“Sudah siap?” tanya Hugo. Jelita mengangguk pasti. Sudah sejak pagi buta ia mempersiapkan diri. Ditambah ayahnya juga sudah melakukan video call sebelum Hugo datang. “Kalau begitu, kita berangkat sekarang.” Jelita memeluk bibi – bibi pengasuhnya satu persatu. Pertama ia memeluk Bibi Ros. Wanita yang senantiasa memeluknya saat ia tak bisa tidur karena gelap. Bibi Ros memeluk Jelita erat. Ia mengusap-usap punggung gadis yang selama ini selalu membawa keceriaan di kedai. Selanjutnya Jelita memeluk Bibi Melati. Satu-satunya orang yang tidak akan pernah memberikan s**u pada gadis itu. Jelita memandangi wajah keibuan wanita di hadapannya. Kemudian terakhir, Jelita memeluk Bibi Cempaka. Meski terlihat biasa saja, kesedihan tampak pada mata wanita yang kerap membantu Jeli

