01 - Membatalkan Pernikahan
Lady menekan tengkuk pria asing untuk berciuman dengannya di hari pernikahannya dengan sang kekasih. Hal itu membuat suasana menjadi gempar seketika.
Di depan sana - Harris yang harusnya hari ini resmi menjadi suaminya, menatap Lady dengan nyalang. Wajahnya merah padam. Tangannya mengepal kuat. Dengan langkah lebar, ia segera menghadiri Lady untuk menuntut penjelasan.
***
Hari pernikahan adalah hari yang paling dinantikan oleh setiap kaum hawa. Bagi mereka, itulah hari paling membahagiakan. Terlebih jika pria yang akan menikahi mereka adalah sosok yang mereka cintai.
Dan itulah yang harusnya terjadi pada Lady hari ini.
Pasca enam bulan menjalin kasih dengan Harris, hari ini mereka akan mengikat hubungan itu dalam tali suci pernikahan.
Di depan sana, Harris berdiri, menatap Lady dengan senyuman khasnya.
Langkah Lady mendekat diiringi sang ayah yang menuntunnya. Semakin dekat... hingga tiap langkahnya menjadi alunan merdu di hati dan pikiran semua yang hadir di ballroom hotel mewah itu.
Bagi Lady, menikah dengan Harris adalah sebuah keberuntungan besar. Dia adalah pria dengan segudang prestasi. Di usianya yang kini menginjak dua puluh sembilan tahun, Harris telah berhasil menjadi direktur di sebuah perusahaan raksasa ibu kota. Ia juga memiliki beberapa bisnis kecil yang telah ia mulai sejak lima tahun silam.
Sementara Lady, dia hanyalah gadis biasa. Sebelumnya ia adalah seorang supervisor di sebuah restoran di Jakarta Barat. Namun, menjelang pernikahannya, ia mengundurkan diri karena saran dari sang kekasih yang ingin Lady kelak fokus mengurus rumah tangga mereka.
Semua tampak baik-baik saja, sampai akhirnya Lady melihat Harris di toko perhiasan dengan Santi, sepupunya. Awalnya Lady mengira mereka akan menyiapkan kejutan untuk Lady. Namun, dari percakapan mereka, terungkap bahwa mereka memiliki hubungan spesial di belakang Lady.
"Aku butuh dia untuk menjadi istri pajanganku. Wanita yang lemah lembut, cerdas dan mudah diatur. Tapi, hatiku tetap cuma milikmu. Kamu tetap prioritasku."
Itulah kata-kata yang keluar dari mulut Harris saat memasangkan cincin berlian untuk Santi.
Hal itu menjadi tamparan keras bagi Lady. Ia tak menyangka semua akan jadi seperti ini. Namun, hingga detik ini masih bungkam. Ia membiarkan rencana pernikahan mereka tetap terlaksana.
Karena justru di hari inilah ia berkesempatan untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada Harris.
Jarak antara dirinya dengan Harris mungkin hanya tersisa sekitar lima langkah lagi. Dengan ekor matanya, Lady dapat melihat Santi tersenyum miring. Wanita itu mengenakan cincin berlian yang Harris belika seminggu yang lalu.
Ya. Semua itu terbongkar hanya satu minggu sebelum pernikahan mereka digelar.
Dan beginilah cara yang Lady pilih untuk merusak semuanya. Membuat pernikahannya batal, sekaligus memberikan tamparan balasan untuk pria yang telah menghianatinya.
"Lady?" Ayah Lady menatap putri sulungnya bingung saat Lady tiba-tiba melepas kaitan tangan mereka.
"Maaf, Ayah. Mungkin setelah ini Ayah akan membenci dan mengusirku dari rumah. Tapi aku tetap harus melakukannya," ucap Lady, membuat alis Lukman mengernyit.
Lady menyingsingkan gaun panjangnya. Ia melangkah turun, membuat suasana ruangan riuh seketika.
"Lady!" Samar-samar ia mendengar suara Harris berusaha menghentikannya.
Namun, wanita itu tak gentar.
Ia berjalan ke arah seorang pria dengan kemeja putih dan jas yang terlampir di lengannya. Pria itu mengernyit menatapnya.
Namun, Lady tak peduli.
"Dia..."
"Terlihat masih muda dan begitu lugu. Apa dia pekerja di vendor yang membantu keberlangsungan acara ini?"
"Entahlah. Tapi dia cukup tampan. Cukup untuk menjadi alat balas dendamku pada Harris."
Langkah Lady semakin lebar. Tiba di hadapan lelaki muda itu, Lady meraih tengkuknya. Ia menekan tengkuk pria itu sembari mencongdongkan tubuhnya.
Dalam sepersekian detik, dua bilah bibir itu bertemu.
Lady... mencium pemuda tampan itu. Orang asing yang entah berasal dari mana, untuk membalaskan rasa sakit hatinya pada Harris.
Lupakan soal harga diri! Lady hanya ingin menunjukkan pada Harris, kalau pria itu bukanlah satu-satunya yang memegang kendali dalam hubungan mereka.
Ia ingin Harris tahu, kalau ia juga bisa melakukan apa yang pria itu lakukan padanya.
Sayangnya, Lady bertindak terlalu gegabah. Ia hanya memilih target secara acak. Ia tidak tahu siapa pria yang ia cium. Ia tidak tahu, jika masalah yang jauh lebih besar kini telah menantinya.
Pemuda tampan itu, bukan sekadar anak muda lugu seperti yang Lady pikirkan. Sosok itu bahkan memiliki kuasa yang jauh lebih besar dari Harris. Dan kini, Lady sedang menyerahkan dirinya pada pria misterius tersebut.