Suara mobil meluncur di jalanan malam Jakarta terdengar lirih, menyatu dengan desau angin dari celah jendela yang tak sepenuhnya tertutup. Kota belum sepenuhnya tidur, tapi di dalam kabin mobil Adam, waktu seakan membeku. Keheningan di antara mereka begitu kentara. Khayra duduk bersandar di kursi penumpang, kepala menoleh ke jendela, menatap gelap di luar dengan tatapan kosong. Matanya tidak benar-benar melihat. Napasnya tertahan. Dalam dadanya, sebuah perasaan yang telah lama ia kubur kembali menyeruak: rasa takut. "Ada yang membencimu?" Adam akhirnya membuka suara. Tenang, tapi penuh makna. Suaranya mengalun pelan, tak ingin mengusik terlalu dalam tapi juga tak sanggup terus diam. Pertanyaan itu meluncur bukan karena sekadar ingin tahu. Ia khawatir. Dan rasa khawatir itu terlalu besar

