendiri setelah liburan selesai.” Katarina sebenarnya meminta bantuan pada Tristan, tapi nadanya seperti memerintahkan secara halus. “Jika kau membutuhkan sekolah, maka Easterwod adalah tempat yang tepat. Kau bisa memakai jasa taksi untuk tiba di sana, tidak membutuhkanku.” Tristan secara tidak langsung menolak permintaan Katarina, ia malah memberitahukan alternatif lain apabila Katarina ingin tahu di mana lokasi sekolah umum yang bisa Katarina masuki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD