Bab 2

2141 Words
HAPPY READING *** Pembawa acara menutup acara lamaran dengan pembacaan do’a agar rencana pernikahan dengan dapat berjalan dengan lancar. Acarapun dilanjutkan dengan foto keluarga dan para tamu dan anggota keluarga menyatap hidangan yang disediakan. Naomi tersenyum memandang Reni yang kini sudah resmi bertunangan. Umumnya tunangan ini merupakan satu langkah lebih dekat ke jenjang pernikahan. Ia sebagai sahabat dekat Reni ia senantiasa mendoakan yang terbaik untuk keduanya. Reni menyadari kehadiran sahabatnya, ia lalu melangkah mendekat dan memeluk tubuh ramping itu. “OMG, akhirnya lo datang juga beb” ucap Reni, ia menatap Naomi yang mengenakan kebaya berwarna nude. Wanita cantik yang berstatus single parent itu memiliki wajah yang rupawan. Naomi dan dirinya sudah berteman sejak SMA dan mereka berteman hingga saat ini. Dan ia semakin dekat ketika ia memiiki kecintaan dengan tas branded koleksi milik Naomi. Bisnis yang dijalani Naomi bukanlah bisnis yang semua orang bisa, dia memiliki customer setia dan memiliki omset milyaran rupiah setiap bulannya. Naomi tersenyum, ia memeluk tubuh ramping Reni, “Selamat buat sahabat gue yang sudah mengikat janji. Lo berdua emang pasangan yang manis dan serasi. Semoga kalian bisa terus menjaga cinta kalian untuk satu sama lain sampai akhir hayat” ucap Naomi ia memberikan paperbag berwarna orange bertulisan Hermes kepada Reni. Hampir semua tamu undangan melihat kado pemberian Naomi, karena mereka tahu bahwa tas berlebel Hermes sudah sering mereka lihat. Brand ini sering dipakai oleh selebriti papan atas dan sosialita tanah air, tas dengan seharga mobil mewah. Mereka juga tahu bahwa tas itu merupakan symbol status kekayaan dan kemakmuran seseorang. Jadi bisa dikatakan bahwa tas itu menunjukan strata social pada orang-orang. Tas itu terbuat dari bahan terbaik dan berkualitas tinggi yang dihiasi dengan emas serta kancing berlian. “Makasih kadonya beb” “Kita foto dulu ya beb” ucap Reni ia berdiri di samping Naomi dan tunangannya, Naomi tersenyum kearah camera, ia memandang Teguh di sana, pria itu menatapnya. Namun tatapan ia beralih kearah camera. Naomi menelan ludah karena ia bertatapan kesekian kalinya, sehingga membuat hatinya berdesir. Setelah berfoto, Naomi melangkah menuju meja prasmanan, ia mengambil makanan yang telah di sediakan. Naomi menatap berbagai macam makanan di sana, dari western, india, arab dan Indonesia. Namun makanan Indonesia jauh lebih menggoda menurutnya. Naomi mengambil piring ia menaruh nasi di dalamnya, ia mengambil rendang daging, telur, kentang goreng dan sup, tidak lupa kerupuk. Naomi memandang orang tua Reni di sana, beliau tersenyum menghampirinya. “Naomi, akhirnya datang juga kamu sayang” ucap mama Reni, memandang Naomi. “Iya tante, Naomi pasti datang” Naomi terkekeh. “Kok Kayla nggak di bawa?” tanya mama Reni, menatap Naomi. Naomi memandang Teguh tidak jauh darinya, ia yakin pria itu mendengar percakapannya. Lagi-lagi ia bertemu dengan pria itu, ia merasa Teguh mengawasinya. “Kayla ada di rumah tante, udah malam juga, jadi enggak dibawa, besok pagi Kay sekolah, biasa kalau tidur malam, susah dibangunin” Naomi mencoba menjelaskan. “Padahal tante kangen sama Kayla, TK nya di Cikal ya” “Iya tante” Semua orang tahu bahwa TK Cikal merupakan salah satu TK termahal yang ada di Jakarta. TK ini bertahap Internasional dan telah terakreditasi International Baccaulaureatte (IB). Mulai dari playground, kolam renang, kantin, hingga ruang musik. Mama Reni memandang Teguh, pria yang memiliki wajah rupan masih berstatus single, itu adalah keponakannya. “Teguh !” ucap mama Reni menatap keponakannya. Teguh yang mendengar itu lalu menghampiri mama Reni, “Iya tante” ia melirik Naomi, wanita itu hanya diam. Lihatlah ternyata betapa anggunnya Naomi, walau cuma diam. “Ya ampun, tante pikir kamu nggak datang. Maklum biasa kata mama kamu, kamu sibuk banget” Teguh tertawa, “Kalau sempet aku pasti datang tante” “Kerjaan kamu gimana? Jadwal operasi bagaimana?” “Biasa tante, jadwal masih penuh” ucap Teguh tenang. Mama Reni menarik nafas, ia tersenyum kepada Naomi, “Oiya, Naomi, ini kenalin keponakan tante, namanya Teguh, dia dokter spesialis jantung di rumah sakit premier Jatinegara, punya klinik juga” Naomi tersenyum, ia menelan ludah memandang pria dihadapannya, ia sebenarnya sudah berkenalan dengaan pria itu tadi dikursi belakang. “Kita udah kenal tadi tante di belakang” ucap Teguh sopan. “Owalah, tante pikir kalian belum kenal” Mama Reni melirik Naomi, “Teguh ini selain dokter, dia punya usaha loh Mi. Teguh punya Coffee shop” Beliau memang sengaja ingin memperkenalkan Teguh kepada Naomi. Karena sangat disayangkan jika Naomi hanya hidup sendiri tidak ada yang menemani bertahun-tahun lamanya. Naomi melirik Teguh yang memandangnya, ia beberapa kali mencoba berpikir bahwa ia memang tidak terlalu tertarik dengan seorang pria, walau pria dihadapannya sehebat apapun profesinya. Ia akui pria itu tampan dan terlihat sangat sexy. Apalagi memiliki wawasan yang luas sehingga siapapun yang melihatnya jatuh hati. Ia berusaha tidak akan tertarik dengan pria manapun dalam hidupnya. “Usaha kecil-kecilan aja tante” ucap Teguh. “Kamu udah makan?” tanya mama Reni memandang Teguh. “Belum tante, ini mau ambil makan” “Yaudah kamu makan, sekalian temenin Naomi ya Teguh” “Iya tante” Entahlah ada perasaan bersemangat menemani wanita di hadapannya ini. Naomi tersenyum memandang mama Reni. “Naomi, makan yang banyak ya” “Iya tante” “Anggap aja rumah sendiri” Nomi terkekeh, “Permisi tante” ia lalu berlalu melewati Teguh dan mama Reni. Teguh melangkah menuju meja prasmanan, ia mengambil piring dan ia makan menu yang sama dengan Naomi. Ia melihat orang tuanya sibuk dengan keluarga besar dari tunangan Reni. Teguh mengambil nasi, rendang, cap cay, sambal balado dan telur. Teguh melangkah mendekati Naomi yang duduk di sana. Teguh tahu bahwa Naomi bukan tipe wanita yang cari perhatian,seperti Anya dulu, dia lebih tipe wanita pendiam mungkin karena karakter Anya dan Naomi berbeda. “Kamu teman SMA nya Reni?” Teguh membuka topik pembicaraan. “Iya” Reni memakan makanannya dengan tenang. “Pantasan tante kenal kamu, kayaknya sudah akrab” “Saya sebenarnya sering ke sini di ajak sama Reni, jadi kalau nggak datang kayak berdosa” Naomi memberi penjelasan. “Iya sih” Teguh melirik Naomi, wanita itu kembali diam, “Kamu tahu konspirasi aneh dibalik tokoh kartun terkenal nggak?” ucap Teguh, ia memandang Naomi ia membuka topik pembicaraan yang lain. “Belum tau, emang kartun apa?” Naomi makan makanannya kembali. “Kamu tahu Scooby-do?” “Tau kok” “Sebenernya kita tidak sadar ada konspirasi rahasia pada film itu. Bahkan saking konyolnya, kita sampai lupa bahwa ada orang-orang professional di dalamnya, sehingga membuat kartun tersebut menarik untuk ditonton” “Apa?” tanya Naomi penasaran. “Banyak yang percaya bahwa jika Shaggy dalam kartun Scooby-doo adalah seorang pecandu ganja. Hal ini didukung dari penampakan Shaggy sedang merokok dibeberapa episodenya, Shaggy sering berhalunisasi melihat anjing kesayangannya yang bisa berbicara dan bergerak seperti manusia” “I see, aku baru tau loh” ucap Naomi. “Kamu tahu Donal Bebek?” “Tau kok” “Rupanya sifat Donal Duck atau Donal Bebek yang memiliki sifat meledak-ledak dan cerewet merupakan gambaran orang sakit jiwa karena perang. Walt Disney sengaja membuat sifat meledak-ledak Donal sebagai symbol kemarahan manusia terhadap perang hingga mengalami gangguan jiwa” “Begitu ternyata” Naomi mengangguk paham. “Anak kamu sekolah di Cikal?” “Iya” “Pada masa TK pasti anak lagi aktif-aktifnya” “Iya” “Diumur anak segitu, apa anak kamu nggak pernah nanyain tentang ayahnya?” tanya Teguh. “Pernah sih beberapa kali, Kay hanya tahu, ayahnya sudah di surga” “Really?” “Yes” “Bukannya ayahnya masih hidup kata kamu tadi” “Iya enggak meninggal, mungkin ada diluar negri. Sejak Kayla lahir dia tidak pernah melihat putrinya, jadi saya anggap sudah meninggal” “Ada ayah seperti itu?” “Ada la, banyak malah” Naomi tertawa sumbang, ia semakin tidak suka Teguh bertanya soal kehidupannya. Setelah itu Teguh tidak bertanya lagi, mereka makan makanannya hingga habis. Mereka kembali berpandangan satu sama lain. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Terkadang tantangan dalam hidup bisa dibilang “biasa” bila dibandingkan tantangan yang dialami oleh orang lain yang terus berusaha lebih keras dari pada yang dihadapi masalah yang lebih besar. Ia juga tahu bahwa semua usaha dilakukan tidak akan sia-sia asal tidak menyerah dan mampu menghadapi sampai akhir. Ia tidak akan sampai berhenti berusaha tidak akan berpikir bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Teringat masih banyak memiliki masalah lebih berat, namun tidak pernah menyerah untuk melawannya. Terkadang hidup itu harus patah sebelum bersinar. *** Para tamu undangan sudah sebagian pulang dan pihak keluarga pria juga sudah pulang. Hanya ada beberapa orang tersisa. Teguh juga akan pulang ia menghampiri mama. “Mama aku pulang dulu ya” uacp Teguh, ia pamitan kepada orang tuanya. “Iya, kamu hati-hati ya sayang” Mama Teguh tersenyum menatap putranya. Semakin kesini, orang tuanya memiliki pemikiran semakin terbuka. Orang tuanya juga tidak mendesaknya lagi untuk menikah seperti dulu dan tidak memikirkan memiliki menantu seorang dokter. Mungkin karena belajar dari pengalaman Mika. Semua terbayar ketika Mika sudah melahirkan. Apalagi Ares adik iparnya sangat bertanggung jawab dan sangat menyayangi Mika. Hidup Mika lebih dari kata layak bahkan mama dan papa, kini beralih menyayangi Ares. Karena beliau pikir bahwa kehidupan selain profesi dokter seperti Ares, hidupnya lebih nyaman. Ya jelas saja nyaman, karena aset property, restoran, caffe milik Ares sangat banyak. Apalagi keluarga Ares dari keluarga terpandang dan berpendidikan. Mama dan papa bangga punya besan kepada keluarga Ares. Bahkan kelahiran Mika beliau berMinggu-Minggu tinggal di rumah Mika, memandikan cucu pertama mereka. Sementara di sisi Naomi menghampiri Reni setelah pihak pria pulang. Mereka duduk di salah satu sofa, “Lo kapan nyusul gue beb” ucap Reni merangkul bahu Naomi. “Nanti-nanti deh” “Emang enggak pengen pacaran lagi?” “Enggak” “Udah lah, buka lembaran baru aja beb. Lo mau nggak gue kenalin sama sepupu gue, namanya mas Teguh. Dia keren, dia pinter, dewasa juga dan paling penting dia sexy” Naomi lalu tertawa, ia menatap Reni, “Gue udah kenal tadi dikursi belakang, dikenalin juga sama nyokap lo” “Dia dokter spesialis jantung loh” “Iya gue tau” “Dia juga jomblo sama kayak lo. Ya lumayan lah buat nemenin lo bobo di rumah, biar nggak kesepian” Naomi seketika tertawa, “Ya ampun lo mikirnya gitu sih” ia melirik Teguh di sana yang masih memperhatiaknnya. Ia akui bahwa pria bernama Teguh itu menarik, tubuhnya bidang dan tinggi tegap. Ia yakin betapa nyamannya jika direngkuh dengan tubuh bidang itu. Ia yakin dibalik kemeja putih itu ada perut berkotak-kotak di sana, dan otot yang memapuni untuk melalukan bercinta yang dahsyat. “Yaelah, emang lo nggak pengen, udah lama loh, udah lima tahu juga” “Biasa pakek finger” Naomi terkekeh. “OMG, emang enak?” Reni seketika tertawa. “Lumayan lah” Naomi ikut tertawa. “Dasar lo ya beb” “Udahlah sama mas Teguh aja, dia lumayan loh. Dia udah mapan, gaji selangit, punya klinik, punya caffee juga” “Umurnya berapa?” tanya Naomi, akhirnya ia ingin tahu juga” “36, udah mateng banget, lagi hot-hot nya” Mendengar kata hot, Naomi mulai berspekulasi bagaimana ia di ranjang bersama Teguh. Jujur ia sudah lama sekali tidak melakukannya, ia hanya menelan ludah, “36 tahun masih jomblo? Kayaknya nggak mungkin” Reni lalu tertawa, “Mungkin yang mau sama dia banyak, biasalah kalau cowo mapan, mau cari yang pasangan yang nggak sembarangan” “Justru itu, nggak mungkin nyari kayak gue Reni. Dia lebih cocok cari yang gadis, gue punya Kayla agak susah kalau nyari pendamping lagi. Masih rada trauma gue sama cowok” “Mau sampe kapan? Kayla butuh ayah sambung beb” “Gue nggak mau nikah lagi, males, berat banget kalau urusan nikah” “Pacaran aja” “Trauma” Naomi lalu tertawa. “Uh dasar lo ya” ucap Reni. Naomi melirik jam melingkkar ditangannya menunjukan pukul 21.20 menit, “Yaudah gue balik dulu ya beb” “Cepet amat” “Biasalah, ada Kayla” “Lo sama Kayla jadi mau liburan ke Bali?” “Jadi sih liburan semester ini, aku, Kayla sama mba, di rumah” “Yah sayang banget harusnya lo bawa pacar juga Mi” “Pacar mulu lo mah, udah deh males urusan sama laki-laki, ribet” Naomi terkekeh. “Gue balik ya beb, ketemu besok” “Iya lo hati-hati ya beb” Naomi membuka tas, mengambil kunci mobilnya. “Makasih hadiahnya beb” “Iya” “Ketemu besok di office” Teguh melihat papanya masih ngobrol dengan papa Reni. Teguh tersenyum dan lalu melangkah melewati pintu samping. Teguh menatap Naomi yang sudah bersiap untuk pulang juga. Teguh memang sengaja agar mereka pulang secara beriringan. Teguh melirik Naomi mengenakan high heels, membuat wanita itu terlihat sangat cantik. “Langsung pulang?” tanya Teguh. “Iya” “Hati-hati ya” “Iya, kamu juga” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD