Pulang!

1184 Words
Di sini sekarang mereka, di sebuah tempat hiburan malam yang terkenal di kalangan orang kaya. Mereka memiliki akses masuk ke dalam karena memang keluarga mereka masih bisa di golong kan dengan orang kaya. Meski tidak sekaya keluarga Husain. Gia duduk di salah satu sofa yang di sediakan, dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Dari tempatnya yang lumayan tersembunyi, dia bisa melihat sekitar tetapi tidak semua bisa melihat dirinya. Sesosok lelaki yang sangat ia kenal, kini tengah duduk dengan memangku gadis yang memakai baju kurang bahan. Ingin hati Gia cuek, tetapi ada perasaan yang mengganjal saja saat melihat wanita itu menempelkan bibirnya di pelipis abang iparnya. Tetapi pikiran waras nya kembali lagi, siapa dirinya? Sampai harus memiliki perasaan mengganjal seperti ini? Ini tidak banar. Gia memilih mengacuhkan lelaki yang duduk di lantai atas bersama wanita penghibur. Dia juga tidak mau menutup ATM berjalannya dengan membuat masalah di tempat umum seperti ini. Minum adalah pilihan yang tepat saat ini. Membuang seluruh pikiran jelek tentang abang iparnya. Nova dan Ibra sudah berada di lantai dansa menikmati dentuman musik yang membuat tubuh mereka tidak berhenti bergoyang. Melihat teman-temannya, Gia akhirnya tergoda juga untuk ikut turun ke lantai dansa. Gemuruh sorak sorai orang-orang yang menikmati alunan musik menghetak, membuat Abim menoleh ke bawah. Manik mata lelaki itu terkunci oleh pemandangan yang membuat hatinya terbakar. Gia Andaresta tengah bergoyang tepat di depan lelaki. Lelaki itu dengan berani memegang pinggang Gia dan menggoyangkan kiri dan kanan. Se-jalur dengan lelaki itu, Gia yang berada di depan pun mengangkat kedua tangannya ke atas. Mencari wajah lelaki itu dan di sandar kan pada bahunya. Menghisap, mencium dan sesekali memberikan sensasi menegangkan. Jelas Abim sangat marah melihat itu. Melempar wanita di pangkuannya seperti kantong sampah, Abaim langsung turun ke lantai dansa. Ricky selaku sahabat dia dari kecil merasa heran, apa yang terjadi pada sahabatnya ini? Apa dia kerasukan jin dalam ruangan ini? Apa dia yang merasuki jin dalam ruangan ini? Ah, masa bodo dengan pemikiran ini, Ricky langsung turun mengikuti sahabatnya. Dengan sedikit berlari karena langkah Abim sangat panjang. Satu tarikan tangan, membuat Gia menabrak d**a bidang kakak iparnya dan berakhir dalam pelukan. “Hahaha, siapa ini? Ah bau mu aku sangat kenal. Kakak, apa kau sudah selesai dengan jalang mu?” kata Gia mengalungkan kedua tangannya pada leher Abim. Mata Ricky terbelalak mendengar apa yang sudah di katakan Gia. Kakak? Apa dia adalah adik ipar yang selalu menemani sahabatnya ini menuntaskan proyek sepele? Tetapi, kenapa dia terlihat sangat mabuk sekali? “Pulang!” suara Bariton milik Abim memeka kan telinga Gia dan Nova. “Hai tuan setan ganteng, aku tidak di ajak pulang juga? Kami ke sini datang bertiga, kalau tidak pulang bersama aku bisa kena omel ibu ku.” kata Nova kacau dan di angguki oleh Gia. “Setan?” Ricky menutup mulutnya karena tidak kuasa untuk menahan tawa nya. “Kau yang bawa mobil kan? Aku akan mengajak Gia pulang. Kau pulang lah, sebelum minuman mengambil alih kesadaran mu.” kata Abim tegas. “Siapa kau!” Ibra berniat menarik tangan Gia, tetapi lelaki itu harus menelan pil pahit penolakan. Selain tangan Abim yang sudah menahan di pinggang gadis itu, Gia juga tidak melepas tangannya dari leher kakak iparnya. Sedangkan Nova sendiri malah asik berjoget di tengah kerumunan cowok-cowok haus akan belaian. “Sudah jelas, kan? Ricky, bawa Nova pulang.” kata Abim tidak menunggu Ibra untuk menjawab. Abim membawa Gia ke apartemen nya, dia tidak akan memulangkan anak gadis dalam keadaan mabuk, bukan? Dia juga sudah mengatakan jika adik ipar nya itu aman berada di apartemen nya pada orang rumah. Keluarga Andaresta sangat percaya pada Abim, sehingga mereka tidak akan pernah berpikir macam-macam pada menantu pertamanya. Kepercayaan memang selalu di jaga oleh Abim, hanya iman saja yang tidak bisa di jaga. Memang tidak sampai ke arah meniduri adik iparnya, tetapi leher dan d**a gadis itu sebagai pelampiasan. Baju Gia sangat terbuka di bagian d**a ke atas, karena dia hanya mengenakan crop top yang menampilkan d**a dan perutnya. Sedikit tanda di leher dan beberapa di p******a Gia, hal itu sudah menandakan jika kakak ipar itu menganggap lebih ikatan mereka. Terlebih lagi kakak ipar sudah di tinggal mati oleh istrinya beberapa tahun lalu. Kesepian? Sudah jelas. Tetapi tidak ada yang menyangka saja jika seorang Abimana Huasin akan melakukan hal tersebut pada adik iparnya yang selalu di lindungi selama ini. Kondisi Gia saat ini tengah mabuk parah akibat minuman setan, tetapi Abim? Dia juga mabuk akan gairah nya sendiri. Dia sadar jika tidak bisa menuntaskan birahinya pada adik ipar. Sehingga dia harus bermain dengan sabun di kamar mandi untuk meredakan hasratnya. Tujuannya saat ini adalah mendapatkan pelepasan tanpa membuat adik iparnya kehilangan keprawanan. Abim menuntaskan di kamar mandi dan setelah itu ia langsung pulang ke rumah. Dia tidak ingin terjadi hal yang lebih jauh lagi ketika bersama dengan Gia lebih lama lagi. Dia paham jika nafsu sudah bertindak, kadang akal dan logika tidak akan pernah ikut bergabung. Dengan kata lain, nafsu adalah sumber mala petaka yang tidak bisa di pikirkan dengan akan dan logika. Jam tiga subuh Abim masuk ke dalam kamarnya, dengan keadaan yang sangat lelah. Lelaki itu dengan gampang nya memejamkan mata dan melupakan semuanya. Pagi hari hujan deras mengguyur kota Jakarta, tidak ada tanda-tanda akan berhenti dalam sesaat. Langit hitam yang menaungi kota pun bisa di pastikan jika hujan itu akan awet. Gia duduk termenung di atas tempat tidur yang hanya ada dirinya saja. Dia ingat jika dirinya pergi ke tempat hiburan malam, tadi malam. Tetapi saat ini, dia bangun dalam keadaan kepala pusing dan tidur di ranjang empuk yang ada di apartemen Abim. Dia tau ini apartemen Abim, karena dia sering menginap di sini. Tetapi yang tidak bisa di pikirkan sendiri itu, bagaimana bisa dia hanya sendiri di situ? Gia mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. Ini bukan ponselnya, dan dia juga tidak melihat ada tas yang ia bawa semalam. Apa mungkin tas nya tertinggal di bar? Gia mengambil ponsel tersebut dan mencari-cari nomor dirinya sendiri. Adik Ipar, itu nama yang muncul saat dia mengetik nomor nya. Karena dia tidak menemukan namanya di kontak tersebut. Tanpa basa basi lagi, dia langsung menghubungi nomor nya sendiri. Tidak lama menunggu ponsel itu di angkat, suara berat lelaki baru bangun yang pertama di dengar oleh Gia. “Siapa ini?” tanyanya “Ini siapa? Kan kamu yang telfon.” katanya masih malas. “Ini abang? Aku Gia.” katanya lagi. Mata Abim langsung terbuka lebar, dia baru menyadari jika dirinya salah mengambil ponsel. Melihat nama yang tertera itu berbeda dengan nama panggilannya, Abim pun kembali bertanya. “Sain? Siapa itu?” tanya Abim bingung. Kaget dan malu, Gia hanya mencicitkan suaranya saat menjawab. “Husain.” Senyum mengembang dari seorang Abimana Husain pun lolos. Meski gadis itu tidak melihatnya, tetapi dia cukup tau jika dirinya memiliki nama sayang dari adik iparnya. Ehem, Abim menetralkan suaranya sebelum kembali bertanya. “Sudah bangun? Maaf aku salah mengambil ponsel ku. Aku akan menjemput mu untuk sarapan setelah ini. Bersiap lah, minum s**u yang ada di kulkas. Baru aku beli kemarin.” Lelaki itu cukup bahagia dan senang rupanya, sehingga dia tidak mengingat kejadian semalam lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD