Pertemuan Kedua

1268 Words
Andreas telah bersiap untuk pergi ke tempat hiburan miliknya. Ia akan mengunjungi tempat itu jika perusahaannya libur. Pria gila kerja yang tidak butuh istirahat. Kaki panjang telah menuruni tangga, stelan jas sangat pas dibadannya. Ia tersenyum pada Jhonatan yang duduk di ruang tengah ditemani segelas kopi hangat.   “Apa kamu sudah siap?” tanya Andreas.   “Tuan, ada kabar baik.” Jhonatan segera berdiri.   “Apa?” Andreas menatap Jhonatan.   “Nona Anna bersama dengan Nona Jenifer pergi ke pantai milik Anda.” Jhonatan menunduk.   “Ayo kita kunjungi hotelku.” Andreas tersenyum dan berjalan menuju mobilnya.     Mobil Jenifer telah melaju meninggalkan perkarangan rumah Anna, menuju Pantai Pesona, berada di ujung pusat kota. Pantai dilengkapi dengan penginapan dan spa yang langsung menghadap ke laut, air laut biru, pasir putih bersih sangat alami, batu - batu alam besar dan pohon Pinus yang tumbuh dengan rapi. Jenifer menghentikan mobilnya pada tempat parkir yang telah di sediakan.   "Wah, segar sekali" teriak Anna keluar dari mobil.   "Udara pagi di pantai memang menyehatkan, hidungku terasa nyaman." Jenifer membentangkan tangan dan menghirup udara.   "Anna, panggil aku kak Jenifer, sebenarnya aku lebih suka kamu memanggil ku kakak," lanjut Jenifer.   "Baiklah, aku akan mencobanya, yang penting anda bahagia." Anna berlalu menuju pantai. Mereka berdua telah melepaskan sepatu dan meninggalkan di dalam mobil. Anna berlari meninggalkan Jenifer, dan Jenifer mengejar Anna. Mereka bermain air di pinggir pantai, berlarian, dan sesekali memercik air. Seseorang memperhatikan mereka dengan tatapan tajam dan senyuman tampan. Pria itu berjalan mendekat. Anna yang sedang berlari mundur hampir terjatuh karena menabrak seseorang yang sengaja menunggu di belakang Anna. Dengan sigap pria itu menangkap pinggang Anna yang hampir jatuh ke air laut. Rambut Anna berantakan menutup wajahnya ditiup angin laut, sehingga ia tidak bisa melihat pria yang ia tabrak. Anna berusaha berdiri dan merapikan rambutnya.   "Maaf Tuan, saya tidak sengaja dan terima kasih telah menyelamatkan saya," ucap Anna merapikan rambutnya dan melihat wajah pria di depannya.   "Anna, apa kamu tidak apa-apa?" Jenifer mendekati Anna.   "Ah, tidak" jawab Anna singkat.   "Tuan Andreas." Jenifer melihat wajah tampan dengan senyuman hangat di depan mereka.   "Oh, hai, anda?" Andreas mengulurkan tangannya.   "Saya Jenifer, kepala divisi Junior di perusahaan Astras," kenal Jenifer menyambut uluran tangan Andreas.   "Dan Anda adalah Hana Mariana." Andreas mengulurkan tangan kepada Anna.   "Ah, iya Tuan. Terima kasih masih mengingat nama saya, anda bisa memanggil saya Anna." Anna membalas uluran tangan Andreas. Mereka berbincang-bincang dengan akrabnya, diselingi canda ringan dan lelucon yang di buat Anna hingga mereka tertawa bersama.   Andreas terus menatap Anna, Jenifer memperhatikan Andreas yang sepertinya sudah tertarik kepada Anna, tentu saja Anna tak perduli akan hal itu, ia akan tetap bisa bersikap tenang dan cuek. Seorang wanita dengan dress mini, berwarna putih dan topi jerami warna senada mendekati mereka.   "Hello semuanya, sepertinya pembicaraan kalian menyenangkan." Laura menyela pembicaraan dan memegang tangan Andreas.   "Hei, Laura, apa kamu masih ingat mereka?" tanya Andreas.   "Tentu saja" Laura mengulurkan tangan kepada Anna dan Jenifer.   "Hai, apa kabar? Senang bertemu dengan anda nona Laura" Anna menyambut tangannya selanjutnya Laura berjabat tangan dengan Jenifer.   "Matahari sudah tampak terik, bagaimana jika kita mampir ke restoran saya," ajak Andreas.   "Benar, nona-nona, Sepupuku Andreas sudah mengundang kalian, jangan ada yang menolak, kalian bisa makan sepuasnya" Laura menarik tangan Anna, dengan bingung Anna mengikuti Laura diikuti Jenifer dan Andreas. Restoran mewah yang menghadap ke laut, aroma pantai yang menyenangkan, menambah nikmat suasana makan di restoran.   "Silakan nona-nona." Laura menarik kursi untuk Anna.   "Nona Laura, saya bisa sendiri, saya tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini" Anna menolak dengan senyuman menarik kursi yang lain, Laura pun tersenyum. Andreas terus memperhatikan Anna. Jenifer segera menarik kursi dan duduk. Andreas menarik kursi tepat di depan Anna.   "Laura, perintahkan koki untuk memasak dan menyajikan menu istimewa hari ini" ucap Andreas kepada Laura.   "Tentu saja saudaraku" Laura menepuk bahu Andreas dan berlalu menuju dapur restoran.   "Tuan Andreas, maaf kami telah merepotkan Anda"ucap Anna.   "Bisakah kamu memanggil ku Andreas ketika kita di luar pekerjaan? kumohon" pinta Andreas memelas   "Tapi, baiklah,saya akan mencoba, Andreas" ucap Anna memaksakan diri, ia benar-benar tidak nyaman.   Andreas adalah bos besar perusahaan Adhy Jaya, sungguh tidak pantas bagi Anna berbicara dan memanggil dengan santai. Tidak lama kemudian Laura telah kembali ke meja makan, mereka duduk bersama.   "Anna, apakah kamu sudah punya pacar?" tanya Laura mengagetkan mereka bertiga.   "Hahaha" Anna tertawa.   ‘Aku tidak sempat jatuh cinta nona Laura," jawab Anna tersenyum menutup hubungannya dengan Hans.   "Oh benarkah? Berarti masih banyak kesempatan untuk banyak pria yang berharap cinta kamu," lanjut Laura.   "Sebenarnya aku tidak bisa jatuh cinta lagi." Anna menatap Jenifer.   "Kenapa?" tanya Andreas.   "Karena aku harus menjaga hati wanita ini," jawab Anna memeluk tangan Jenifer Laura dan Andreas kaget, dan saling tatap, mungkin mereka mempunyai pikiran yang sama.   "Kalian jangan percaya dengan mulut Anna, dia tidak pernah serius dalam berbicara" Jenifer melepaskan pelukan Anna dan memelototinya.   Anna hanya tersenyum nakal ke arah Jenifer. Hidangan makanan telah datang dan memenuhi meja. Sangat mewah dan beraneka ragam, semua serba sea food dan sayuran segar, minuman air kelapa muda dan jagung bakar.   "Wah, makanan sudah datang, silahkan dinikmati." Laura bersemangat, ia bisa melihat kebahagiaan pada mata adik sepupunya. Mereka makan bersama, di selingi dengan obrolan ringan, canda dan tawa.   Setelah makan, Anna berbaring di dalam ayunan tali yang terpasang di pohon Pinus. Ia memejamkan mata, tanpa disadari seseorang telah duduk di samping ayunannya. Anna membuka mata dan terkejut, ia beranjak dari ayunan yang bergoyang hampir terjatuh. Andreas menahan ayunan.   "Andreas, sejak kapan kamu disini?" tanya Anna.   "Baru saja." Andreas tersenyum.   "Anna, bolehkah aku minta nomor ponsel kamu," minta Andreas.   "Tentu saja," senyum Anna.   "Ketikan nomor ponsel kamu di ponsel ku." Andreas menyerahkan ponselnya dan Anna mengambil ponsel, mengetik nomor dan mengembalikan kepada Andreas.   "Terima kasih" Andreas mengambil ponselnya.   "Oh ya , kami membawa bekal dari rumah, bagaimana jika kamu mencoba masakan ku," ajak Anna dan beranjak dari ayunan menuju mobil.   "Benarkah, aku sangat beruntung." Andreas mengikuti Anna.   Anna dibantu Andreas mengeluarkan keranjang makanan dari mobil dan meletakkannya pada meja bulat di bawah pohon Pinus dilengkapi dengan kursi melingkari mengikuti meja.   "Wah, banyak sekali," ucap Andreas.   "Tentu saja, kita takut kelaparan." Anna tersenyum yang tidak luput dari tatapan Andreas.   "Stroberi ini di petik langsung dari pohon di perkarangan rumahku." Anna memberikan stroberi kepada Andreas.   "Hmm, manis, semanis yang punya." Andreas memakan stroberi.   "Terima kasih." Anna tersenyum. Laura dan Jenifer berjalan mendekati Andreas dan Anna.   "Wah banyak sekali makanan." Laura memakan stroberi.   "Manis," lanjut Laura.   "Stroberi ini ditanam dan di rawat sendiri oleh Anna." Jenifer memakan stroberi.   "Pantas saja Stroberi ini sangat manis semanis Anna." Laura tersenyum   "Kamu benar," sambung Andreas.   "Terima kasih atas pujiannya," ucap Anna.   Mereka memakan semua bekal hingga habis, tanpa terasa hari sudah sore. Anna berjalan bersama Andreas di tepi pantai di belakang mereka ada Laura yang bercerita dengan Jenifer sepertinya Kisah cinta mereka ada kemiripan. Anna berbincang dengan Andreas. Mereka terlihat telah akrab seperti teman. Pria itu benar-benar bisa bersikap seperti pria yang hangat dan perhatian. Tidak ada yang tahu ada iblis yang tersimpan di dalam sana.   "Kak Jen, hari sudah petang, sebaiknya kita bersiap pulang. Butuh tiga jam perjalanan untuk sampai kerumah." Anna menoleh kebelakang.   "Benar, Nona Laura, Tuan Andreas kami pamit pulang. Terima kasih atas sambutan dan jamuan yang tak terduga." Jenifer mengulurkan tangannya. Anna juga melakukan hal yang sama. Bersalaman dengan Laura terlebih dahulu baru dengan Andreas.   "Anna, apakah saya boleh menghubungi kamu di luar urusan pekerjaan?" Andreas menahan tangan Anna dengan senyuman hangat.   "Tentu saja." Anna tersenyum dan melepaskan tangannya.   “Kami duluan,” teriak Anna.   “Apa kamu menyukai, Anna?” tanya Laura.   “Apa sangat terlihat?” Andreas tersenyum dan berjalan menuju mobilnya. Ia memanggil Jhonatan yang setia menunggu di restaurant.      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD