Ke esokan harinya orang tua Gamila dan orang tua David saling bertemu. Karena mereka berteman baik jadi bukan hal yang sulit untuk mereka saling bertemu. Apalagi menyangkut masalah anak- anaknya.
" Jadi Gamila mau kuliah di Bandung juga? " tanya Amel ibu David pada Alena.
" Iya Mel, tapi kamu belum setuju dan memberi dia izin. " jawab Alena.
" Loh, kenapa begitu ? " tanya Aldo ayah David bingung melihat ke arah Mika.
" Ya Gamila kan anak perempuan, banyak hal yang harus kami pertimbangkan seperti keselamatan dia, pergaulan dan lain sebagainya. " jelas Mika sambil memotong steak miliknya.
" Ya, kami paham kekhawatiran kamu. Tapi bukankah ada David yang bisa kamu percaya untuk menjaga dia? " tanyanya.
" Kami percaya sama David apalagi kemarin dia sudah berjanji juga akan menjaga Gamila selama di Bandung, tapi masalahnya mereka lawan jenis kami hanya takut selama di sana mereka khilaf. " Alena sekarang yang menjawab dengan pelan.
" Iya juga sih. Harusnya mereka di nikahkan dulu kali ya biar kita sama- sama tenang. " Amel membenarkan keresahan Alena.
" Mas, bagaimana kalau kita nikahkan saja dulu mereka? Kamu setujukan? " Amel menatap suaminya yang masih santai memakan makanannya.
Aldo menyimpan garpu dan pisaunya. " Aku sebenarnya juga setuju dengan keinginan kalian, tapi masalahnya apakah anak- anak akan menerima ini? " Aldo mentapa semuanya bergantian.
" Sebaiknya kita bicarakan ini lagi dengan Gamila mas. " ucap Alena.
" Kalau David sudah pasti dia mau. " ucap Amel dengan yakin.
" Kenapa kamu yakin sekali tentang ini? " tanya semuanya dengan kompak pada Amel yang hanya tersenyum penuh arti.
" Karena dia anakku, aku tahu yang dia mau. Semalam sepulang dari rumah kalian dia terlihat kebingungan, aku bertanya padanya kenapa. Dia menjawab dan menceritakan semuanya. " jelas Amel kenapa bisa yakin anaknya akan setuju adalah karena dia sudah membahas ini dengan David.
" Lalu apakah dia bersedia? " tanya Alena penasaran.
" Dia hanya ragu. Dia berpikir apakah dia akan mampu bertanggung jawab dengan kalian. Hingga akhirnya aku memberi tahu dia, kalau kami akan terus membantu dia nanti. " jawab Amel.
" Intinya dia setuju? " tanya Mika.
" David itu selalu memikirkan semuanya secara matang. Dia tidak mungkin menyuruh kami untuk bertemu dengan kalian untuk membahas ini kalau dia tidak mau. " Aldo memberikan pendapat tentang anaknya.
***
" Aduh gimana dong Minggu depan gue harus udah berangkat ke Bandung ngurus- ngurus berkas. " keluh Gamila pada Tasya.
" Kan gue udah bilang dari kemaren coba Lo ngomong sama si Dav. Kali aja dia mau nikah sama Lo! " jawab Tasya geregetan.
" Gue malu. Lagian emang dia mau ya nikahin gue? " tanya Gamila tak yakin.
" Ya lu coba tanya dulu, lu bisa ajak dia negosiasi. Kaya di drama- drama gitu. Nikah kontrak atau nikah perjanjian, atau apapun sebutannya. Supaya hubungan yang kalian jalin saling menguntungkan gitu. " Tasya mencoba memberi ide gilanya.
Untuk sesaat Gamila terdiam mencerna ucapan sahabatnya tadi untuk negosiasi dengan David sebelum mereka benar- benar setuju untuk menikah. Tiba- tiba saja Gamila berdiri dan langsung bergegas mengambil tasnya dan meninggalkan Tasya.
" Hey lu mau kemana? " tanya Tasya bingung saat melihat Gamila bergegas pergi.
" Gue mau ketemu sama si kulkas empat pintu dulu. " teriak Gamila sambil berjalan menuju pintu.
" Huh dasar cewe aneh. " gerutu Tasya. " Apa gue juga harus begitu ya ke Aden? Supaya kalau kita LDR dia engga akan selingkuh atau suka sama cewek lain selain gue. " Tasya berbica sendiri.
***
" Tumben kamu ngajak aku ketemu di luar. Ada apa? " tanya David saat datang menghampiri Gamila.
Gamila yang sedang duduk langsung berdiri menyambut David dan menyuruhnya untuk duduk di depannya. " Ada hal penting yang harus kita bahas. Tapi mungkin ini kedengaran sedikit konyol sih. " ucap Gamila sambil menunduk malu.
" Ada apa? " tanya David menatap Gamila serius.
" Dav kali ini aja gue minta tolong sama Lo. Lo kan mau kuliah di Bandung juga, lu mau ya jagain gue selama di Bandung! " ucap Gamila ragu, tanpa sadar dia memegangi tangan David.
David yang tangannya dipegang oleh Gamila merasa terkejut. " Tanpa kamu minta aku pasti jagain kamu kok. " jawab David dengan wajah datarnya.
" Masalahnya orang tua gue maunya Lo nikah sama gue! " Gamila yang baru saja keceplosan langsung menutup mulutnya dengan tangan.
David yang terkejut mendadak terbatuk. " Apa? Jadi mereka minta kita menikah? " tanya David serius sambil menatap Gamila.
Gamila mengangguk pelan sambil menunduk. " Gue kan tadi udah bilang ini konyol, tapi mereka terus bersikeras melarang gue pergi kalau, gue pergi sendiri ke Bandung. " mata Gamila mulai berembun.
David tak tega mendengar gadis yang ia sayang harus menyerah denga impiannya begitu saja. Sebenarnya semalaman dia terus memikirkan ini. Dia bisa saja setuju tapi dia sangat ragu, tapi melihat Gamila hampir menangis membuat hatinya terasa sesak.
" Kita nikah bohongan aja. Jadi meskipun kita nikah tapi kamu masih bisa menikmati kehidupan kamu sendiri, aku engga akan jadi batu sandungan buat hidup kamu. Aku janji, kita hanya butuh status saja di hadapan mereka." ucap Gamila dengan yakin.
Membuat David yang mendengarkan tersenyum kecut, dia tak habis pikir bagaimana gadis di depannya itu memiliki pikiran yang tak masuk akal tentang dia sampai David menggeleng tak percaya.
Perlahan Gamila menaikakan pandangannya melihat bagaimana reaksi David, ia terkejut saat melihat David menggelengkan kepala. Seketika hatinya kecewa, dia berpikir David tak setuju dengan idenya itu. Akhirnya dia memilih segera pergi sebelum harga dirinya hancur karena mendengar penolakan dari pemuda di hadapannya itu.
" Lupakan, Lo engga perlu jawab. Gue tahu jawaban Lo kaya gimana. Gue pamit! " ucap Gamila sambil berdiri dan bergegas pergi meninggalkan David dengan rasa malu yang ia simpan.
" Tapi aku belum...." ucapan David terputus saat melihat punggung Gamila yang semakin menjauh.
" Kenapa dia kabur? Kan aku belum memutuskan. " tanya David kebingungan.
Gamila yang sudah berada di luar mulai meneteskan air matanya. " Ngapain juga gue harus ngomongin ini sama dia. Jelas- jelas dia engga akan mau nolong gue. Bego banget sih gue! " gerutu Gamila pada dirinya sendiri sambil terus menyeka air matanya.
Dari kejauhan David terus mengikuti dan melihat Gamila yang sibuk menyeka air matanya. " Dia menangis? " batinnya tak tega dan ingin mendekati gadis itu.
Namun saat hendak mendekat mendadak ponselnya berbunyi, panggilan dari sang ibu membuat dia urung untuk menyusul Gamila. Sekitar dua menit dia menjawab panggilan sang ibu dan langsung memutuskan panggilan, namun dia sudah tak melihat Gamila lagi.
" Sepertinya dia sudah pergi. " gumamnya sambil berbalik meninggalkan tempat dia berdiri tadi.
***
Ternyata Gamila pulang dengan naik taksi, sepanjang jalan dia terus memikirkan kebodohannya karena sudah meminta hal konyol pada David. Ia berpikir pasti David saat ini tengah menertawakan kekonyolannya tadi, dia juga teringat dengan wajah David saat menggeleng tadi.
" Akh gue malu banget sumpah. " jerit Gamila sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.