Chapter 2

1035 Words
Siang ini semua orang sedang berkumpul makan bersama. Karena kondisi Jianheeng sudah membaik dia akhirnya ikut makan bersama. Suasana di sana sangat hening dan tenang. "Ibunda permaisuri kenapa ibunda tidak makan makanan ibunda? " Genji yang duduk di sebelah Fengying buka suara. Kaisar Zhang mengangkat kepala dari makanannya. "Permaisuri, apakah makannya tidak enak?" Jianheeng jadi salah tingkah di perhatian oleh semua orang. "Ah, tidak. Saya akan memakannya. " ia menyuapkan nasi dan lauk ke mulutnya. Semua kembali ke kegiatan masing-masing. Setelah makan siang Chang memilih jalan-jalan di taman dan melihat ayahnya sedang bersama dengan selirnya. Mereka sedang asyik mengobrol sesuatu. "Selamat siang ayahanda. " Chang membungkuk hormat. "Selamat siang Chang. " "Selamat siang pangeran Chang." Fengying mengeluarkan jurus senyum manisnya yang membuat Chang muak. "Siang. " jawaban singkat Chang membuat kaisar keheranan. "Ayahanda, kau harus berhati-hati dengan orang yang sangat dekat denganmu karena orang terdekat bisa menjadi musuh dalam selimut. " Chang melirik Fengying yang mendelik kesal karena mengerti maksud dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan kaisar Zhang yang memikirkan pembicaraannya dengan Fengying. "Chang, ayahanda akan menjodohkanmu dengan seorang gadis yang sudah di pilih oleh selir Fengying. Bagai mana pendapatmu? " Wajah Chang berubah datar. "Saya menolak ayahanda. Selain itu sebaiknya ayahanda menanyakan hal tersebut kepada ibunda. Jika ibunda menyetujuinya maka Chang akan menurut. Chang permisi ayahanda." Chang meninggalkan Kaisar Zhang dan pergi mencari ibundanya. Ia berjalan ke arah taman dan menemukan Jianheeng yang sedang memetik bunga dan memasukannya ke dalam keranjang. "Ibunda. " Jianheeng berbalik menatap putranya. "Ada apa Chang? " "Kenapa ibunda tidak istirahat di kediaman ibunda? " "Ibunda sudah sehat. Kau tidak perlu khawatir. Ah iya, ada apa kau menemui ibunda? " "Ibunda, ayahanda akan menjodohkanku dengan seorang gadis pilihan ibunda selir Fengying. " Bruk... Keranjang bunga Jianheeng terjatuh, matanya terbelalak kaget. Ia tidak habis pikir kenapa wanita iblis itu mencampur urusan kehidupan putranya. "Aku sudah meminta ayahanda untuk berbicara dengan ibunda. Ibunda, Chang tidak ingin menikah. Tolong lah ibunda Chang mohon. " tatapan memohon Chang membuat Jianheeng tidak tega. "Kau tidak perlu memohon kepada ibunda. Karena seorang ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya. " Jianheeng tersenyum lembut lalu memeluk putranya yang lebih tinggi dari nya. Tinggi Jianheeng hanya mencapai batas telinga Chang. "Chang menyayangi Ibunda. Selama ini bukan ibunda selalu tahu keinginan Chang dan selama ini hanya ibunda yang memberi Chang perhatian. " lihir Chang dan mengeratkan pelukannya. "Kau putra ibunda yang dangan ibunda sayangi. " Jianheeng melepaskan pelukannya lalu memungut keranjang bunga yang terjatuh. "Ayo temani ibunda minum teh." mereka berdua berjalan menuju gazebo. Gazebo tersebut berada di tengah-tengah danau kecil. Lalu ada sebuah jembatan yang menghubungkannya ke gazebo. Ada lima pilar yang menjulang dengan warna cokelat. Gazebo tersebut tampak Indah karena di hiasi bebagai macam bunga dan pepohonan yang membuatnya terlihat sejuk. Jianheeng mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar datang Mei mendekat. "Bawakan teh hijau untukku dan putraku. " "Baik permaisuri, saya akan siapkan. " dayang Mei memerintahkan kembali para dayang yang lain. Setelah beberapa menit dua orang dayang datang sambil membawa nampan lalu meletakannya di tengah-tengah Jianheeng dan Chang hai. ***** Malam menjelang, Jianheeng sekarang sedang berjalan ke kediaman Naga untuk bertemu kaisar Zhang. Entah kebetulan atau apa Jianheeng bertemu kaisar Zhang di tengah jalan. "Selamat malam yang mulia. " Jianheeng membungkukan badannya. "Selamat malam permaisuri. Aku ingin berbicara berdua denganmu. " Kaisar Zhang menatap Jianheeng dingin. Berbeda dengan tatapannya kepada Fengying. Jianheeng balas menatap netra kelam itu dengan lembut. Walau Dewi batinnya ingin mencongkel mata tersebut. "Ada yang saya juga ingin bicarakan dengan anda juga yang mulia. " ia memerintahkan para dayang pribadinya untuk kembali ke kediaman bulan. Dua orang tersebut berjalan beriringan menuju kediaman kasar Zhang. Hanya ada keheningan sepanjang perjalanan mereka. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka, hanya ada suara jangkrik. Sampai di istana naga mereka langsung masuk dan duduk di kursi yang berjauhan. "Apa yang ingin kau bicarakan permaisuri." "Saya mendengar jika anda ingin menjodohkan Chang dengan pilihan selir Fengying. " Jianheeng tersenyum manis. "Benar, bagai mana pendapatmu permaisuri? " "Saya menolak perjodohan ini yang mulia. " Jianheeng menampilkan wajah polosnya. "Kenapa kau menolaknya? Pilihan Fengying pasti baik untuk Chang. " raut kaisar berubah heran. Jianheeng berdecih dalam hati. 'Baik apanya? Yang ada putraku jadi sengsara karena di jodohkan dengan perempuan cabe pilihannya.' "Saya tetap menolak yang mulia." ia mencoba mempertahankan suaranya agar tetap lemah lembut. "Apa alasanmu untuk menolaknya permaisuri? " kasar Zhang mendesak Jianheeng. "Karena umur Chang masih sangat muda dan belum siap menikah. Lagi pula Chang tidak mengenal atau mencintainya." Jianheeng menjawab dengan tenang. "Umur Chang sudah siap menikah. Kita juga menikah di umur yang masih muda, tidak ada salahnya jika Chang menikah sekarang dan aku juga tidak mengenal apa lagi mencintaimu." ucapan blak-blakan kaisar membuat hati Jianheeng di tusuk-tusuk pisau. Ucapan tersebut seperti isi hati kaisar saat ini. Ia sangat ingin menangis sekrang dan kenapa bisa sesakit ini? Raut sedihnya berubah datar, matanya yang hampir menumpahkan air mata berubah tajam dan dingin. "Jika anda menanyakan pendapat saya, saya menolak perjodohan ini. Saya hanya ingin Chang bahagia. Apakah anda sadar yang mulia jika sejak kecil Chang selalu mengharapkan kasih sayang anda? Apakah anda sadar jika anda hanya memberi sedikit kasih sayang dan perhatian kepada Chang? Padahal seorang anak dengan umur yang masih kecil membutuhkan banyak kasih sayang dari ke dua orang tuanya." Jianheeng menjeda ucapannya untuk melihat reaksi kaisar Zhang. "Maka dari itu saya memberikan kasih sayang yang ia tidak dapatkan dari anda. Saat kecil Chang selalu bertanya kepada saya kenapa anda selalu sibuk saat ia ingin bermain dengan anda, tapi anda memiliki waktu untuk Genji. Saat itu saya hanya bisa membujuk Chang untuk bermain dengan saya dan bilang bahwa anda sedang banyak pekerjaan. Ia juga bertanya apakah ia anak anda atau bukan karena anda selalu acuh kepadanya. " air mata Jianheeng sudah tidak bisa di bendung lagi. "Mendengar itu hati saya sangat sakit. Saya tidak masalah jika anda mengabaikan atau membenci saya. Tapi saya ingin anda memperhatikan dan menyanyangi Chang. APAKAH ANDA SADAR JIKA SEMUA SIKAP ANDA TIDAK ADIL?" mendengar bentakan Jinheeng membuat kaisar terperanjat kaget, sebelumnya Jianheeng tidak pernah membentak seseorang. Ia ngehapus air matanya kasar lalu berdiri dari tempat duduk. "Jika anda tetap pada keputusan anda, saya tidak keberatan asal saya sendiri yang memilih gadis untuk menjadi istri Chang. Maaf mengganggu waktu anda yang mulia kaisar Zhang Yuwen dan terimakasih. Saya permisi. " Brak... Pintu di banting Jianheeng. Meninggalkan kaisar yang mematung karena mendengar ucapannya. Apakah benar jika sikapnya tidak adil? Apakah ia selalu mengabaikan Chang hingga membuatnya bertanya anaknya atau bukan? "Kata katamu sangat menyakitkan permaisuri. "   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD