2. Penipu Ulung

1546 Words
"Mana coba wajah selebgram itu? Aku kok malah jadi penasaran," kata Sashi berpura-pura penasaran. Tanpa pikir panjang, Tami segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas ransel. Ia mengetikkan sebuah nama Shife. Banyak artikel yang menampilkan nama itu. Salah satu artikel itu mengulas tentang pabrik perhiasan yang sedang naik daun. "Ini kaya nama toko emas di pasar-pasar itu," kata Sashi saat menunjuk artikel tentang pabrik emas. "Bukan ini, Mbak. Tapi, yang ini," kata Tami sambil menunjukkan salah satu siaran langsung yang dilakukan oleh sosok yang menutup wajahnya dengan masker. Tami mengenal sorot mata selebgram itu. Tatapan mata Shife itu sangat mirip dengan Sashi. Akan tetapi, Sashi justru mengingkarinya. Ia tidak mau jika identitasnya dibuka oleh keluarga sang suami. "Ini wajahnya aja nggak nampak. Kok bisa mirip aku?" tanya Sashi dengan tenang agar Tami tidak curiga. Tami mengembuskan napas kasar. Ia merasa jika sang kakak ipar sedang menyembunyikan sesuatu. Sashi berusaha tenang menghadapi semua anggota keluarga sang suami. Tami bukan gadis jahat, hanya mempunyai kepekaan yang luar biasa. "Gimana sih biar jadi selebgram gitu? Kok kayaknya enak, tahu-tahu uangnya banyak," kata Sashi memecah keheningan di antara mereka berdua. "Bikin akun Youtube, Mbak. Trus peralatan juga harus mendukung," kata Tami sambil mengembuskan napas kasar karena merasa kesal tidak mendapatkan jawaban. "Lah? Ponsel aku saja jadul. Paling sekarang ini harganya empat ratus ribuan saja," kata Sashi sambil menunjukkan ponsel lawasnya pada sang adik ipar. "Aku pamit deh, Mbak, lagian kalo ngobrol sama Mbak Sashi nggak nyenengin, nggak nyambung, nggak bisa cari solusi juga," kata Tami dengan ketus lalu meninggalkan rumah Aditya saat ini. Tami memilih tinggal indekos di Depok karena kampusnya ada di sana. Terlalu jauh jika dari rumah, waktunya akan habis di jalan. Belum lagi jika macet dan rawan terlambat. Tami tidak mau mengambil risiko tidak diizinkan masuk kelas oleh sang dosen. 'Pulanglah, aku juga malas menanggapi anak kecil seperti kamu.' Sashi membalas ucapan adik iparnya dalam hati. Sashi mengantarkan Tami sampai depan pintu gerbang. Tami masih memakai motor matic pemberian Aditya dua tahun yang lalu. Sedangkan Sashi, lebih sering pulang pergi menggunakan angkutan umum. Apa yang dilakukan oleh Sashi agar tidak dicurigai oleh keluarga sang suami. Sementara itu, Aditya yang berpamitan hendak mengurus usaha yang dirintisnya ternyata sedang cek in di salah satu hotel di Bandung. Ia selalu saja bermain-main dengan banyak wanita. Tentu saja hal ini selalu ditutupi dengan wajah polos seolah sudah menjadi suami yang baik. Suami pekerja keras dan membahagiakan sang istri. "Mas, kenapa kamu nggak tinggalin saja wanita mandul itu? Masa udah dua tahun nikah nggak hamil juga?" tanya perempuan yang baru saja dipakai oleh Aditya untuk memuaskan nafsu binatangnya itu. "Aku nggak bisa cerai sama Sashi saat ini. Dia putri Sultan Anggara. Aku masih butuh kucuran dana dari keluarga besarnya. Sejauh permainan ini aman, kita lanjutkan saja. Lagian Sashi tidak akan tahu kok. Dia hanya mengurus rumah saja. Lumayan dapat pembantu baru tanpa harus mengeluarkan uang gaji," kata Aditya lantas memeluk perempuan bernama Dini dengan erat. Dini sosok yang bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah karaoke besar di Bandung selalu melayani Aditya. Sudah sangat lama hubungan mereka terjalin. Tidak ada yang tahu sama sekali karena mereka bermain cantik. Dini selalu tahu, kapan Aditya akan datang. Aditya bukanlah pemain baru dalam hal ini. Ia sudah tidak bermoral sejak kuliah dulu. Awalnya coba-coba hingga akhirnya keterusan. Salah satu bukti hilangnya figur sang ayah ketika kecil ditambah lagi dengan sifat Santika yang keras kepala membuat anak-anaknya tumbuh tanpa tuntunan. "Apa hubungan kita bisa menjadi hubungan yang serius?" tanya Dini dengan hati-hati karena tidak mau menyinggung perasaan Aditya. Aditya tidak pernah melibatkan perasaan ketika berhubungan badan dengan banyak wanita. Bahkan bersama dengan sang istri pun hanya karena menjalankan hak dan kewajiban. Aditya seperti tidak punya perasaan sama sekali pada Sashi. Ia hanya ingin memanfaatkan perjodohan itu saja. "Kita jalani saja dulu, Din. Perkara kita jodoh atau nggak, kita atur nantinya." Aditya selalu saja memberikan harapan palsu pada setiap gadis yang dikencaninya. Sejauh ini, Aditya selalu bermain aman dengan pengaman. Ia juga memastikan setiap gadis yang dikencani dan dijadikan teman tidur adalah gadis yang sehat. Gadis yang bebas dari penyakit mematikan bernama AIDS. Tentu tidak murah harga yang harus dibayar oleh Aditya. Aditya tidak jadi pulang sore ini. Ada sedikit rasa kecewa di hati Sashi. Akan tetapi, ia segera menepis rasa kecewa itu. Sashi bisa memanfaatkan waktu untuk membuat semua design perhiasan baru. "Sash! Kamu nggak tanya kenapa suami kamu nggak jadi pulang?" tanya Sasmita yang baru saja pulang dari toko emas milik wanita paruh baya itu. "Masih ada yang harus dikerjakan di Bandung, Ma," jawab Sashi yang memang tidak tahu pasti apa yang dikerjakan oleh sang suami di kota itu. "Ck! Padahal Mama itu mau minta uang dia buat beli dagangan. Ada perhiasan keluaran terbaru dan pasti bisa bikin keuntungan naik pesat." Santika lantas menatap Sashi dengan tatapan intimidasi. "Atau kamu pinjam ke papa sambung kamu? Nggak banyak kok, cuma lima ratus juta rupiah saja," kata Santika dengan entengnya. "Nggak bisa, Ma. Keadaan keuangan Papa dan Mama sedang sulit. Perusahaan Papa juga sedang goncang," dusta Sashi untuk mencegah niat buruk Santika. Hutang itu harus dibayar tepat pada waktunya. Akan tetapi, hal itu tidak akan berlaku untuk Santika. Ia bahkan akan merasa terzalimi ketika ditagih hutang. Apakah sudah ada korban? Banyak. Para korban hanya bisa diam saat Santika melakukan intimidasi. Mereka semua lebih memilih mengikhlaskan lalu tidak lagi berhubungan dengan Santika. Hanya karena mempunyai toko emas satu buah, sudah menjadikan wanita itu sangat sombong. Sialnya, Sashi justru masih bertahan menjadi menantu wanita itu. "Apa?!" Mata Santika membelalak kaget mendengar ucapan sang menantu. "Sejak kapan perusahaan Sultan Anggara goncang?" tanya Santika mendadak panik. "Kata Arusha dan Aron sejak sebulan lalu. Hanya aku baru saja tahu, Ma. Makanya kalo Mama pinjam uang sama Papa, ya, percuma saja. Papa udah nggak punya uang," kata Sashi sambil memasang wajah pura-pura prihatin. "Astaga! Apa jadinya nani usaha Aditya kalo seperti ini ceritanya. Masa, iya, Aditya juga akan ikut goncang?" Santika berbicara entah pada siapa saat ini. "Tenang, Ma. Usaha Mas Adit itu hasilnya udah besar. Kurang lebih bisa tembus nilai milyaran," kata Sashi sengaja mengarang cerita pada mama mertuanya yang gila harta itu. "Be-benarkah? Tapi, kenapa Adit nggak pernah bilang sama Mama? Atau jangan-jangan kamu yang larang?" tuduh Santika pada Sashi dengan keji. "Aku emang larang, Ma. Aku sengaja mau kasih kejutan buat Mama. Hasilnya benar-benar surprise 'kan? Nah, nanti Mama bisa minta uang sama Mas Adit buat beli barang dagangan itu," kata Sashi semakin membuat Santika gembira. Wajah Santika langsung berbinar seketika. Sashi diajarkan menjadi penipu oleh keluarga ini, hasilnya menjadi penipu ulung. Sashi hanya mengikuti permaian mereka saja. Masalah keuangan, jelas saudara kembar Arusha lebih unggul. "Sash, kamu jangan lupa minum obatnya, biar cepat isi. Mama juga pengen punya cucu. Jangan lagi menolak minum obat itu. Mama beli mahal-mahal buat kamu," kata Santika sambil mengeluarkan pil dalam wadah bening dan diberikan untuk Sashi. Sashi sama sekali tidak menolak. Obat itu diminum setiap saat dan selalu memberikan rasa kantuk luar biasa. Ia sama sekali tidak curiga pada mama mertuanya itu. Sashi hanya fokus ingin hamil saat ini. Malam rasanya cepat berlalu, Sashi sama sekali tidak meminum obat itu. Ia mengerjakan semua gambar dan selesai tepat waktu. Tanpa pikir panjang, gambar itu langsung dikirim pada Kartika. Tentu, gambar itu akan dikerjakan langsung di pabrik. Semoga keuntungan bulan ini jauh lebih besar dari bulan lalu. Kartika lebih banyak mewakili Sashi untuk semua urusan. Sashi tidak mau tampil di depan publik. Sejauh ini, yang kedua orang tua Sashi ketahui, Kartika sudah menjadi pengusaha sukses. Sashi yang meminta merahasiakan semua ini. Andai mereka tahu, Sashi-lah sosok pengusaha itu, pasti mereka akan sangat bangga. Kali ini Sashi akan mengikuti lomba design perhiasaan internasional. Hadiahnya lumayan menggiurkan. Salah satu brand tersebut akan menjadi patner bisnis sang designer jika memenangkan lomba ini. Sashi dengan segala kecerdasannya pun mulai membuat gambar itu. Tentu secara diam-diam saat rumah sudah tenang. Beruntung, Aditya terlambat pulang selama dua hari. Salah satu kesempatan emas yang digunakan oleh Sashi dengan sebaik-baiknya. Sashi rela tidak memejamkan mata sepanjang malam untuk membuat design perhiasan itu. Hasilnya sangat luar biasa dan mengagumkan. Waktu lomba masih sangat lama dan Sashi sudah selesai. Hanya tinggal sedikit koreksi agar gambar tersebut menjadi lebih indah. Sashi menyimpan semua gambar itu di tempat paling aman. Salah satu ruangan yang tidak pernah didatangi oleh semua orang di rumah ini. Gudang dekat dapur, tempat yang sangat aman untuk Sashi. Ia bisa melakukan apa pun di tempat itu tanpa diketahui banyak orang. "Sashi! Ngapain kamu buka pintu gudang pagi-pagi kaya gini?!" Santika membentak Sashi dan membuat wanita itu terkejut. Sashi beruntung sudah menyimpan design gambar itu dengan rapi. Akhir bulan depan baru akan mengirimnya. Waktu yang sangat mepet untuk mengirim sebuah data guna menghindari kebocoran data. Tidak dipungkiri semakin banyak plagiat gambar design milik Sashi saat ini. "Ck! Aku kaget, Ma. Ada tikus, makanya aku cari. Takut aja jadi beranak pinak. Gimana kalo beli perangkap tikus saja, ya, Ma?" tanya Sashi dengan wajah polosnya. "Apa, ada tikus?!" Santika bergidik ngeri mendengar hewan pengerat itu disebut. "Kamu atur saja bagaimana baiknya. Aku jijik sama tikus," lanjutnya langsung meninggalkan dapur. Santika meninggalkan Sashi yang ada di dapur. Kali ini Sashi sudah sangat lelah. Ia pun memesan makanan dari salah satu aplikasi. Sashi pun menunggu di depan pintu rumah. "Ngapain kamu di sini?" Pertanyaan dari seseorang membuat Sashi sangat terkejut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD