Jianheeng menatap putranya nanar. Chang sedang memandikan salah satu kuda. Ia tidak mengeluh dengan hukuman ayahnya. Tapi ia sedang memikirkan cara agar ia bisa mengungkapkan kebusukan selir Fengying.
"Chang sayang. " Jianheeng berdiri di belakang Chang. Ia menatap pakaian yang di pakai putranya. Sungguh pakaian yang di pakai Chang sangat berbeda dengan pakaian yang se hari-hari ia pakai.
"Ibunda, kenapa ibunda kemari? Tempat ini bau ibunda. Ibunda tidak boleh berada di sini! " Jianheeng hanya diam di tempat.
"Kita pulang Chang. " Jianheeng menarik tangan Chang lembut.
"Tidak bisa ibunda. Aku sedang di hukum oleh ayahanda. " Chang melepaskan tangan Jianheeng.
Jianheeng berbalik dan duduk di atas jerami dengan gaya yang anggun. "Jika kamu tidak ikut ibunda, ibunda akan tetap di sini sampai hukumanmu selesai! "
"Ibunda jangan keras kepala! Chang tidak ingin bunda nanti menjadi sakit! Ini sudah malam, sebaiknya ibunda pulang ke kediaman ibunda dan beristirahat. " Jianheeng tidak menjawab dan tetap duduk di sana.
"Ibunda. " Chang menatap Jianheeng memohon.
"Tidak Chang. Kau juga bisa sakit jika lama-lama di sini. Ibunda tidak ingin kau sakit. "
"Ibun-" perkataan Chang terpotong.
"Apa sebabnya kau bisa di hukum Chang? " Jianheeng menatap putranya intens.
Chang berjalan mendekat dan duduk di samping Jinheeng. Ia menyandarkan kepalanya di pangkuan sang ibu. Jianheeng mengelus-elus kepala Chang dengan sayang.
"Saat itu Chang sedang mencari ibunda dan tidak sengaja mendengar selir Fengying ingin mencelakai ibunda. Chang tidak terima jika ada seorang pun yang menyakiti ibunda. Lalu ayahanda datang dan selir Fengying mengadu bahwa Chang memaki-makinya dengan kata-kata yang tidak pantas. " Jianheeng menatap putranya haru. Ia sangat beruntung bertemu dengan Chang.
"Kau tidak perlu khawatir, ibunda bisa menjaga diri ibunda sendiri. Ibunda akan membalas semua perbuatan selir Fengying selama ini. "Setelah beberapa lama hanya hening yang menyelimuti mereka berdua.
Chang merasa nyaman dengan belaian lembut dari tangan ibunya di kepala dia. Lama-lama kantuknya datang dan ia memejamkan mata menuju alam mimpi.
Jianheeng menunduk dan melihat Chang sudah tertidur lelap di pangkuannya. Matanya juga sudah terasa sangat berat jadi ia menyandarkan punggungnya ke tembok dan mulai memejamkan mata.
Dari jauh kaisar Zhang melihat interaksi antara ibu dan anak tersebut. Sangat terlihat jika mereka berdua saling menyayangi satu sama lain.
Ia merasa kasihan ke pada mereka yang harus tidur di kandang kuda. Apa lagi udara malam ini sangat dingin, terlebih lagi Chang yang baru saja memandikan kuda. Kaisar yakin jika besok Chang akan sakit.
Mungkin ia akan mencabut hukuman Chang, ia tidak tega melihat mereka berdua seperti itu.
Kaisar Zhang berbalik meninggalkan mereka berdua dan pergi ke kediaman selir Fengying, Fengying pasti sudah menunggunya untuk datang.
*****
Hacih... Hacih...
Sekarang ini Chang sedang bergelung nyaman di balik selimutnya. Ia sedang tidak enak badan, Chang memanfaatkan waktunya untuk bermanja-manja kepada ibunya.
"Buka mulutmu Chang. " Jinheeng dengan sabar menyuapi putranya.
"Aku sudah kenyang ibunda. " Chang memalingkan wajahnya.
"Chang kau baru makan tiga suap sayang. " Kaisar Zhang dan Genji hanya memperhatikan.
"Ayahanda kakak sangat manja saat sakit kepada ibunda permaisuri. " Genji menatap kakaknya. Ibunya sendiri tidak pernah memperhatikannya seperti itu, dari dulu hanya Jianheeng yang memperhatikannya.
Ia tidak pernah membeda-bedakan Chang dan Genji, baginya mereka berdua adalah putranya yang sangat ia sayangi.
"Ayahanda juga baru tahu jika kakakmu bisa semanja ini. " kaisar melihat interaksi mereka. Chang sekarang menaruh kepalanya di pangkuan sang bunda dan memejamkan matanya.Setelah merasa Chang sudah tertidur lelap Jianheeng memindahkan kepada Chang dan membenarkan selimut lalu mengecup kening Chang.
"Yang mulia ada perlu apa anda kemari? " Jianheeng bertanya dengan nada sedikit sinis. Tapi sepertinya kaisar Zhang tidak menyadarinya.
"Aku hanya ingin melihat keadaan Chang saja. " kaisar menatap Jianheeng dalam dan itu membuat Jianheeng sedikit tidak nyaman.
"Chang sudah mulai membaik yang mulia. Genji, apa kau bisa menemani ibunda jalan-jalan sayang? " ia tersenyum manis.
"Tentu ibunda, aku sangat jarang jalan-jalan dengan ibunda permaisuri. " Genji terlihat sangat antusias.
"Kalau begitu kami permisi yang mulia. Jika anda ingin menemani Chang silahkan saja asal jangan sampai membangunkannya. Chang butuh istirahat yang cukup, ia sangat lelah mengurus kuda-kuda itu. " Jianheeng menatap kaisar Zhang sinis lalu pergi sambil mengandeng Genji.
*****
Fengying sedang duduk bermalas-malasan. "Bagai mana keadaan putra mahkota? " ia bertanya ke salah satu dayangnya.
"Keadaan putra mahkota sudah membaik selir. " Fengying mengangguk. Lalu mengambil sebuah botol kaca berukuran kecil.
"Berikan ini kepada permaisuri Jianheeng. " dayang tersebut menerimanya.
"Maaf jika saya lancang, tapi apa isi botol ini? "
"Itu sebuah ramuan. Bahan yang di perlukan sangatlah susah di dapatkan. Ramuan itu akan membunuh seseorang yang meminumnya dengan perlahan. Ingat ramuan itu untuk Chang!"
"Baik saya mengerti. Saya permisi selir. " dayang tersebut pergi menemui Jianheeng.
*****
Di dekat kolam Jianheeng dan Genji sedang duduk-duduk santai sambil melihat ikan koi.
"Permaisuri maaf menggangu waktu anda dan pengeran Genji."
"Oh, dayang An ada apa kau kemari? " Genji bertanya kepada dayang kepercayaan ibundanya.
"Saya di suruh untuk memberikan ini kepada anda permaisuri. "
Jianheeng menerimanya dan meneliti isi botol itu. "Ramuan apa ini? "
"Ah...i...itu ramuan o...obat permaisuri. Selir Fengying bilang jika itu bisa menyembuhkan sakit putra mahkota. Saya permisi permaisuri pangeran. " An pergi meninggalkan mereka.
Jianheeng menatap curiga. Ia selalu menonton film dan membaca novel tentang kerajaan di mana istri-istri kaisar menyingkirkan dengan cara meracuni satu sama lain untuk mengincar posisi yang di inginkan. Bahkan anak-anak dari istri kaisar terkena imbasnya untuk menyingkirkan ibu dari anak tersebut. Jianheeng menghela nafas, ia akan menyuruh tabib untuk memeriksa ramuan apa ini. Ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada Chang.