MOVE ON

Tangan hangat itu menyentuhnya dengan agresif. Berbagai penolakan telah ia layangkan tetapi berakhir buruk karena pria itu semakin gencar menjamahnya, bahkan hampir menyentuh daerah privasinya.  "Enggak Tam! Don't touch me!" Raina memekik panik lalu melayangkan tamparannya pada pria yang telah menindih tubuhnya. Natama. Sang kekasih.  "Kamu selalu nolak aku. Kamu cinta gak sih sama aku?"  Pertanyaan itu telah Raina dengar berulang kali selama hampir dua tahun ini. Belakangan memang hubungan mereka sudah tidak sehat lagi. Tama menuntut banyak dari Raina dan selalu melakukan hal yang membuat Raina risih bahkan nyaris depresi.  Dan jika kemarin-kemarin Raina pasrah hingga keperawanannya nyaris terenggut, kini tidak lagi. Raina tidak mau kecolongan dan membuat keluarganya malu. Mamanya sangat memercayainya. Dan kepercayaan yang diberikan orang tuanya lebih besar dari rasa cintanya pada Tama, belum lagi mengingat kebaikan Arin, adiknya yang telah banyak berkorban untuk kebahagiaannya.  "Harusnya kamu yang jaga aku Tam, bukan seperti ini," balas Raina sambil mendorong tubuh Tama dan beranjak bangun dari sofa lalu memperbaiki dress semata kakinya yang sedikit kusut.  "Kita sekarang di Paris Rain,” ucap Tama tak terima. Raina tertawa serak.  "Tapi aku orang Indonesia yang masih menjaga harga diri dan tidak bebas melakukan pelecahan seperti yang sering kamu lakukan ke aku! Aku gak terima dan aku gak suka perbuatan kamu itu" "Kamu beneran kolot."  Kemudian Tama berlalu pergi dan saat pintu apartemennya berdebam, tubuh Raina merosot. Raina memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya disana bersamaan dengan air matanya yang turun.  "Maafin Rain, Bu, Yah. Rain hampir mengecewakan kalian" bisik Raina lirih diantara isak tangisnya.  Raina tersentak kaget begitu mimpi itu kembali datang, ia mengusap airmatanya yang ikut luruh. Kejadian itu sudah lewat hampir satu tahun dan masih menyisakan trauma psikis bagi Raina.  Dengan tangan gemetar, Raina meraih ponselnya untuk mengirim pesan pada sepupunya.  Raina : Kaaaiii, gue harus gimana? Mimpi itu datang lagi☹ Sepupunya itu sedang sibuk-sibuknya mengurus anak pertamanya yang sangat menggemaskan. Chatnya mendapat balasan, padahal ini pukul 2 dini hari.  Khaylila : Jangan minum obat antidepresan aja. Udah nanti gue cariin jodoh.  Raina berdecak, mana mau dia percaya dengan ucapan Kai yang hanya bualan.  Raina : Lo kok belum tidur? Khaylila : Kebangun. Gue lagi pompa ASI, jangan buat mood gue hancur ya, atau anak gue bisa kelaparan.  Raina terbahak.  Raina : Gue kirimin ASI Booster gimana?  Khaylila : Lo tau gue lemah sama gratisan. Mauu doong Raina menyetujuinya. Dia memang beberapa kali mengirim ASI Booster untuk sepupu dari pihak Ibunya itu, sebagai pengganti karena tak menghadiri pernikahan Kai, padahal seluruh keluarga besarnya hadir, bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Tiongkok.  Raina memilih beranjak keluar dari kamarnya, kantuknya seketika hilang. Dan ia berpapasan dengan Ibunya. Langsung saja, Raina menceritakan mimpi yang ia alami pada Ibunya.  “Kayaknya ada teman Batari yang masih jomlo, Ibu bilang ke Batari saja ya buat kenalin dia sama kamu,” ucap Ibu Raina.  Batari adalah anak sahabat baik Ayah dan Ibunya.  “Ibu gak usah macam-macam deh,” tolak Raina.  “Coba aja dulu, kamu sering chat sama Batari kan?” Percuma saja bicara pada Ibunya yang selalu ngotot. Raina menganggu kkan kepalanya lalu ia pamit kembali ke kamarnya.