Harus tersenyum saat kondisi hati buruk benar-benar melelahkan. Makan malam kali ini sebenarnya spesial, tapi aku tidak terlalu bisa menikmatinya. Alasan tentu saja Raihan. Siapa lagi kalau bukan dia. Sebisanya aku bersikap normal, meski berat rasanya harus berpura-pura tegar dan baik-baik saja. Aku membantu mencuci piring, Kak Neli membersihkan meja makan, Kak Salwa hanya duduk menikmati buah-buahan yang sudah dipotong, sementara Mama sigap menyimpan sisa lauk. "Meta kapan balik ke Padang?" tanya Kak Neli. "Jum'at kak, InsyaAllah. Kakak?" "Mungkin selasa, atau rabu." "Lebih lama di sini, biar rumah ini berisik lagi," kata Mama ikut bersuara. "Kami baru pindah ke Jakarta, Ma. Baru mulai nyaman dan menyesuaikan diri." "Mama mengerti. Kalian memang perlu lebih jelas sebagai pasanga

