"Dok!" Langkah kaki cepat itu mengiringi suara yang membuat kepala beberapa orang di kantin menoleh. Dokter Adam menengadah, mengenali suara itu sebagai milik Dokter Hernita. Ia baru saja selesai makan siangnya, belum sempat menyesap teh hangat di hadapannya. Tapi wajah Hernita… ekspresinya menunjukkan sesuatu yang tidak biasa. Ada hal penting. Darurat. Bukan perkara sepele. Ia bangkit, meninggalkan nampan makan di meja, dan mengikuti Hernita menuju lorong sepi di belakang kantin. “Ada apa, Dok?” tanyanya pelan, waspada. Hernita menarik napas panjang sebelum menyodorkan map rekam medis. “Pasien yang kamu bawa minggu lalu. Perempuan muda. Ibu hamil yang keguguran akibat pendarahan hebat.” Adam mengangguk cepat. “Yang dibawa waktu itu, didampingi perempuan berhijab, ya. Aku ingat.” He

