“Allahu akbar!” Suara itu meluncur refleks dari bibir Adam, mengoyak keheningan pagi yang masih basah oleh embun. Jantungnya seolah melompat dari d**a, sementara tubuhnya terhentak maju ke arah kemudi. Ia nyaris mencium setir saking kerasnya rem mendadak yang ia injak. Tangan kirinya mencengkeram setir erat, tangan kanan secara naluriah menekan dashboard seperti ingin menghentikan waktu. Ban mobil berdecit keras, meninggalkan jejak kasar di atas tanah yang setengah basah oleh sisa hujan semalam. Semua terjadi begitu cepat. Ia baru saja sedikit melonggarkan duduknya, membuka kaca jendela mobil karena merasa pengap, dan memainkan kaki di atas pedal gas—tanpa sadar menekan lebih dalam dari seharusnya. Gigi mobil yang tak sengaja tersenggol ke posisi maju membuat kendaraan melompat secepat k

