3.

1509 Words
Menjadi seperti yang kamu inginkan adalah perjuangan yang akan kucoba buktikan ~masoul~ ••• Seriel terlihat tengah berkutat dengan tugas yang diberikan oleh guru sejarahnya tersebut, sedangkan Satria yang memang sudah jelas berada didalam kelas yang berbeda, ia terlihat tengah berdiam diri dengan tatapan yang terlihat tengah memikirkan sesuatu. Ya, Satria berada satu tahun diatas Seriel, saat ini Satria yang baru saja menduduki kelas 12 dengan jurusan IPA sedangkan Seriel saat ini ia  baru saja naik kekelas 11 dengan jurusan IPS. Saking sibuknya dengan apa yang sedang ia pikirkan hingga tanpa Satria sadari Pak Budi yang saat itu tengah menerangkan mulai berjalan mendekat kearahnya dan.... BRAKH!!!! Satria tersadar dari lamunanya akibat gebrakan yang Pak Budi lakukan tepat dimejanya,namun dengan santainya... "Maaf Pak,p kenapa yah?" tanya Satria. "Jika saya sedang menerangkan saya harap kamu bisa mendengarkan dengan baik, bukan melamun!"ujar Pak Budi padanya. Satria hanya diam dan memandang ke arah lain dan itu berhasil membuat Pak Budi geram dibuatnya. "Jangan mentang-mentang ayah kamu pemilik sekolah ini kamu jadi seenaknya Satria!" geram Pak Budi mendengar itu Satria pun berdiri dari duduknya dan menatap lekat lawan bicaranya itu. "Itu pandangan Bapak saja dan saya tidak akan mengubah itu." tekan Satria dan berlalu meninggalkan kelas yang seharusnya masih ia ikuti selama satu jam kedepan lagi. Ucapan Pak Budi berhasil membuat Satria kesal apalagi sudah menyangkut Ayahnya serta kedudukanya disekolah itu dan tanpa pikir panjang Satria pun berlalu dengan tujuan untuk menemui Seriel, yang mana saat ini masih mengikuti pelajaranya dengan baik. Tok...tok...tok.... "Seriel!" panggil Satria yang membuat perhatian seluruh siswa di kelas Seriel termasuk Bu Dewi yang tengah berkeliling mengecek tugaspun beralih menatap Satria. "Satria..." gumam Seriel. "Cieeee yang dicariin pacar!aheuw..." goda siswa yang lain, Seriel hanya tersenyum malu. "Kenapa Satria?" tanya Bu Dewi. "Saya mau bicara sama Seriel sebentar Bu." jawab Satria dan atas ijin Bu Dewi Seriel pun berjalan mendekati Satria. "Njiirr punya apaan tuh si Seriel dapetin most wanted sekolah!ckck." "Ck cakepan juga gue Riel!" "Potek ati neneng bang!" Banyak sekali bentuk lontaran, pujian bahkan rutukan yang berasal dari suara hati yang tengah merasakan patah hati . Seriel pun menghampiri Satria yang masih menunggunya di depan pintu. "Ken-aaahhh..!" tiba-tiba saja Satria menariknya dan membawanya pergi entah kemana. "Satria stoop!" sentak Seriel dengan menghempaskan genggaman Satria darinya. Satria hanya memandang gadis yang beberapa hari yang lalu baru saja menjadi kekasihnya, namun belum seutuhnya karena Seriel belum penuh mencintainya, itulah yang saat ini berada dalam pikiran Satria begitupun sebaliknya. "Temenin gue." ucap Satria menatap Seriel dalam. "Tapi gu-" "Gue mohon," akhirnya Seriel pun menganggukan kepalanya dan merekapun menaiki tangga untuk mencapai rooftop sekolah. "Kita mau ngapain disini?" tanya Seriel seraya mengikuti Satria yang duduk dengan menatap lingkungan sekolah dari sana. Hingga tanpa permisi Satria menyandarkan kepalanya pada bahu Seriel, ia yang notabenya memiliki perasaan terhadap Satria merasa senang sekaligus takut jika ia semakin mencintai pria itu tetapi pria itu gagal untuk mencintainya. "Ak--aku harus balik ke kelas Sat!" gugup Seriel bangkit dari duduknya namun sebelum ia benar benar pergi Satria lebih dulu menahanya "Gue udah bilang, temenin gue disini." tekan