Pertemuan Pertama

1246 Words
Pagi hari Andreas telah berada di kursi kerjanya. Pria itu benar-benar sangat rajin dan serius menjalankan semua usaha dan bisnisnya. Dengan wajah tampan dan tubuh sempurna terlihat fokus pada layar computer memperhatikan setiap pemasukan dan pengeluaran pada semua perusahaan.   “Selamat pagi, Tuan.” Jhonathan berdiri di depan Andreas.   “Ada apa?” tanya Andreas tanpa melihat asistennya.   “Kita akan pergi ke perusahaan Astras Internasional,” ucap Jhonathan tenang.   “Ah, kompetensi arsitek terbaik tahun ini.” Andreas tersenyum dan mematikan computer.   “Aku yakin perusahaan itu telah memilih desain terbaik mereka,” lanjut Andreas yang telah berdiri dan tersenyum tampan.   “Dimana Laura?” tanya Andreas berjalan keluar dari ruangan.   “Nona Laura telah menunggu di lobby,” jawab Jhonatan mengikuti Andreas memasuki lift yang mengantarkan mereka ke lobby kantor.   “Apa yang kamu lakukan di atas sana?” Laura menatap Andreas yang baru keluar dari lift.   “Bekerja.” Andreas tersenyum membuat semua karyawati ingin pingsan melihat ketampanan yang sempurna.   “Kamu sangat gila kerja.” Laura berjalan menuju mobilnya.   “Aku tidak mau jatuh miskin.” Andeas memasuki mobil sport hitam yang telah disiapkan di depan pintu. Mereka berangkat dengan mobil masing-masing menuju perusahaan Astras Internasional yang disambut ramah oleh pemilik perusahaan.   Mereka telah berada di sebuah ruangan rapat. Semua pejabat penting perwakilan dari perusahaan telah menunggu di ruang rapat. Hans Roberto, CEO perusahaan Astras Internasional beserta sekretaris sekaligus sebagai asisten Hans bernama Juanda. Andreas Adriano, CEO perusahaan Adhy Jaya, sekretaris Laura dan asisten pribadi Jonathan. Para ahli gedung dan bangunan serta kontruksi lainnya. Lima desainer dari lima Divisi perusahaan telah menunggu panggilan di ruangan sebelah, dari kelima hanya ada satu perempuan yaitu Hana Marina yang tidak lain adalah kekasih Hans.   Para CEO dan semua ada di dalam ruang rapat sudah mulai bosan dengan persentasi yang telah di tampilkan dan semuanya adalah laki-laki. Peserta terakhir atas nama Hana Mariana dari divisi 1 junior telah di panggil dan memasuki ruangan rapat. Anna memberikan senyuman manis dan hormat kepada semua yang ada di dalam ruangan. Semua mata terbelalak melihat seorang wanita yang masih sangat muda. Wanita cantik tinggi semampai, rambut sepinggang yang di kuncir kuda, kacamata serasi dengan bentuk mata bulat dengan eyeliner menambah jelas dan tajam sorotan mata, alis tebal dan bulu mata lentik serta hidung mancung. Wajah tanpa ada makeup tebal, hanya bedak natural dan bibir merah dengan belah diberi lipglos warna peach glowing, dengan senyum manis menampilkan dua gigi kelinci yang putih dan lucu, menarik perhatian begitu menawan. Dia adalah kekasih Hans.   "Bagaimana penampilan kekasihku?”  pikiran Hans dengan senyuman.   "Wow, dia sangat cantik, dan terlihat masih muda," kagum Andreas dalam hatinya. Pria itu langsung terhipnotis dengan tampilan dan persentasi Anna. Desain Hotel yang Unik, Tradisional tapi modern sangat menarik. Semua memberikan tepuk tangan meriah secara spontan tanpa komando setelah Anna menyelesaikan persentasinya sehingga sedikit membuat Anna terkejut tapi ia tetap berusaha untuk tenang.   "Maaf, Nona Anna, apakah ini desain anda atau anda hanya mempresentasikan saja?" tanya Andreas dengan senyuman paling menggoda.   "Terima kasih atas pertanyaan Tuan. Ini adalah hasil karya saya sendiri," jawab Anna lantang dengan senyuman manisnya.   "Baiklah Nona Anna, anda boleh kembali ker uangan, kami akan mendiskusikan hasil rancangan dan persentasi dari kelima perwakilan setiap Divisi dan memberikan hasil secepatnya." Juanda mempersilahkan Anna meninggalkan ruangan rapat.     "Terima kasih." Anna pamit dan menutup persentasi.   "Baiklah Tuan dan Nona perwakilan dari perusahaan Ardy Jaya hasil dan keputusan kami serahkan kepada anda semua, kami memberikan ruang dan waktu yang sebebasnya,” ucap Juanda.   "Tentu saja Tuan Juanda, kami ucapkan terima kasih, karena kegiatan hari ini sudah selesai maka kami pamit undur diri" Laura mewakili perusahaan Adhy Jaya.   "Tuan Andreas, bagaimana jika kita makan siang bersama, di depan perusahaan saya ada restoran terkenal, mungkin anda mau mencobanya?" tawar Hans kepada Andreas.     "Tentu saja, saya sudah sangat lapar dan ini adalah jam makan siang, untung saja di detik terakhir ada pemandangan yang menyegarkan," ucap Andreas tertawa dan membuat Hans tersenyum kecut karena yang terakhir adalah tampilan kekasihnya. Andreas membuka berkas data tentang Anna, dan ia ingat perusahaannya pernah mengirimkan panggilan kerja pada Anna, tetapi ditolak.   "Jonathan kemarilah," panggil Andreas.   "Iya, Tuan." Jonathan mendekati Andreas.   "Hana Mariana, apakah dia adalah mahasiswi lulusan terbaik yang mendapatkan sepuluh panggilan kerja dan salah satunya perusahaan kita?" Andreas menatap tajam pada Jonathan.   "Benar Tuan, ia memilih perusahaan Hans karena dekat dari rumahnya," jelas Jonathan.   "Oh, cari data tentang Anna, aku sangat menyukainya." Andreas tersenyum dan keluar dari ruang rapat.   "Baik, Tuan." Jonathan memegang data tentang Anna. Mereka semua memasuki lift khusus dan menuju restoran depan Perusahaan Astras Internasional.   "Nona Laura, dimana Tuan Andreas?" tanya Hans.   "Ah, itu mereka." Laura melihat kearah Andreas dan Jonathan yang berjalan cepat memasuki lift yang akan mengantarkan mereka ke lobby depan.   "Maaf, saya membuat kalian menunggu," ucap Andreas tersenyum.   "Em, Tuan Hans sudah berapa lama Anna bekerja dengan Anda?" Andreas mulai penasaran.   "Baru beberapa bulan," jawab Hans yang memang kekasihnya baru lulus kuliah.   "Maaf, Tuan Andreas. Tuan Hans tidak begitu mengetahui tentang karyawan miliknya, saya akan menjawab pertanyaan Anda." Juanda tersenyum dan mulai menjelaskan tentang Anna yang luar biasa. Hana Mariana, Arsitek termuda, lulusan terbaik, ia telah memenangkan banyak perlombaan desain gedung dan bangunan, bahkan bisa memperbaiki desain yang terbuang dan tidak terpakai menjadi sesuatu yang berharga. Setelah lulus Anna tidak perlu melamar pekerjaan, tetapi langsung mendapat panggilan yang tentu saja ia memilih perusahaan kekasihnya−Hans Roberto.   “Bisakah, gadis itu makan siang bersama kita?” tanya Andreas membuat Hans dan Juanda saling pandang.   “Apakah Anda telah menentukan pilihan?” Hans balik bertanya.   “Sepertinya begitu.” Andreas tersenyum.   “Aku akan menghubungi Jenifer atasan Anna,” ucap Juanda setelah mendapat persetujuan dari Hans. Sebuah pesan masuk di ponsel Jenifer yang menjadi atasan Anna. Wanita dewasa itu segera mengajak bawahannya menuju restaurant depan  kantor.   “Apa Bu boss akan mentraktirku?” tanya Anna penuh semangat.   “Ini permintaan Juanda. Katanya relasi bisnis tadi meminta untuk mengajak kamu makan bersama,” jelas Jenifer.   “Kenapa?” tanya Anna bingung.   “Mungkin kamu memenangkan proyek ini.” Jenifer tersenyum.   “Benarkah?” Anna terlihat bersemangat.   Anna dan Jenifer berjalan berdua menuju Restauran, cukup berjalan kaki dan menyeberang menggunakan zebra cross. Jenifer memegangi tangan Anna yang hanya tersenyum melihat kelakuan atasannya.   "Bu Bos, aku bukan anak kecil, aku bisa menyeberang sendiri. Apa anda tidak melihat tatapan aneh semua orang kepada diriku?" canda Anna dengan senyuman menggoda pada atasannya karena sebenarnya Anna tidak perduli dengan semua orang.   "Kamu memang anak kecil nakal, jika tidak aku pegang, nanti kamu kabur, sayang,” ucap Jenifer tanpa menoleh dan itu membuat Anna tertawa lepas, hingga semua orang benar-benar melihat ke arah mereka. Hans dan Andreas melihat ke arah pintu karena mendengarkan tawa Anna yang baru memasuki restoran bersama Jenifer.   "Diamlah, kamu membuat pengunjung ketakutan." Jenifer menutup mulut Anna dengan tangannya.   "Baiklah, mari kita makan, aku tidak akan sungkan." Anna duduk di salah satu kursi dan mengambil buku menu.   "Kita akan duduk di sana." Jenifer menarik tangan Anna dan menunjukkan sebuah meja besar. Semua orang yang ada di ruang rapat sekarang berada di restoran pada satu meja yang sama.     "Oh tidak. Bisakah kita pada meja yang beda?" Anna melotot dan menggeleng kepala. Anna sangat malas bergabung dengan orang-orang kaya, ia tidak suka harus bersikap formal, jadi diri sendiri ketika bekerja dan dimana pun berada lebih menyenangkan. Karena itu pula ia tidak pernah bertemu dengan atasan tertinggi perusahaan tempatnya bekerja, hasil pekerjaannya selalu di serahkan kepada Jenifer dan selama ini Hans tidak mempermasalahkan hal itu untuk menjaga hubungan mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD