“Selamat siang. Dengan Mbak Jelita?”
Jelita yang sedang mengaduk kopi mengangkat wajah. Tampak di hadapannya seorang pria mengenakan helm dan jaket hijau bergambar sinyal.
“Iya, saya. Ada apa ya?”
“Ini saya mengantarkan pesanan.”
“Eh, tapi saya nggak order apa-apa, Pak,” tolak Jelita otomatis.
“Iya bukan Mbak yang pesan. Tapi pesanan ini untuk Mbak Jelita. Begitu menurut pesanannya.” Pria berkumis itu memperlihatkan layar ponselnya pada Jelita.
Gadis itu meraih ponsel dan membaca obrolan di ruang obrol ojek daring dan customer. Dibacanya pesan satu per satu. Ia mencoba mencari celah penipuan. Jarinya terus menggulir layar ponsel. Setelah yakin tidak ada unsur kriminal barulah ia mengembalikan ponsel keluaran Negeri Ginseng itu kepada si pengemudi ojek daring.
“Maaf ya, Pak. Saya kan harus memastikan supaya aman.”
“Nggak apa- apa, Mbak. Saya maklum kok. Oh, iya ini baksonya mau diterima, Mbak?”
“Terima dong. Rezeki anak sholehah.” Jelita melebarkan senyumnya. Memperlihatkan barisan gigi putih terawat.
“Eh, ini udah dibayar belum?” tanyanya tiba -tiba.
“Sudah, Mbak. Pakai uang digital.”
“Oh. Oke. Saya terima ya, Pak,” ujar Jelita sambil menerima plastik berisi bakso kiriman.
“Selamat menikmati, Mbak. Saya dapat pesan tambahan. Katanya ‘Mbak Jelita jangan makan bakso sambil minum kopi. Nggak sehat.’”
“Eh, iya, Pak. Bilangin makasih.”
Selepas keluarnya sang pengemudi ojek daring, Jelita gegas menuju dapur dan mengambil mangkok. Bibi Cempaka yang sedang mencuci beberapa gelas menegur, “Siapa yang ada di kasir, Neng?”
Jelita menghentikan aktivitasnya membuka styrofoam. Ia menatap Bibi Cempaka dengan cengiran khasnya. “Nggak ada, Bi. Lupa aku.”
“Jangan jadi kebiasaan atuh, Neng.” Bibi Cempaka meninggalkan sisa cucian piring dan gegas menuju kasir. Meninggalkan Jelita yang asyik melanjutkan persiapan santap baksonya.
^^^^^^
“Makan siang gratis lagi?”
“Hu um.” Jelita hanya bergumam sebagai jawaban dari tanya Bibi Ros.
“Kali ini dari siapa?”
Jelita mengambil gelas di hadapannya dan mengahbiskan setengah dari isi gelas tersebut. “Nggak tahu atuh, Bi. Lita kan Cuma nerima. Nanti aja tanya- tanyanya. Lita makan dulu.”
Bibi Ros hanya terdiam. Kemudian ia melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan oleh Bibi Cempaka. Sesekali matanya melirik gadis yang masih menikmati makan siang gratis.
“Neng yakin nggak tahu itu dari siapa?”
“Nggak tahu, Bi. Kalo tahu pasti Lita nggak akan diem aja.”
“Kalo tau mau diapain emang?”
“Lita bakalan kasih nama-nama makanan keaukaan Lita dong. Biar dia juga ga mubazir kalo kirim makanan. Ha ha ha.”
^^^^^^
Author notes:
Maaf banget kalo ini terlalu singkat.
Hari ini jujur aja mood serasa terjun bebas karena editor code yang incorrect. Finally setelah tunggu setengah hari, bisa juga mengajukan apply contract.
Tapi waktu untuk prepare this part jadi sangat terbatas.
Mohon maaf, kalo tidak memuaskan.
Ditunggu di part selanjutnya ya..!