Jo menyeringai, jemarinya belum keluar dari dalam vaginaku-bergerak perlahan, penuh kesengajaan. "Tiga kali dalam satu malam... bukan rekor buruk untuk pemula, kan?" bisiknya parau. Aku hanya mampu menggeleng lemah, napasku masih tersengal. "Aku... aku nggak sanggup..." Namun tubuhku berkhianat. Saat Centia menjilat perlahan dari tulang selangkaku hingga ke leher-hangat dan basah-sementara tangannya kembali meremas payudaraku dengan kuat, aku menjerit tanpa suara. Jo tertawa pelan di belakangku. "Lihat? Kamu sendiri bilang nggak sanggup... tapi lihat ini." Ia mengangkat satu jarinya yang masih basah kuyup dari dalam vaginaku, lalu menunjukkannya pada Centia. "Dia masih panas... bahkan makin licin." Centia tersenyum liar untuk pertama kalinya-tajam dan menggoda-lalu tanpa peringat

