BAB 1 part 2

395 Words
8 tahun kemudian_ Pagi ini Kania bangun agak pagian. Setelah terbangun dari tidurnya, Kania langsung beranjak dari ranjang dan berjalan cepat menuju kamar di samping kamarnya. Pintu kamar Marcell kebetulan tidak di kunci, Kania seketika memikirkan beberapa hal. Ia tersenyum penuh arti. Dengan usilnya Kania membuka pintu dan melemparkan dirinya di atas tubuh Marcell yang masih tidur terlentang bahkan hanya memakai boxer saja. "Paman..!!" Panggil Kania dengan teriakan keras tepat di depan wajah Marcell. Marcell mengernyitkan keningnya, ia geram bukan main dengan sikap keponakannya itu. Dengan kesadaran yang masih setengah, Marcell mengangkat tangannya dan memijat keningnya yang pening mendengar teriakan cempreng Kania. "Paman! Ayo bangun… ini sudah siang loh," Ucap Kania sembari menggoyang-goyangkan tubuh Marcell. Risih dengan perlakuan Kania, Marcell memaksa matanya untuk terbuka dan menanggapi sikap Kania. "Ya Tuhan, Kania. Apa kau tidak bisa sekali saja tidak usilin Paman? Ini masih pagi, lagian juga weekend. Semalam Paman mengurus banyak dokumen dan belum beristirahat. Bisa jangan ganggu Paman, hm?!" Ucap Marcell bernegosiasi dengan Kania si biang usil. "Tidak! Kania ingin ditemani Paman pergi jalan-jalan. Bukankah sudah lama Paman tidak menemani Kania dan sibuk terus dengan urusan kantor?! Pokoknya harus bangun dan jalan-jalan. Titik!" Sebenarnya Marcell sangat lelah karena belum tidur barang sejenak. Tapi melihat dan memikirkan bagaimana Kania akan membuat ulah jika keinginannya belum terkabul kan, tentu Marcell lebih memilih mengalah. "Huuft… baiklah. Tapi bisakah Kania beranjak dulu dari atas tubuh Paman? Kania ini kan sudah besar. Mau sampai kapan Kania akan terus bersikap manja dan usil seperti ini pada Paman?" Marcell melirik ke arah tubuh Kania yang bersentuhan langsung dengannya. Ia menelan saliva nya susah payah. Bahkan dua buah p******a empuk itu bersentuhan langsung dengan d**a bidangnya. Jika saja Marcell bukanlah orang yang mengurus Kania sejak kecil, mungkin Marcell juga akan mimisan memikirkan betapa montoknya buah d**a ponakan yang menjadi anak asuhnya. "Sampai Paman mau menikahi Kania. Bukankah Paman sudah berjanji akan menikahi Kania kalau Kania sudah besar? Nah.. sekarang Kania sudah besar, bahkan Paman sepertinya sangat menikmati dua buah d**a besar dan empuk ini 'kan?" Ucap Kania frontal tanpa disaring sedikitpun. Marcell semakin horor mendengar ucapan Kania, ia tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga membuat gadis itu menjadi begitu frontal. "Kania, Paman memang pernah mengatakan itu 8 tahun yang lalu. Tapi Kania, kamu masih muda dan masa depanmu cerah. Kamu di sekolah pasti menemui banyak teman pria. Tidak adakah pria yang membuatmu nyaman?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD