#4

1139 Words
"Ha ha ha Kau makin seksi dengan sisa-sisa champange di wajahmu," seringai pria itu. Ikut mengulurkan tangannya ke wajah Rindu. Rindu langsung kaget. Ketika jemari besarnya membuat gerakkan perlahan di pipi tirus Rindu. Ia bagaikan tersihir dengan tatapan penuh hasrat pria itu. Apalagi pria yang baru sesaat ia kenal, mendorong tubuhnya ke atas ranjang, Rindu berusaha mengelak. Ia ikut mendorong pria itu untuk bangun dari atasnya. Tapi sepertinya percuma dengan kekuatan serta tubuh kekarnya, Jian dengan mudah mengunci Rindu berada di bawahnya. Dengan satu tangan, Jian memasukkan cairan champange yang masih tersisa ke mulut Rindu. Perlahan Rindu merasa begitu pusing. Matanya seakan berkunang-kunang. Ia tak lagi bisa melihat jelas wajah pria di atasnya, meski Rindu sedikit bisa menangkap senyum nakal dari bibirnya. Rindu merasa sengatan panas di dalam tenggorokkannya mengalir ke seluruh tubuh. Kepalanya berat, ia bahkan membiarkan saja saat pria itu mulai mengecupi lehernya. Perlahan ia merasa melayang jauh. Sentuhan-sentuhan nakal, serta sisa-sisa champange seakan membuatnya masuk ke surga dunia. Jian sudah berhasil membuka baju Rindu. Ia begitu kewalahan dengan fantasi liarnya sendiri, tubuh Rindu yang polos betul-betul seperti porselen yang tak pernah tersentuh siapa pun. Kulitnya yang halus alami serta desahan-desahan dari bibir Rindu membuat ia tak berniat melepaskan mangsanya begitu saja. Rindu menggeliat, saat Jian berusaha memasukinya dengan miliknya yang tak kecil. Lelaki itu langsung ingin menyentakkan kuat kepunyaannya agar segera memasuki Rindu di bawah sana. Dengan percobaan pertama langsung berhasil, Rindu membelalakan matanya kaget dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Ia mencengkram kuat lengan Jian tak tahan dengan rasa sakit yang mendera miliknya. “Aiiissh...” Rindu berdesis perih dengan matanya yang terpejam kuat. Jian pun sama kaget ia tak menyangka baru saja memerawani seorang gadis. "Sialan. Masih virgin ternyata," ucap Han Jian. Saat merasakan Rindu pertama kali. Ia begitu kesal sekaligus bangga karena mendapatkan kesempatan untuk pertama kali, hasratnya semakin membara. Lagipula nasi sudah menjadi bubur. Wanita itu sudah terlanjur ia cumbui dan Jian tak berniat berhenti di tengah jalan. Tangannya terus bergerak lincah di atas tubuh Rindu. Seluruh tubuhnya serasa tersedot oleh permainan malam ini, baru kali ini pria itu merasakan kepuasan yang luar biasa dari tubuh seorang wanita. Pria gila itu tak akan pernah puas jika hanya sekali saja. Ia pun tak ingin semuanya berhenti begitu saja. Ia ingin terus mengenang betapa indahnya malam yang ia habisbkan bersama Rindu. Apalagi setelah percobaannya yang ketiga kali Rindu mulai bereaksi, membuat Jian semakin menggila mengerjai Rindu. Sebuah kamera pria itu pasang dengan tampilan Rindu yang sudah terbakar gairah. --- Flashback On Sebenarnya setelah Jian memecat pelayan pertama. Tiba-tiba saja otaknya berfikir ke arah sana. Pria itu sedikit menyesal telah mengusir wanita yang dengan rela memberikan tubuhnya kepada dirinya. Tapi bukan Jian namanya jika ia tak mendapatkan penggantinya dengan cepat. Ia langsung menelpon pelayan agar malam ini disiapkan wanita untuk sekalian memuaskan nafsunya. Kebetulan Novi lah yang mendapat panggilan dari Jian, wanita itu begitu bahagia. Karena akhirnya ia bisa “melayani” lelaki tampan, kaya raya serta pastinya sangat wangi tak melulu pria hid*ng b*lang dengan bau tubuhnya yang ehh.. Kebahagian wanita itu luntur seketika, saat mami Rike justru memerintahkan Rindulah yang jadi pelayan khusus tamunya itu. Kesal, membuat Novi tak memberi tahu siapabpun juga atas keinginan Jian. Ini hukuman untuk Rindu agar wanita itu lebih tahu diri. Flashback Off Pagi hari Rindu terbangun seorang diri. Ia merasa masih cukup pusing di kepalanya. Apalagi badannya terasa remuk redam, perlahan tangan Rindu mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya. Mata Rindu langsung melotot saat melihat ia yang tidur tanpa satu helai benang pun. Apalagi kini bibirnya terasa sangat baal dan perih. Rindu yang panik meraba tubuhnya yang penuh dengan bekas kissmark. Saat tangannya sampai pada intinya ia langsung menangis sejadi-jadinya, sambil memandangi jemarinya yang sedikit basah. Ia sedikit sadar dengan apa yang terjadi semalam, bayangan awal Jian mencumbui leher serta dadanya masih bisa ia tangkap. Meski Rindu lupa apa yang terjadi setelahnya tapi ia yakin sesuatu hal yang tak baik sudah terjadi, pria yang bahkan baru ia kenal namanya telah berhasil membuatnya merasa hina. Setelah cukup lama Rindu memberanikan diri bangun dari tidurnya, ia tak ingin terlalu lama berada di tempat yang bagaikan neraka itu. Rindu mulai memunguti sisa-sisa bajunya, beruntung masih bisa ia kenakan. Walau rasa sakit masih menjalar di daerah pangkal pahanya. Ia masuk ke dalam kamar mandi, bangunan megah itu nyatanya tak membuat ia bahagia, bagi Rindu kamar itu tak lebih seperti penjara baginya, matanya menatap sebuah memo kecil yang ditempel pada cermin. - Thanks, buat malam ini, kau luar biasa – Tangannya meremas memo itu dengan penuh kebencian, kata-kata pujian yang terdengar begitu memuakkan itu seakan menjatuhkannya semakin dalam. Jatuh ke lubang kenistaan yang bahkan Rindu tak mengerti akankah ia mampu merangkak untuk keluar dari sana. Bukan hanya sakit fisik yang Rindu rasakan tapi hatinya pun begitu hancur kali ini Ia yang bertekad mengejar masa depannya justru harus masuk dalam dunia malam. Rindu berjalan tertatih, satu orang yang ingin Rindu tuju yaitu mami Rike. Rindu begitu marah kali ini, ia ingin meminta penjelasan dari mami langsung. Rindu sudah sampai di depan pintu ruangan yang kemarin ia bertemu mami Rike. Kebetulan tempatnya hanya berbeda lantai dari kamr yang Rindu pakai. Brrakkk !! Marah membuat Rindu tak lagi menggunakan etikanya. Tapi percuma tempat itu telah sepi. Hanya ada beberapa botol bir yang telah kosong berserakkan di lantai. Rindu mencoba mencari seseorang disetiap sudutnya tapi hasilnya nihil. Bahkan Riski yang telah membawanya kesini pun tak terlihat batang hidungnya. Semua orang di sana seakan hilang ditelan bumi. Rindu telah tertipu, ia telah dicuri. Tapi bukan barang yang dicuri dari Rindu. Sebuah keperawaan yang Rindu selalu jaga sekarang pun sudah lenyap tak bersisa. Satu-satunya hal berharga dalam dirinyapun kini telah dirampas, Ia tak menyangka orang-orang di ibu kota kelakuaanya bahkan lebih rendah dari binatang. Gadis itu terjatuh di tengah pencariannya, kakinya sudah tak kuat menahan sesak di dadanya. Rasanya begitu sakit. Seperti ada ratusan pisau menikam secara bersamaan. "Inaq.. Amaq," lirih Rindu. Ia begitu rindu dengan kedua orangtuanya. Terlalu banyak menangis membuat Rindu tertidur atau pingsan? Entah.. yang pasti Rindu hanya ingin melupakan semua yang terjadi padanya. Berharap saat membuka mata ia justru terbangun dalam buaian Sulastri, Inaqnya. Rindu POV Aku terbangun sore hari, tempat itu masih sama begitu sepi hanya seperti gudang kosong yang tak berpenghuni. Tapi tunggu!! aku menangkap suara seseorang yang aku kenal, setidaknya aku pernah beberapa kali mendengarnya bicara. Aku pun lari kearah suara, mencoba mendengar inti pembicaraan mereka. "Mami.., terus gimana sama Rindu! janjinya kan Mamih cuma jadiin dia pelayan." Kesal Riski. "Mami juga gak bakal kira kalau tuan Han Jian malah memilih tidur sama Rindu. Tapi katanya ia begitu puas dan memberikan Rindu uang banyak sekali.." Aku pun masuk. Apa maksudnya dengan memberi aku uang yang banyak sekali? Ia pikir aku betul-betul pemuas nafsu. Ciiih., dasar orang kaya. Bisakah ia bertanya dulu sebelum memperkosaku? "Apa maksud semua ini?" tanyaku begitu marah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD