Satu

1486 Words
Raina selalu bingung, kenapa di usia 26 tahun jika belum menikah selalu dianggap tidak laku. Apalagi jika saudari kembarnya, Arina Hazella Hutomo sudah menikah sejak usia 22 tahun karena dijodohkan oleh Ayahnya. “Raina? Tumben mampir?” tanya Calya, Ibu dari Batari. Raina tersenyum lalu mencium punggung tangan wanita yang sudah ia anggap seperti Ibu sendiri. “Ada janji sama mbak Tari. Ibu sehat kan?” ucap Raina, Ibu menganggukkan kepalanya dan mengusap puncak kepala Raina dengan sayang. “Ibu tinggal sebentar gak apa-apa kan?” Raina menganggukkan kepalanya, restoran milik Ibunya itu selalu ramai. Wajar sih, makanan di sini enak-enak dan selalu ada varian baru setiap bulannya, padahal masih ada cabang di Jakarta Selatan tetapi tetap saja cabang utama yang paling ramai. “Hey, lama nunggu nya?” Batari datang seorang diri, ia tersenyum lebar pada Raina. Raina balas tersenyum. “Baru kok mbak, Langit gak diajak?” Raina menanyakan anak pertama Batari yang sedang aktif-aktifnya diusianya yang menginjak 7 bulan. “Dia baru aja tidur, kebetulan Ayahnya juga lagi libur. Kamu udah pesan?” Raina menggelengkan kepalanya kemudian mereka memesan makan siang. Setelah itu mereka mengobrol hingga ke pembahasan yang membuat Raina bimbang. “Temannya Aa’ Raja sih, dia masih jomlo kok, kemana-mana sendirian. Gak kayak mantan kamu yang ngeselin itu. Udah sama dia aja, nanti mbak bilang sama Aa’ Raja,” ucap Batari. “Tapi aku beneran malas mbak, capek kalau gak serius lagi,” jawab Raina menghela napas lelah. “Kalau dia sampai gak serius, ya mbak cariin lagi, tapi kamu mau kan kalau sama Abdi Negara?” Raina menganggukkan kepalanya, selama ini dia tidak pernah memandang profesi pasangannya, asal pria itu mapan dan bisa membimbingnya itu sudah cukup. “Yaudah, nanti mbak kasitau Aa’ Raja ya,” ucap Batari. Setelah itu Batari pamit pulang lebih dulu karena tidak menyetok banyak ASIP di rumahnya. Raina sibuk berkutat dengan pensil dan buku sketsa, dia sedang merancang gaun untuk pernikahan salah satu kliennya. Bekerja di weeding organizer sebagai desainer membuat Raina banyak menerima pesanan gaun. Batari sudah menghubunginya kemarin jika suaminya sudah memberikan nomor ponselnya pada pria yang akan dikenalkan padanya, tetapi hingga hari ini pria itu belum menghubunginya. Ponsel Raina berdering, telpon dari Batari yang pasti menanyakan hal tentang pria itu. “Halo mbak,” sapa Raina sambil mengarsir gambarnya. “Gimana? Dia udah hubungi kamu?” tanya Batari semangat. Dugaan Raina tepat. “Belum mbak, mungkin dia gak mau sama aku,” jawab Raina santai. Terdengar helaan napas kecewa dari Batari. “Yaudah sih, nanti mbak cariin yang lain kalau dia gak mau,” ucap Batari. Raina tertawa. “I’am okay, mbak gak usah buru-buru gitu cariin aku pasangan. Aku juga baru 26 tahun,” jawab Raina. “Pokoknya kamu harus cerita sama mbak ya Rain?” “Iya mbak,” jawab Raina kemudian sambungan berakhir. Raina kembali meneruskan kegiatan menggambarnya hingga adzan ashar terdengar. Raina merenggangkan ototnya kemudian beranjak mengambil ponselnya yang satu lagi untuk memeriksa pekerjaannya. Ada satu pesan dari nomor yang tidak di kenal. +62 81-2334-5677 : Assalamualaikum Raina, saya Aries, temannya Raja. Salam kenal ya. Pesan itu di kirim satu jam yang lalu. Raina segera membalas pesan itu. Raina : Wa’alaikumussalam, hai Bang. Salam kenal juga. Raina segera menyimpan nomor pria itu di kontaknya lalu ia memilih untuk melaksanakan sholat ashar, saat kembali membuka ponselnya, ada balasan dari pria itu. Bang Aries : Boleh saya ke rumah? Raina shock. Ini laki-laki sama sekali to the point, tidak ada basa-basi. Raina melompat turun dari kursinya menuju dapur untuk menemui Ibunya. “Bu, dia mau ke rumah,” ucap Raina memperlihatkan chatnya dengan pria bernama Aries itu pada Ibunya. “Bagus dong, iyain aja, kamu pakai baju yang sopan, gak usah dandan,” ucap Ibu Raina. Raina mengangguk kemudian membalas chat Aries. Raina : Boleh bang. Raina mengirimkan lokasi rumahnya pada Aries lalu ia melapisi kaos kedodorannya dengan cardigan rajut berwarna abu-abu, mengganti celana jeans pendeknya dengan celana kain panjang berwarna hijau muda dan mengucir rapi rambutnya. Tepat setelah Raina selesai mengoleskan liptint nude, deru mobil terdengar berhenti di depan rumahnya. Raina segera bergegas turun dan bel rumahnya terdengar. Raina menghela napas panjang sebelum membuka pintu utama rumahnya. “Assalamualaikum,” sapa pria itu tersenyum tipis. Raina mengerjapkan matanya. Masya Allah. Pria itu memakai baju kaos navy dengan jeans hitam kemudian topi hitam menutupi kepalanya. Jangan lupakan wajahnya yang bikin gagal fokus. Hidung mancung seperti pria arab, kulit putih bersih, alis tebal yang nyaris bersatu, dan bola mata coklat yang menatapnya teduh. “Wa’alaikumussalam, ehm masuk Bang,” ucap Raina tersenyum. Pria itu mengulurkan tangannya. Otot bisep nya lagi-lagi membuat Raina gagal fokus, serta tangannya yang kokoh. “Aries,” ucap pria itu. Raina balas mengulurkan tangannya “Raina.” Setelah pertemuan itu, Aries tak lagi menghubunginya, mereka sudah bertukar cerita hingga hampir maghrib. Yang Raina tahu, Aries tidak terlalu suka mengobrol via chat, pantas saja pria itu langsung ke rumahnya. Pembawaannya juga baik, tidak seperti beberapa Abdi Negara yang arogan atau kaku, dan Raina nyaman mengobrol dengan pria itu. Batari jadi semakin sering menghubunginya, memantau kemajuan hubungan mereka. Sedikit banyak juga Batari memberitahu jika tentara itu selalu ditugaskan secara tiba-tiba, jadi Raina harus terbiasa. “Selamat pagi, Mi Amor,” suara melengking Sada menyapa. Raina yang sedang merancang gaun pernikahan kliennya hanya menggelengkan kepalanya. Sada adalah rekannya yang juga bekerja di Violetta Wedding Organizer. “Rain, nanti siang makan bareng mau gak?” tanya Sada sambil tersenyum lebar. Raina hanya berdehem pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku sketsa nya. “Kelamaan jomlo sih, jadi makannya sama Sada mulu,” ucap Olivia nyinyir. Raina tak menggubris ucapan Olivia, menjadi bahan candaan rekan kerjanya merupakan hal yang biasa bagi Raina. Apalagi setelah rencana pernikahannya dan Tama gagal beberapa bulan yang lalu. Raina menggelengkan kepalanya, dia tidak mau lagi mengingat kenangan buruk yang menyebabkannya harus menenggak obat antidepresan hingga overdosis dan nyaris merenggang nyawa. “Tenang Rain, it’s okay.” Gumam Raina berusaha menenangkan dirinya. Dia tidak boleh terlalu lama terpuruk, toh itu sudah berlalu dan hidup nya kini baik-baik saja. “Rain? Lo gak apa-apa? Wajah lo kok pucat banget?” tanya Sada panik. Raina menyeka keringat dingin di pelipisnya. Ia tersenyum lebar “Gak apa-apa, gue laper. Lo bawa roti gak?” tanya Raina. Tentu saja ia berbohong. Sada menganggukkan kepalanya lali merogoh roti dari dalam tasnya. “Ultramilknya juga buat lo aja. Lo harus rajin sarapan Rain. Nanti lo kena maagh kayak gue,” omel Sada. Raina hanya menganggukkan kepalanya lalu mengucapkan terimakasih. Raina kembali melanjutkan pekerjaannya hingga waktu istirahat siang tiba. “Rain, ada klien mau ketemu, yang gaun nya kemarin kamu rancang,” ucap Violet, pemilik Wedding Organizer itu. “Iya mbak, sebentar,” jawab Raina lalu segera membereskan kertas-kertas sketsanya lalu segera menghampiri seorang gadis yang duduk sendirian di ruang tunggu. Raina tersenyum ramah lalu mulai menunjukkan sketsa hasil rancangannya yang salah satunya langsung disetujui kliennya tanpa protes apapun. Raina menghela napas lega, bersyukur kliennya kali ini tidak cerewet dan banyak mau. “Besok mbak bisa ke sini untuk pengukuran,” ucap Raina sambil mendekap kertas sketsanya. “Oke, sekalian sama calon suami saya kalau gitu, kita juga mau bahas dekorasinya,” ucap gadis yang amat glamor itu. Namanya Shinta. Raina tersenyum ramah. “Semoga lancar sampai hari H ya mbak,” ucap Raina tulus yang langsung diamini Shinta. Raina selalu semangat jika mengurus pernikahan orang lain, apalagi jika kliennya puas dengan hasil rancangannya. Setelah gadis itu pergi, Raina mengambil ponselnya dan ternyata ada satu pesan dari Aries. Bang Aries : Raina sudah makan? Chat itu dikirim 10 menit yang lalu, Raina segera membalas pesan dari Aries. Raina : Iya sudah Bang. Ada apa? Bang Aries : Yah baru aja mau diajak makan Raina : Raina temenin gimana? Tapi sekarang lagi di kantor. Nanti shareloc. Bang Aries : Oke. Raina segera izin pada Violet, kantornya memang tidak terlalu ketak, asal pekerjaan bisa selesai tepat waktu saja selebihnya urus disiplin waktu sendiri. “Bukannya tadi udah makan siang?” tanya Violet. Raina hanya memasang cengirannya dan Violet segera paham. “Oh lagi deket sama cowok?” tebak Violet. Raina menganggukkan kepalanya. “Semoga yang ini jadi ya? Mbak ikut senang,” ucap Violet tulus. “Aamiin mbak, doakan saja yang terbaik,” jawab Raina lalu ia segera pamit saat pesan dari Aries masuk jika ia sudah berada di depan kantor Raina. “Hai..” Sapa Raina saat melihat Aries yang menunggu di depan mobilnya. Aries tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Abang gak kerja?” tanya Raina sambil mengamati penampilan Aries yang hanya memakai baju kaos biasa dan celana jeans tetapi tetap terlihat tampan. “Libur, besok mau keluar kota,” jawab Aries. Raina hanya menganggukkan kepalanya lalu masuk ke dalam mobil Aries. Tidak ada adegan membukakan pintu seperti di novel romance tentu saja. Mereka memutuskan untuk makan di warung pecel lele dan Raina hanya memesan minuman. Ia mengamati Aries yang makan dengan lahap, cara makannya saja terlihat menawan padahal hanya memakai tangan. “Raina suka makan apa?” tanya Aries setelah ia selesai makan. Pria itu tidak sekaku di awal-awal. “Es krim,” jawab Raina. Aries menganggukkan kepalanya. “Artinya kalau ngambek bisa disogok pakai es krim ya?” Raina tertawa mendengar ucapan Aries. “Raina gak ambekan kok Bang,” ucap Raina setelah tawanya reda. “Mana ada orang ambekan ngaku,” ucap Aries lagi. Raina menggelengkan kepalanya. “Beneran enggak, Bang. Gak ada gunanya tau ngambek terus,” jawab Raina. Aries menganggukkan kepalanya setuju lalu mengantar Raina kembali ke kantornya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD