bc

Anak Rahasia Suamiku

book_age16+
427
FOLLOW
3.4K
READ
HE
arranged marriage
dominant
kickass heroine
stepfather
heir/heiress
drama
bxg
mystery
loser
secrets
affair
like
intro-logo
Blurb

Berawal dari hanya ingin tahu tentang laporan keuangan pabrik, Sashi justru menemukan kecurangan sang suami. Aditya--suami Sashi justru berselingkuh dengan sahabat baiknya. Kartika--sahabat Sashi yang selama ini dipercaya mengelola pabrik yang dirintisnya diam-diam itu tega menghianatinya. Bukan hanya Kartika saja rupanya, masih banyak wanita lain.

Lantas bagaimana nasib rumah tangga Sashi?

chap-preview
Free preview
1. Menghadapi Tekanan Mertua
"Sash! Di mana suami kamu?" Suara Arusha di seberang sana membuat Sashi terdiam seketika. Beberapa hari ini Aditya memang sedang ke luar kota. Alasan suami Sashi adalah karena ada pekerjaan penting. Aditya, laki-laki yang menjadi suami Sashi selama dua tahun ini memang sedang merintis usaha di bidang properti. "Ada di Bandung. Emang kenapa? Dia punya nama loh, Mas Adit." "Ck! Tahu nama dia, nggak penting juga. Nggak wajib aku panggil dia Mas Adit. Dia nikah sama adikku juga." "Ngapain tumben cari Mas Adit?" Arusha terdiam seketika mendengar pertanyaan saudara kembarnya itu. Bagaimana menjelaskan pada Sashi? Tidak mudah bagi sang adik percaya pada ucapan orang lain. Bodoh memang, Arusha tidak merekam apa yang dilakukan oleh Aditya. "Ru, ada perlu apa? Kalo nggak perlu-perlu amat, ya, udah. Aku masih banyak pekerjaan ini." Sashi merasa kesal dengan saudara kembarnya lantas mematikan panggilan itu. Tak sampai di situ, ia juga mematikan ponselnya. Sashi paham, Arusha akan menghubunginya terus menerus jika panggilannya diabaikan begitu saja. Sashi tidak mau pekerjaannya terganggu selama ini. Setelah menikah dan merampungkan kuliah S1 jurusan Psikologi Universitas Indonesia itu memilih tidak bekerja. Tuntutan mertua Sashi--Santika, hanya untuk mengurus rumah tangga. Sashi tidak kehabisan akal, dengan memanfaatkan media sosial agar tetap bisa bekerja dari rumah. Rasa cinta pada sang suami membuat Sashi buta dalam segala hal. "Sash! Kamu udah masak untuk makan siang?" tanya Santika yang siang ini berada di rumah dan tidak pergi ke toko perhiasan miliknya. "Udah, Ma. Aku masak rendang dan sayuran rebus. Lagi pengen makan itu dan udah bilang sama Mas Aditya tadi," jawab Sashi dengan lembut. Santika tampak tidak suka dengan apa yang diucapkan oleh sang menantu. Terlalu boros ketika memasak daging ayam. Santika tidak suka dengan gaya hidup Sashi. Ia lantas menatap sinis pada menantunya itu. "Kamu itu nggak kerja. Duit juga dari suami, ngapain masak mewah-mewah kaya gini? Bikin uang belanja cepat habis saja." Santika mengatakan dengan ketus. Sashi hanya menghela napas panjang mendengar ucapan mama mertuanya. Bukan satu atau dua kali memprotes masakan Sashi. Masih dengan ucapan yang sama, pemborosan. Lucu, Santika memang hanya mau menangnya sendiri. "Beda kalo ada lauk daging karena kamu dapat dari restoran Mama kamu. Itu baru bukan pemborosan," kata Santika dengan wajah dosa. "Mama, nggak setiap hari bikin menu rendang. Aku masak rendang juga karena Maa Aditya yang minta. Nanti malam atau paling cepat sore ini akan pulang, jawab Sashi tidak peduli lagi jika Santika marah. Wanita paruh baya itu mempunyai sifat culas. Keculasannya sudah mendarah daging dan tidak mau rugi sama sekali. Jika bertemu dengan Amelia, pasti akan dengan senang hati membawa banyak makanan. Entah apa yang ada di otaknya itu. "Kamu ini! Kalo orang tua lagi ngomong, ya, dengarkan! Bukan malah menjawab seperti ini!" Santika menaikkan nada bicaranya satu oktaf karena marah mendengar ucapan Sashi. "Entah gimana, Aditya kok bisa betah sama wanita seperti kamu," lanjut Santika sambil menarik kursi untuk duduk. Sashi menghela napas panjang. Entah berapa lama lagi ia akan kuat menghadapi Santika dan semua sifat buruknya. Belum lagi, Aditya sama sekali tidak peduli. Setiap kali mengadu, sosok suami Sashi hanya meminta bersabar. Aditya selalu memberikan pengertian yang masuk akal, mungkin sang mama sedang kelelahan. Rasanya tidak mungkin kelelahan setiap hari. Pekerjaan Santika hanya menjaga toko perhiasan setiap hari. Semua dilakukan oleh karyawan dan karyawati, ia hanya menerima pembayaran saja. "Sash! Aditya itu baru merintis usaha. Belum juga tiga tahun, masih butuh banyak uang. Ini lagi kamu selalu boros. Nggak perlulah masak semewah ini," ketus Santika sambil mengambil nasi dan lauk rendang dalam jumlah lumayan banyak. Sashi hanya diam melihat mama mertuanya. Ia sudah menyisihkan daging rendang untuk sang suami. Bisa dihabiskan dalam satu kali makan oleh Santika ketika ada lauk enak. Wanita rakus itu tidak akan ingat dengan orang lain. Papa Aditya sudah meninggal sejak anak-anak Santika masih kecil. Kecelakaan dan meninggal di tempat membuat Aditya, bersama kakak dan adiknya menjadi anak yatim sejak kecil. Sejak saat itu, Santika menjadi wanita yang keras. "Ma, aku masuk dulu ke kamar, mau beberes baju Mas Adit," pamit Sashi yang merasa mual melihat cara makan Santika. "Ya." Santika menjawab singkat lalu melanjutkan makan siang. Sashi berjalan menuju ke kamar lalu mengunci pintu kamar setelah masuk. Ia tidak mau wanita paruh baya itu mengganggu pekerjaannya. Sashi harus mengecek semua laporan penjualan bulan ini. Entah berapa keuntungan atau kerugian yang diterima. Mata Sashi membola ketika melihat nominal angka keuntungan penjualan bulan ini. Hampir menyentuh angka setengah milyar rupiah. Banyak desaign perhiasaan baru rancangan Sashi yang laku di pasaran anak muda juga juga ke pasar internasional. Luar biasa! "Masya Allah, Alhamdulilah," kata Sashi tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya saat ini. "Sash! Ngapain kamu pakai acara kunci pintu?!" Santika menggedor pintu kamar Sashi dengan keras. Gedoran keras itu membuat Sashi terkejut. Buru-buru ia ingat jika tadi pamit hendak mengurus baju Aditya. Sashi langsung mematikan ponsel dan menyimpannya di kolong tempat tidur. Ia segera mengeluarkan sebagian baju milik sang suami. "Sashi! Jangan sampai kamu malah tidur! Enak sekali kamu, suami banting tulang, tapi kamu justru enak-enakkan tidur!" Santika berteriak dengan sangat keras. Sashi mengembuskan napas kasar. Ia segera ke kamar mandi dan membasahi wajahnya. Selesai membasahi wajah, Sashi segera membuka pintu. Perlahan ia menarik kunci pintu itu. "Maaf, ini pintunya agak macet. Jadi, kadang kekunci sendiri," kata Sashi sambil pura-pura mengelap wajahnya. "Kamu habis mandi? Bukannya tadi mau urus baju Aditya?" tanya Santika yang sangat curiga pada menantunya itu. "Enggak mandi, Ma. Hanya cuci muka saja biar agak seger. Mata kaya mau merem aja kalo selesai masak," kata Sashi dengan wajah datar. "Awas, ya, berani tidur siang, Mama akan ngadu ke Aditya. Kamu hanya malas-malasan saja di rumah. Mama, mau kembali ke toko dulu. Siapa tahu, siang ini banyak yang beli perhiasan," kata Santika lalu keluar dari kamar Aditya. Sashi merasa lega saat Santika meninggalkan kamarnya. Ia pun memastikan jika mobil mama mertuanya sudah meninggalkan garasi rumah. Suara deru mesin mobil itu membuat Sashi lega seketika. Santika sudah benar-benar meninggalkan rumah. Sashi segera mengambil ponsel yang tadi dilemparkan ke dalam kolong. Ia lalu menyalakan benda pipih itu. Sashi kembali mengecek semua pekerjaannya. Tidak salah, keuntungan bulan lalu memang luar biasa. Sashi langsung menghubungi salah satu rekan kerja yang dipercaya mengelola semua bisnis miliknya. Kartika, sosok sahabat Sashi sejak bersekolah di sekolah dasar dulu. Kartika dan keluarganya selalu membantu Sashi dan Arusha dalam segala hal, terutama makanan. Sashi : "Tika, berikan bonus untuk semua karyawan. Masing-masing lima persen dari gaji mereka." Kartika : "Siap Bu Bos. Mereka pasti senang sekale. Kamu baik-baik aja di rumah?" Sashi : "Ya, kaya biasanya. Tapi, aku abaikan saja. Udah biasa dan kayak udah kebal aja. Udah ingat, bonus harus segera cair ya. Biar mereka semua nyaman dan senang." Kartika mengiakan permintaan Sashi saat ini. Tidak masalah membagi sedikit rezeki untuk semua karyawan awal bulan nanti. Sashi juga akan membagi rezeki tengah bulan dan akhir bulan. Besarnya tidak jauh beda, antara lima persen hingga tujuh persen. Awal memulai usaha perhiasaan, ketika Sashi merasa bosan di rumah. Pekerjaan rumah hanya itu dan itu saja. Sashi membuka internet dan mencari informasi tentang peluang bisnis. Kala itu, ia tertarik dengan design perhiasan. Tidak butuh waktu yang lama, Sashi langsung mendapatkan pasar untuk menjual semua design gambar perhiasannya. Perlahan, dari uang yang dikumpulkannya juga hasil meminta pada papa sambungnya, Sashi bisa memiliki pabrik perhiasan sendiri. Tidak ada yang tahu tentang bisnis milik Sashi. Ia sosok pribadi yang sangat tertutup pada siapa pun. Pernah satu kali ada keinginan untuk memberitahukan tentang bisnisnya pada Aditya, tetapi segera diurungkannya. Sashi tidak mau sang mama mertua tahu. Bisa-bisa Santika hanya memanfaatkannya saja. Dua tahun bergelut dalam dunia bisnis membuat Sashi mempunyai banyak uang tanpa sepengetahuan Aditya. "Bu Sashi, ada tamu," kata salah satu asisten rumah tangganya dari depan pintu kamar. Sashi kembali terkejut, tetapi kali ini lebih tenang. Ia menyimpan ponsel yang baru digunakan itu di tempat paling rahasia--lemari bagian bawah yang berisi pakaian yang sudah tidak layak pakai. Sashi mengembuskan napas panjang lalu gegas membuka pintu. Ani sudah ada di depan pintu. "Ada adiknya Pak Adit, Bu," kata Ani sambil menunjuk ke arah ruang tamu. Utami datang ke rumah ini saat Santika dan Aditya tidak ada di rumah. Mereka tidak dekat sama sekali. Utami selalu bersikap netral pada siapa pun. Gadis manis berusia hampir dua puluh dua tahun itu saat ini sedang menyelesaikan skripsinya. "Mbak, aku boleh tanya?" tanya Tami--sapaan akrab adik bungsu Aditya itu. "Ada apa, Tami? Wajah kamu kaya yang tegang banget gitu? Kamu ada masalah?" tanya Sashi dengan hati-hati. "Enggak ada masalah, Mbak. Aku cuma pengen tahu, apa Mbak itu selebgram?" Tami langsung menatap wajah Sashi dalam karena ingin tahu kejujuran kakak iparnya itu. Sashi berpura-pura menampakkan wajah heran. Ia tidak mau ada orang yang curiga dengan pekerjaannya itu. Tami bukanlah gadis bodoh. Ia mengambil jurusan hukum jadi paham kapan seseorang akan berbohong. "Kamu ini ngaco. Mana ada selebgram wajahnya kaya aku. Aku cuma ibu rumah tangga biasa. Ngapain juga aku mainan media sosial. Dulu waktu kuliah emang main media sosial. Kalo sekarang, aku fokus urus keluarga aja." Jawaban Sashi membuat Tami terkejut dan bengong. Wajah content creator itu dangat mirip dengan Sashi. Memang benar, Sashi jarang merias wajah jika di rumah. Hanya sebatas pakai pelembab dan cuci muka saja. Akan tetapi, Tami merasa sosok selebgram itu sangat mirip dengan Sashi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

TETANGGA SOK KAYA

read
51.6K
bc

Perceraian Membawa Berkah

read
17.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.0K
bc

KUBUAT KAU MENGEMIS CINTAKU

read
60.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook