Jo tersenyum tipis-puas. Lalu ia menoleh ke Centia dan mengangguk perlahan. "Mulai rekam." Centia menatap Jo sejenak sebelum mengangguk pelan. "Baik, Jo. Kamera sudah siap." Aku menarik napas dalam-dalam saat Centia menekan tombol record di ponselnya-menandakan bahwa setiap momen setelah ini akan terekam oleh kamera. Ia mengangguk sambil tersenyum tipis, seolah telah menyiapkan segalanya untuk mengabadikan momen ini. Jo kembali mendekat-tubuhnya seakan menyelubungiku seperti bayangannya sendiri. Ia mencondongkan kepala hingga bibirnya nyaris menyentuh telingaku; napasnya terasa hangat di kulitku saat ia berbicara pelan. "Tenang aja..." katanya perlahan. "Enggak perlu malu." Aku tahu malam ini aku telah menjadi seseorang yang berbeda-seseorang yang mungkin takkan pernah muncul dalam s

