Seorang pria paruh baya berjalan dengan santai ke kediaman selir Fengying. Pria tersebut masuk setelah dua dayang membukakan pintu untuknya.
"Apa yang ayah lakukan kemari?" Fengying mengisyaratkan pada dayangnya untuk kelur.
Pria yang di panggil ayah itu adalah perdana menteri Yu Shing. "Fengying apa kau sudah mempunyai rencana baru? "
"Hah...dua hari yang lalu aku menyuruh seseorang untuk membuat racun. " Fengying membenarkan duduknya.
"Lalu apa yang terjadi? " perdana menteri Yu bertanya penasaran.
"Aku menyuruh dayang An untuk memberikan racun tersebut kepada permaisuri Jianheeng. Ramun tersebut di buat untuk Chang, tapi tidak terjadi apa-apa. Aku rasa ia sudah membuangnya dan mengetahui itu racun, permaisuri kita sekarang sudah sangat cerdas. " Fengying terkekeh.
"Kalau begitu ayah sudah memiliki rencana baru. " perdana menteri Yu tersenyum sinis.
"Apa rencana itu? Kalau rencana tersebut jelek aki tidak ingin ikut-ikutan. " Fengying bersidekap.
"Tenang saja Ayahmu ini sangat cerdas menyusun rencana. " Fengying hanya memutar bola matanya malas.
"Jadi apa rencananya? Aku tidak ingin membuang waktuku, aku harus menemani kaisar mengerjakan tugas-tugas istana!"
"Yang kau lakukan di sana hanya duduk dan tersenyum manis. Kau tidak mengenakan apa-apa." perdana menteri Yu mencibir putrinya.
"Cepet katakan rencananya! " Fengying berkata dengan kesal.
Perdana menteri Yu menggelengkan kepalanya pelan. "Baikalah, kau tahu bukan jika Chang sangat berharga bagi permaisuri Jianheeng? "
"Ya, aku tahu itu. Jadi maksud ayah kita akan menyingkirkan bocah itu lalu menyingkirkan ibunya? "
"Ya, kau benar. Jika terjadi sesuatu pada Chang maka permaisuri akan bersedia melakukan apapun. Kita bisa memanfaatkan itu untuk menyingkirkan mereka. "
"Baik, inti rencana ini apa? " Fengying terlihat sebal.
"Jadi begini rencananya..." Perdana menteri Yu menjelaskan dengan teliti.
"Baiklah, aku akan menyuruh dayangku untuk menyewanya. Aku harus pergi, kaisar sudah menungguku. Kita lanjutkan lagi ini nanti, aku akan pikirkan rencana kedepannya. Aku permisi." Fengying pergi meninggalkan perdana menteri Yu.
Jika ia bisa menghabisi Chang maka posisi putra mahkota akan kosong dan Genji bisa mengisi posisi tersebut.Posisi permaisuri juga hanya cocok untuknya. Ia memang mendapat gelar selir agung, tapi gelar itu tidak membuatnya puas.Seharusnya gelar selir agung di berikan kepada selir yang melahirkan banyak putra. Tapi karena ia adalah selir kesayangan kaisar maka gelar tersebut di berikan kepadanya.Selir agung hanya satu tingkat di bawah permaisuri.
Tapi ia hanya ingin kedudukan permaisuri. Ia akan menyingkirkan Jianheeng secara perlahan. Dan mungkin ia juga akan menyingkirkan ibu suri.Ia hanya ingin menguasai istana ini, ia sama sekali tidak mencintai kaisar. Ia hanya membuat kaisar jatuh ke perangkapnya.
"Selamat malam kaisar, apakah anda sudah menunggu lama? "
"Tidak, aku baru saja mengerjakan tugas-tugas ini. Silahkan duduk." Setelah itu hanya keheningan yang ada, kaisar yang sibuk dengan tugas-tugasnya dan Fengying yang sibuk memikirkan rencana selanjutnya.
*****
Pagi hari yang cerah ibu suri Shi Huang dan Jianheeng sedang berjalan-jalan di sekitar area istana. Lalu mereka memilih melihat Chang dan Genji yang sedang berlatih pedang.
Ibu suri dan Jianheeng duduk tidak jauh dari arena pedang di sebuah gazebo. Para dayang menyiapkan teh untuk mereka.
Jianheeng sedari tadi menatap Chang dan Genji yang berlatih pedang. Ia sangat ingin bisa menggunakan pedang. Di sekolah masadepannya tidak ada ekskul berpedang.
"Mereka hebat bukan? " Ibu suri tiba-tiba berbicara.
Jianheeng menatap ibu suri lalu tersenyum. "Ya ibunda benar. Putra-putraku sangat hebat." Merasa di perhatian Chang dan Genji mengehentikan aktivitas mereka kemudian berjalan ke arah gazebo.
Cahang memasukan pedangnya ke dalam sarung agar tidak ada yang terluka kemudian duduk bersama dan minum teh. Genji pun melakukan hal yang sama dengan kakaknya dan ikut meminum teh.
"Chang sepertinya ibundamu ingin belajar menggunakan pedang. " ibu suri meminum tehnya dengan gaya anggun.
"Benar, apakah boleh Chang? " Jianheeng menatap putranya berbinar.
"Tidak! Bagai mana jika ibunda terluka? " Jianheeng cemberut mendengar jawaban putranya.
"Ibunda akan baik-baik saja Chang. "
"Kami hanya khawatir kepada ibunda permaisuri saja. " Genji ikut menasehati. Ibu suri menatap perdebatan itu sesekali tersenyum.
"Ayolah, kalian anak ibunda yang tampan. " Jianheeng mencoba membujuk lagi putranya.
"Kenapa ibunda jadi keras kepala?" Chang menatap ibunya. Yang ia tahu ibunya tidak keras kepala.
"Ya sudah, ibunda akan jalan-jalan menggunakan kuda. Saya permisi ibunda. " Jianheeng pergi dari gazebo ke kandang kuda. Ketiganya diam sambil melongo, sikap Jianheeng membuat mereka heran.
Seakan tersadar Chang bangkit dari duduknya. "Nenek Chang permisi, Chang ingin mengejar ibunda. " Chang berlari ke tempat kadang kuda.
"Nenek Genji juga permisi. Genji ingin ikut kakak. " Genji juga ikut menyusul Chang. Ibu suri geleng-geleng kepala lalu melanjutkan acara minum tehnya.
*****
Sampai di kandang kuda Jianheeng memerintahkan seorang kasim untuk mengeluarkan kuda milik Chang.
Jianheeng menaiki kuda tersebut sambil melompat membuat kudanya kaget dan berlari. "Aaaa..."
"Permaisuri. " Kasim tersebut mengejar kuda yang di tunggangi Jianheeng.Chang yang baru sampai ikut mengejar kuda miliknya yang sedang berlari.
Kaisar Zhang yang mendengar suara ribut di belakangnya berbalik dan menemukan Jianheeng yang sedang menaiki kuda serta Chang dan seorang kasim yang mengejar kuda tersebut sambil berteriak.
"Huwa... Tolong. " Jianheeng berteriak ketakutan.
Kaisar Zhang dengan cepat menunduk dan kuda yang di tunggangi Jianheeng melompat melewati kaisar Zhang. Pegangan Jianheeng pada tali kekang kudanya lepas dan membuatnya terlempar. Kaisar cepat-cepat menangkap tubuh Jianheeng yang akan Jatuh.
Bruk...
Mereka terjatuh dengan posisi Jianheeng yang berada di atas tubuh kaisar. Bibir mereka berdua menempel yang membuat Jianheeng dan kaisar sama-sama terdiam.
Chang diam di tempat matanya tidak berkedip sama sekali melihat adegan di depannya. Sedangkan kasim tersebut langsung kabur melihat kejadian itu.
"Kakak apa yang terjadi. " Chang tersentak lalu berbalik menatap Genji.
"Emm... Genji hari ini kau harus belajar gurumu sudah datang. Sebaiknya kau cepat pergi. " Genji mengangguk dan pergi.
Bibir mereka masih menempel. Kaisar tidak ingin bibir itu pergi, bibir tersebut sangat lembut dan manis.
"Ehem..." Chang berdeham keras. "Apakah ayahanda dan ibunda baik-baik saja? " mata Chang tertutup ia tidak ingin mata polosnya ternodai.
Jianheeng buru-buru bangkit dari atas tubuh kaisar. "I...ibunda baik-baik saja Chang. Kaisar, apa anda baik-baik saja?" setelah itu Chang membuka matanya.
"Ya aku baik-baik saja. Lain kali jangan naik kuda jika kau tidak bisa menungganginya, tapi itu sangat berbahaya. " dan tulang-tulang ku terasa sakit semua. Lanjut kaisar dalam hati.
"Saya mengerti yang mulia. Terimakasih sudah menolong saya. Saya permisi. " Jianheeng lari terbirit-b***t dengan jantung yang masih maraton gila-gilaan.
"Apa ayah anda benar baik-baik saja? " Chang bertanya.
"Tulang-tulang ayah terasa sakit." Kaisar Zhang memegangi pinggangnya yang terasa remuk.
"Lalu kenapa ayahanda berbohong. " Chang menatap Ayahnya penuh selidik.
"Ayah cuma tidak ingin membuat ibumu khawatir saja. " Chang diam sebentar lalu mengangguk.
"Ayahanda sebaiknya pergi ke tabib. " Chang memberi saran.
"Tidak perlu khawatir ayah baik-baik saja. Sebaiknya kau belajar gurumu sebentar lagi sampai. " kaisar mengusap kepala putranya.
"Baik ayahanda. Chang permisi." Chang pergi sambil membawa kudanya.