“Bu Ambar! Maafkan saya terlambat menyeret Eksanti,” ucap Sapto yang tiba-tiba muncul di sebelah Ambar. “Udah terlanjur terjadi, Pak,” balas Ambar sembari mengusap air mata dengan tisu. “Saya enggak nyangka kalo keputusan Pak Hadi untuk tobat, membuat adik saya gila. Mohon maaf, Bu.” Ambar menetralkan emosi sesaat lalu mengusap sisa buliran bening dari kedua mata dan pipi. Beberapa detik menarik napas panjang dan mengatur posisi duduk agar bisa berhadapan dengan Sapto. Wanita ini menatap tajam ke arah pria yang kini tepat di depannya. “Maaf, Pak Sapto masih punya empati pada saya terutama Brian, kan? Berapa lama tau hubungan mereka? Dia adalah adik Bapak, kenapa gak bilang dari awal? Kenapa Bapak menutupi ini semua? Tega!” ucap Ambar dengan berapi-api. Dia marah dengan pria yang selam