Satria yang masih setia dengan posisi duduknya. "Tapi aku harus balik ke kelas Sat," keukeuh Seriel yang masih berusaha melepaskan pegangan Satria dari lengannya. Tanpa melepaskan genggamanya Satriapun berdiri dari duduknya dan membawa bahu Seriel agar mau menghadap kearahnya. "Gimana gue bisa jatuh cinta sama Lo sedangkan Lo sendiri gak mau ngabisin waktu bareng gue." ujar Satria tepat pada manik mata Seriel. Karena gugup Seriel pun hanya bisa memandang kearah lain. "Gue gak suka sama orang yang kalo ngobrol sama gue malah mandang ke arah lain!" dengan jantung yang masih berpacu dengan cepat Serielpun berusaha memandang kearah Satria yang lebih tinggi darinya. "Satria ak--aku har--harus balik ke kelas Bu Dewi bisa marah.." mohon Seriel meminta pengertian. "Gak akan ada yang bakalan marahin Lo, Lo tenang aja." ujar Satria enteng. Satria menangkup wajah Seriel dengan kedua tanganya, ditatapnya lekat namun yang ditatap hanya bisa menutup mata dan entah kenapa tiba-tiba saja Seriel memekik dengan cukup keras. "STOP! Satria gue mohon stop bikin gue jadi cewek yang--" sentak Seriel yang terhenti ketika melihat Satria kaget dan sedikit menjauh darinya menciptakan sebuah jarak. Satria menautkan kedua alisnya bingung. "Lo kenapa?" aneh Satria pada Seriel yang tiba-tiba saja menyentaknya. Seriel hanya bisa menutup mulutnya, hampir saja ia mengungkapkan segalanya. Satria yang melihat reaksi Serielpun berusaha mendekat kembali ke arahnya, namun Seriel malah berlari menuruni anak tangga. Sedangkan Satria, dia hanya memandang Seriel bingung tanpa berusaha mengejarnya. "Dia kenapa?" "Apa gue salah deketin dia?" "Apa gue nakutin dia?" "Apa gue udah nyakitin dia?" Mungkin jika Seriel mendengar pertanyaan terakhir yang Satria pikirkan, ia akan menjawab IYA. Dengan memikirkan ada apa dengan Seriel sampai tak terasa waktu pulangpun sudah tiba dan Satriapun memutuskan untuk kembali kekelasnya mengambil tas dan memutuskan untuk menjemput Seriel dikelasnya. "Satria!" panggil seseorang akhirnya Satripun menghentikan langkahnya tanpa menoleh, sampai seseorang itu berada tepat dihadapanya. "Kenapa?" tanyanya to the point dengan melirik jam ditanganya sekilas. "Gue balik bareng Lo yah?" Satria terlihat menarik napas panjang dan, "Sorry gue gak bisa Gis," tolak Satria pada seseorang yang dipanggilnya Gista itu, ya gadis yang sama yang memeluknya secara tiba tiba tadi pagi dan tanpa sepengatuhuan siapapun itu berhasil membuat Seriel sakit hati. "Tap--" "Gue duluan, cewek gue udah nunggu kasian." Satriapun berlalu. Namun belum sampai dikelas Seriel, Satria sudah melihat gadisnya itu berjalan melewati lapangan agar lebih cepat sampai diparkiran sekolah. "Seriel!" Mendengar namanya dipanggil Serielpun menghentikan langkahnya, namun saat ia tahu siapa yang memanggilnya Seriel pun mencoba untuk menghindar kembali. "Maaf Sat buat hari ini gue bener bener gak bisa deket deket Lo.." sesalnya dalam hati. "Riel tunggu! Lo kenapa sih?" tahan Satria dengan menarik tas yang Seriel gendong hingga hampir saja membuatnya terjatuh kebelakang jika Satria tidak menahanya. "Ak--aku gak pa-pa, aku cuma mau cepet-cepet pulang itu aja." alasannya tanpa berani memandang ke arah lawan bicaranya yang terlihat tengah menatap tajam kearah Seriel. "Kalo ngomong itu liat muka Gue!" Satria mengarahkan wajah Seriel agar memandang ke arahnya. "Lo pulang bareng gue." ucapnya saat Seriel memandang kearahnya. "Ak--" "Gak ada bantahan." tekan Satria menatap Seriel tajam. Seriel hanya bisa menganggukan kepalanya tanpa ingin melawan keinginan kekasihnya itu. Satria tersenyum manis dan, "Good girl, gue suka cewek penurut." Serielpun sedikit berpikir, "gue bakalan coba buat jadi cewek yang lo suka sampe semuanya berubah dari suka jadi cinta." yakin Seriel dalam hati dengan tersenyum penuh keyakinan. Untuk sampai diparkiran yang biasanya Seriel lalui hanya menbutuhkan waktu beberapa menit saja, tapi sekarang rasanya berbeda karena saat ini Seriel berjalan dengan sebuah tangan yang setia menggenggamnya, namun bukan itu yang membuatnya terasa lambat tetapi bisikan-bisikan yang dilontarkan oleh beberapa siswi yang notabenya sangat memuja Satria. "Gak udah didenger! yang berjuang itu kita bukan mereka." ucap Satria dengan senyum yang bisa membuat Seriel lebih tenang. Sedangkan disisi lain. "Gimana Tan? Lo mau nerima kalah gitu aja sama tuh anak?" tanya Fanya yang merupakan salah satu sahabat Tania selain dari Kanaya. "Gue gak tau, kita liat aja nanti kedepannya!" jawab Tania menatap sinis ke arah Satria dan Seriel yang sudah melaluinya. ••• Sesampainya diparkiran, dengan segera Satripun membukakan pintu untuk Seriel, wanita manapun akan merasa istimewa jika diperlakukan manis seperti itu begitupun dengan Seriel. "Come on sweetheart..." ucap Satria mempersilahkan. Dengan hati yang berbunga-bunga Serielpun memasuki mobil sport keluaran terbaru milik kekasihnya itu, Satriapun memutari mobilnya untuk duduk dibagian kemudi. "Kamu pake sabuk pengamanya, terus kamu tutup kacanya okay?" ujar Satria dengan menaikan kedua alisnya, manis sekali bukan. Serielpun mengangguk paham, namun saat Seriek hendak menutup kaca mobil tersebut tanpa sengaja ia beradu pandang dengan seseorang yang mungkin pernah ia kecewakan, dialah Arvie. Disaat ada Arvie yang siap mencintainya sepenuh hati tapi kenapa harus orang lain yang mengisi, kenapa bukan Arvie..., terkadang keadaan itulah yang sedikit membuat Seriel merasa kesal pada yang namanya hati dan sebuah perasaan. "Lupain dia." Dengan segera Seriel menutup kaca mobilnya. "Maaf aku gak maksud liatin dia." sesal Seriel yang kini sudah berani memegang lengan kiri Satria. Satriapun mengangguk mengerti "jangan lagi, gue gak suka." dan Satria mulai mengemudi mobilnya meninggalkan pekarangan sekolah. "Aku janji Seriel gak bakalan kayak gitu lagi." ucap Seriel. Satria meliriknya sekilas dan kembali fokus mengemudi. "Gak usah janji,.mungkin lo bakal kayak gitu lagi disaat gue udah gagal dan gak peduli." ujar Satria yang mungkin terdengar seperti ketidakyakinan. "Stop, ini rumah aku." ujar Seriel dan Satria menghentikan mobilnya. Seriel membuka pintu mobil dan dengan perlahan ia pun keluar dari mobil tersebut namun sebelum menutup kembali pintunya Seriel membungkukan tubuhnya agar bisa menatap Satria. "Kalo emang udah gak yakin, kita bisa selesain." ucap Seriel yang kemudian menutup pintu mobil dan berlalu begitu saja. Kalimat itu berhasil membuat Satria terdiam. Satria pernah memikirkan itu, tapi entah kenapa saat melihat Seriel hendak dimiliki oleh orang lain Satriapun tidak bisa menerima itu, seperti kejadian yang membuatnya memiliki Seriel saat itu. Atau mungkin Satria memang mencintai Seriel, namun tersimpan dalam kata sayang yang sebenarnya akan menghadirkan sebuah kerinduan disaat jarak yang membuatnya berjauhan. Dengan segera Satriapun keluar dari mobil dan, "Seriel!" panggilnya namun sayang Seriel sudah sepenuhnya masuk kedalam rumah. Dan ia pun memutuskan untuk pergi dan memikirkan segalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD