Seutuhnya

2104 Words

Ia menatap wajah Dinda yang berusaha tersenyum—senyum yang dipaksakan, kaku, penuh ketakutan. Ia bisa melihatnya. Ia bukan bodoh. Ia tahu istrinya takut padanya. Itu bukan hal baru. Dan entah mengapa, di satu sisi, ia membenci kenyataan itu… tapi di sisi lain, ia membutuhkannya. Ia butuh kendali. Ia butuh kepastian bahwa Dinda tidak akan meninggalkannya. Tidak akan berkhianat. Tidak akan mencintai orang lain. Itulah kenapa ia mengingatkan, dengan cara yang keras. Ia tak pernah memukul Dinda. Ia tak pernah menyentuhnya dengan kekerasan. Tapi ia tahu, diamnya bisa lebih menyakitkan daripada teriakan. Tatapannya bisa lebih menusuk daripada tamparan. Dan kadang, ia memakainya dengan sadar. Karena ia tahu Dinda akan tunduk. Ia tahu Dinda akan diam, mengangguk, lalu mencoba tersenyum walau tu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD