2. Ulang Tahun Velove

1386 Words
Gadis kecil yang tak lain Velove itu sedang berlarian kejar kejaran dengan salah satu maidnya yang ingin menguapi Vee makan siangnya, Vee berlari mengecoh maidnya itu dengan menggendong Teddy boneka kelinci kesayangannya. Lelaki berparas campuran Eropa dan Arab itu menangkap tubuh kecil Velove dengan ciuman beruntun yang lelaki itu alamatkan ke pipi Velove. Hap, Vee tersenyum ke arah lelaki berumur tiga puluh dua tahun itu. "Unclee, kapan uncle datang?" tanya Vee dengan suara lucunya yang terdengar sangat menggemaskan di telinga lelaki yang dia panggil uncle itu. "Baru saja sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Leonoah pada Vee, mengacak gemas rambut Vee yang menjuntai lurus ke bawah. "Vee baik Uncle, Nanny selalu menjaga Vee bersama pelayan yang lain," jawab Velove memamerkan giginya yang seputih s**u. Leon menciumi pipi Vee hingga Vee kegelian karena kumis tipis yang Leon punya. Velove terkekeh karena Leon tidak juga menghentikan ciumannya, "Unclee Vee geli taukkk," ucap Velove terkekeh geli. "Hahaha, oh ya Vee apa Papa datang?" tanya Leon penasaran. "Papa nggak pernah pulang lagi Uncle. Katanya Nanny, Papa sedang sibuk sama dedek bayi yang ada di perut Aunty Inara," jelasnya sontak membuat mata Leonoah panas. Leon menghela napasnya, dia tau kekeras kepalaan Denis sahabatnya. Jika saja lelaki itu bukan sahabatnya mungkin Leon tidak segan-segan membuat Denis babak belur karena menelantarkan Velove yang tidak lain adalah anaknya sendiri tinggal bersama para pelayannya. " Vee mau jalan-jalan sama Uncle Leon dan Aunty Wanda?" tanya Leon, "Mauuu Uncleeee," teriak Vee semangat. Leon memanggil nanny Velove. "Tolong siapkan keperluan Vee, saya akan membawanya jalan-jalan " suruh Leon pada nanny. * "Gajah, itu gajah uncle kok kecil?" tanya Vee saat dia berada di kebun binatang. "Vee itu kan gajah baru lahir jadi kecil," jelas Leon, Wanda di sampingnya tersenyum dengan tingkah Vee. Wanda berharap putri yang di kandungnya tujuh bulan ini akan seperti Vee, cantik dan juga sangat ceria. Yah, meskipun diperlakukan seperti orang asing oleh papanya sendiri. "Lalu kenapa dipisahkan dengan ibunya? Apa dia seperti Vee yang tidak punya ibu?" tanya Vee mampu menohok hati Leon dan Wanda. Wanda berjongkok dan mengelus rambut Vee, wanita itu tersenyum lembut memberikan pengertian kepada anak itu. "Kalau gajah itu didekatkan dengan induknya maka induknya bisa saja menginjak gajah kecil itu. Dan Vee kan punya mama, mama yang selalu ada di setiap langkah Vee," jelas Wanda kepada Velove. "Benarkah Aunty?" tanya Velove dengan mata berbinar. "Iya Sayang, ayo kita lihat-lihat hewan yang lainnya." Leon lalu menggendong Vee di punggungnya, anak itu terlihat sangat bahagia diajak berkeliling kebun binatang yang juga menambah wawasan anak itu tentang hewan-hewan dan habitat sekitarnya. Setelah mengantar Vee pulang, Leon menurunkan istrinya di rumah keluarga istrinya. Lalu Leon melajukan mobilnya ke kantor pengacara milik Denis. Leon akan menemui lelaki itu dan memberikannya peringatan. "Apakah Pak Denis ada di dalam?" tanya Leon pada sekretaris Denis. "Ada Pak, silahkan masuk," jawab Denis kaget saat melihat sahabatnya pulang dari Hongkong tanpa memberitahunya, "Pulang juga kamu," sindir Denis. "Santai bro, gue di sana bahagia sama istri gue yang sedang hamil. Lagi manja-manjanya gitu." Leon menatap Denis dengan mengejek. "Oh, istri gue juga hamil," jawab Denis membalas ucapan Leon. "Wah selamat ya," ucap Leon dengan senyumnya yang terlihat sangat mengejek. Denis menautkan alisnya, tumben-tumbennya lelaki itu datang ke kantornya tanpa ada pembahasan yang harus mereka bicarakan. Tidak mungkin kan Leon datang hanya untuk mengucapkan selamat kepada Denis? "Apakah jika nanti Inara mati kau juga menelantarkan anakmu seperti Vee?" tanya Leon membuat Denis menatapnya tak suka, Denis tak suka jika ada yang membahas Velove di depannya. "Apa maksudmu?" tanya Denis menatap tajam Leon. Leon hanya terkekeh melihat emosi Denis mulai terpancing. "Yaps aku kira kamu mengerti pertanyaanku," jawab Leon sambil menghendikkan bahunya acuh. Denis menggeram dan mencengkeram kerah kemeja Leon. "Jaga bicaramu, Irana tidak akan mati, aku akan di sampingnya nanti dan menjaganya." "Hahhaha, kau saja dulu meninggalkan Pevita demi perjalanan bisnis sialanmu," kekeh Leon "Tutup mulutmu!" desis Denis. Leon menepis tangan Denis dan melempar sebuah foto yang mereka ambil saat mereka masuk ke arena foto box yang ada di kebun binatang. "Lihat saja putrimu, semakin hari dia akan tumbuh menyerupai mamanya, dan kamu akan menyesal menyia-nyiakan putri seperti dia," ucap Leon sebelum meninggalkan Denis yang masih terpaku menatap lantai, Blamm, pintu tertutup dengan kencang. Denis menatap foto yang tergeletak di mejanya, dia mengambilnya "Senyummu seperti mamamu, dan itu semakin membuat hatiku sakit," lirihnya. * Hari ini hari yang sangat bahagia bagi Velove, hari ini adalah hari kelahiran Velove. Umurnya sudah bertambah satu tahun, dan sekarang adalah ulang tahunnya yang ke lima. Tepat lima tahun lalu, mamanya melahirkan Velove hingga kini tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik dan menggemaskan. Pesta meriah memenuhi rumah megah itu, semua teman-teman sekolahnya datang kerumah nya bersama orang tua mereka, dan Velove sudah sangat cantik dengan gaun bak princess negeri dongeng menggunakan gaun panjang tanpa lengan berwarna ungu. "Happy birthday Vee sayangggg," ucap Leon dan Wanda, mereka memeluk Velove dengan sayang. Vee tersenyum, anak itu berlegayut manja di lengan Leon meminta jatah hadiah ulang tahunnya kepada uncle dan aunty favoritnya. "Mana hadiah untuk Vee, Aunty, Uncle?" tanya Vee membuat mereka gemas dan mencubit hidung mancung Vee. "Ini hadiah untuk Vee." Wanda menyerahkan boneka besar kepada Vee. Vee memeluk boneka besar itu hingga tubuhnya tidak terlihat membuat semua orang sontak saja tertawa gemas dengan tingkah anak itu. Leon menatap sekeliling ruangan dan mencari keberadaan Denis, namun batang hidungnya tidak juga kelihatan. Sepertinya dugaan Leon sudah terbukti benar, lelaki itu telah mati rasa kepada putrinya sendiri. 'Kau akan menyesal Denis,' batinnya miris menatap Velove yang sedang bercanda dengan istrinya. Gita menghampiri Vee dan menyerahkan ipad kepada Velove. Di sana tampak Nadia, adik dari mama Velove tengah menyambungkan video call dengan Velove. "Nona Vee, Aunty Nad menghubungimu," kata Gita membuat Vee memekik senang. Anak itu menerima ipadnya dengan bahagia. "Aunty Naddd," pekik Vee melambaikan tangannya. Nadia tersenyum dan membalas lambaian tangan Velove tidak kalah riuhnya. Mata Nadia berkaca-kaca, sayang sekali Nadia tidak bisa datang ke ulang tahun Velove karena kini wanita itu melahirkan anak keduanya dengan Fernand. Andaikan saja Velove berada di Indonesia dan dalam asuhan mereka, mungkin Velove tidak akan kekurangan kasih sayang seperti sekarang ini. "Kau sangat cantik Sayang, seperti princess," kata Nadia tersenyum bahagia melihat penampilan Velove saat ini bak putri raja. "Aunty kenapa tidak datang?" tanya Vee dengan murung, menekuk wajahnya karena keluarganya yang ada di Indonesia tidak datang ke acara ulang tahunnya. "Maafkan Aunty, Sayang. Aunty habis melahirkan dedek Dinka, kamu mau melihatnya?" tanya Nadia diangguki Vee antusias. Nadia mengarahkan ponselnya ke baby Dinka hingga Vee bisa melihat bayi yang sangat tampan itu. Velove melebarkan matanya senang, bisa melihat adiknya meskipun dari video call saja. Suatu saat nanti, Velove akan bertemu mereka secara langsung karena keluarganya di Indonesia sulit mendapatkan akses bertemu Velove dari Denis. "Dedek bayi!" pekik Vee girang. "Kamu main dong ke Indonesia, oma, opa, uncle Fernand dan Dinan kangen loh sama Vee," mendengar itu Vee menundukkan kepalanya. Andai saja dia boleh datang ke Indonesia. Tapi papanya pasti akan menghukum Velove dan mengurung bocah itu di dalam kamar jika Velove berani melanggar aturan Denis. "Ayo Nona, acara tiup lilinnya sudah dimulai," ucap Gita mencoba mengalihkan pembicaraan Vee dan Nadia. Mendengar itu, Nadia langsung mengucapkan ucapan selamat ulang tahun kepada Velove. Tidak lupa juga wanita itu dan keluarga besarnya sudah mengirimkan hadiah untuk Velove. "Selamat ulang tahun keponakan aunty sayang, sehat sehat ya di sana," ucap Nadia sebelum video call itu terputus. Vee bernyanyi bersama teman-temannya, kue pertamanya ingin dia serahkan kepada papanya. Velove mencari sosok papanya yang belum juga dia temui sejak tadi acara dimulai. Apakah papanya belum pulang? "Uncle, apa papa masih dalam perjalanan?" tanya Vee dengan polosnya pada Leon. Leon hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sialan benar si Denis sudah membuat putrinya bersedih di hari ulang tahunnya. "Sini biar papa uncle yang gantiin, ayo acaranya bisa dilanjutkan," kata Leon diangguki Vee. Inara datang, tapi dia tidak berani masuk dalam kerumunan itu untuk merayakan ulang tahun anak tirinya. Wanita itu merasa sangat berdosa tidak mampu menghancurkan ego suaminya. Inara tersenyum banyak orang-orang yang sangat menyayangi Velove. Setelah dia meletakkan kadonya untuk Vee di meja kado, dia segera pergi sebelum ada orang yang melihatnya datang dan membuat suaminya marah besar karena dia berani menemui Velove. "Happy birthday Velovee sayang," ucap Inara lirih sebelum dia melangkah keluar ruangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD