Sebuah Kenyataan

1538 Words
Selang beberapa hari, Ruth menatap wajah Damon dengan seksama, Ia bisa melihat wajah kusut Damon seperti orang yang punya masalah cukup banyak. "Kenapa kau menekuk wajahmu Damon ." tanya Ruth lalu mendekati pria itu lebih dekat dan memeluknya dengan manja. "Tidak. Aku hanya letih." ucap Damon sambil menghela nafas. "Walau letih kau selalu mengajak ku bercinta hampir setiap malam." Jawab Ruth sambil tersenyum kearah Damon yang langsung terpancing dengan ucapannya. "Untuk itu sepertinya aku tidak akan letih Ruth.Cup!" Damon mengecup dengan cepat pipi wanita itu lalu mengusap nya dengan lembut. "Dasar, lihat Daven ayah mu ini sangat perkasa soal ranjang sekarang, padahal dulu dia sangat jarang mela....." Ruth terdiam saat Damon mendorongnya ke ranjang dan menindihnya secepat kilat. Sementara Daven yang tidak tau apa-apa itu hanya sibuk dengan jemari-jemari kecilnya dan memasukkan itu kedalam mulut. "Katakan saja jika kau ingin saat ini, jangan banyak basa-basi." Damon membuat wanita itu menelan Saliva nya karna ia seakan berhasil membaca fikirannya saat ini. "Tidak. Kau salah...."Ruth kembali terdiam saat bibir Damon menciumnya dengan buas danenahan kedua tangan Ruth dengan kuat diatas ranjang. Damon melirik sedikit ke arah Daven yang tampak tenang dan seakan mengerti dengan kegiatan orang tuanya. Ia perlahan terlelap tidur dengan tenang hingga Damon tersenyum dan kembali fokus pada Ruth untuk melepas underwear yang terpasang di balik gaun pendek wanita itu. . Damon menarik tangan Ruth agar segera berdiri dari tempat tidur dan meninggalkan kamar agar tidak mengganggu Daven yang baru saja tertidur. Pria itu kembali meraih tangan Ruth saat mereka keluar kamar lalu menaikkan wanita itu di atas meja yang tidak terlalu tinggi didepan kamar mereka. Pria itu terlihat menyerang Ruth dengan buas memancing wanita itu untuk ikut membalas semuanya seperti biasa. Wanita itu saat ini terlihat agresif melepas dan Damon menyukai hal itu, Ruth selalu punya inisiatif dan hal itu terbukti saat Damon merasakan tangan Ruth berusaha melepas sabuk yang terpasang pada dirinya. "Cepatlah , jangan terlalu lama dengan kegiatan tidak penting." Paksa Ruth pada Damon lalu melingkarkan tangannya pada leher pria itu. "Kau selalu tidak sabar." Ucap Damon melihat wanita itu segera membuka lebar kedua pahanya seakan menggoda Damon. "Kalau kau mau cepat lakukan, atau aku mengunci diri dikamar lagi malam ini." Ancam Ruth lalu melihat Damon tersenyum mengingat ancaman Ruth padanya. "Bersabarlah. Karna kau akan mendapatkan lebih Ruth." Ucap Damon sambil melihat wanita itu benar-benar mengodanya. Damon masih setia berusaha mencium Ruth hingga dan bertahan untuk mendengar Ruth memohon padanya. "Ayolah Damon. Aku tidak sabar." Ucap Ruth disela ciuman mereka dan ia merasakan jemari Damon yang bermain didalam miliknya. "Baiklah." Damon menyatukan kedua tangan mereka dengan erat lalu perlahan untuk menjadikan mereka bersatu dalam sekejap. Ia melihat tatapan Ruth yang sayu dan merasa lega karna merasakan betapa penuh dirinya saat ini. Damon menekan miliknya semakin keras dan dalam hingga wanita itu menyerang hebat tanpa memikirkan hal lain. Ruth berbeda dari Lioara atau Stela, Ia terlihat lebih agresif dan tidak tau malu dalam hal bercinta hingga mereka selalu mencapai kepuasan bersama. Suara erangan diantara mereka semakin keras bersamaan sentuhan kulit yang semakin kencang. Damon menarik Ruth dari meja itu dan menjatuhkan tubuh wanita itu disofa yang cukup besar tanpa melepaskan pegangannya sedikitpun. "Ahhh Damon. Kau kasar sekali." Ruth berteriak kencang saat ia hampir tidak bisa menahan gerakan yang dihasilkan pria tersebut. Namun ia memasang wajah merah karna merasa sangat nikmat saat Damon melakukan hal itu dengan kasar. "Aku lebih menikmati seperti ini Ruth."Damon semakin kasar saat merasakan sesuatu yang naik dan memenuhi dirinya. Ruth melingkarkan kakinya di pinggul Damon sambil berteriak kencang sambil memegang kuat sudut sofa tersebut hingga ia merasakan rasa hangat yang membanjiri dalam dirinya. Damon memungut ciumannya kembali pada wanita itu sebagai ucapan terimakasih lalu melihat wajah Ruth yang tersenyum senang. Ian menyandarkan dirinya disudut kursi sambil melihat pergerakan Alex yang mondar-mandir sejak tadi dihadapannya. Tatapan Ian yang tajam sesekali mencuri pandangan ke foto Ruth yang terpajang cukup besar bersama keluarganya disana. Sungguh sosok Ruth benar-benar membuat Ian terlihat seperti orang bodoh, Ia hanya melihat ke arah Ruth dan mencintai wanita itu secara tulus. Berharap bisa tertawa bersama seperti apa yang Damon dapatkan. "b******n itu sangat beruntung."bisik Ian secara spontan dengan pelan hingga membuat Alex menoleh kearahnya cepat. "Ada apa?" tanya Alex yang hanya mendengar suara Ian samar-samar. Pria paruh baya itu kini tidak terlalu peka terhadap hal-hal sekitar dan kesehatan Alex yang perlahan mulai menurun karna usianya. "Tidak, aku hanya berfikir bagaimana kau bisa menjodohkan anak mu dengan anak sahabat mu yang sudah tumbuh bersama sejak kecil." Ucap Ian membuat Alex langsung memutar tubuhnya dan menatap foto besar yang sedang ditatap oleh Ian. "Karna mereka saling mencintai." Jawab Alex singkat hingga Ian mengalihkan pandangannya ke arah Alex. "Menurut mu, apakah cinta harus diperjuangkan ?" tanya Ian lalu melihat Alex duduk dihadapannya dan tersenyum miring. "Tentu saja, jika itu bukan milik orang lain." Balas Alex sambil bertatapan tajam kearah Ian yang perlahan tersenyum tipis. "Bagaimana kalau aku mencintai milik orang lain?" "Berarti kau orang yang akan tersesat, Ian." Balas Alex dengan cepat terhadap pertanyaan yang baru saja dilemparkan oleh Ian. "Aku pulang dulu, pekerjaan hari ini menurut ku selesai dengan baik dan aku harap ini akan terus berlangsung." Ian bangkit dari tempatnya lalu meraih ponsel lalu memutar tubuhnya dengan cepat untuk keluar dari kantor Alex. Tanpa sengaja pria itu bertemu dengan Troy yang menatapnya dengan sangat tidak suka. "Ada apa ?" tanya Ian kepada Troy yang langsung memalingkan wajah dan berjalan masuk ke dalam kantor Alex hingga sengaja menabrak bahu Ian yang jauh lebih tegap darinya. "Dasar orang tua tidak tau diri."batin Ian lalu sedikit menoleh ke arah Troy dan menatap punggung pria itu dengan pandangan marah. Ian yang berusaha menahan amarahnya kembali kerumah untuk mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu. Rasanya sangat letih sekali bekerja di bawah Alex yang terlalu banyak permintaan, namun ia harus melakukan itu agar tujuannya tercapai. Pria tersebut masuk kedalam mobil dan segera meninggalkan rumah Alex yang sangat besar. Sesekali fikirannya melayang bersama Ruth, Ia berusaha melepaskan wanita itu namun entah kenapa semakin ia berusaha melepaskan Ian malah semakin ingin mendapatkan wanita yang benar-benar membuatnya masuk ke dalam kesesatan. Sesampainya dirumah, Ian mendengar pertengkaran kecil antara kedua orang tua nya dan ia berniat untuk melerai seperti biasa. "18 tahun yang lalu, aku harus merelakan anak kandungku sendiri karna kau tidak punya apapun. Sekarang kau ingin mengatakan pada Ian kalau ia hanya anak kecil yang kita ambil dari seorang wanita gila disaat usianya 3 tahun, kau ingin merebut nya kembali setelah semua ini? Apa kau tidak bisa diam saja agar Ian tetap hidup dengan kenangannya sejak ia berumur 3 tahun? " teriakan dari seorang wanita yang ia puja sebagai ibu itu membuat Ian terdiam dan langsung berusaha mencerna semua ucapan yang dikatakan wanita paruh baya itu. "Kau tidak bisa menutupi semua itu seumur hidup kalau ia adalah anak adikmu sendiri Mila. Bagaimanapun, dia anak kandung dari adikmu Lisa dan jika ingatannya hilang karna kecelakaan, itu hanya keberuntungan untuk kita saat ini." Jelas pria berbadan tegap sambil memegang kuat lengan Mila yang harus merelakan anak saat baru saja ia lahirkan ke ada seorang polisi karna saat itu mereka bahkan tidak punya uang 1 dollar pun untuk makan. "Tapi saat ini Ian sedang bekerja sama dengan Alex dan Troy yang melakukan itu semua terhadap Lisa. Aku sudah berjanji pada Lisa untuk tidak menyentuh Liora karna wanita itu yang sempat membantu Lisa keluar dari sana. Tolong jangan rubah Ian menjadi seorang monster."Tangis Mila terdengar memohon pada Martin yang menjadi suami sah nya tersebut. "Apa?" tanya Ian yang sejak tadi terdiam mendengarkan ucapan terhadap orang yang selama ini ia anggap malaikat. "Ian." Mila melihat ke arah Ian dengan pandangan datar dan berusaha mendekati pria itu. "Kalian membohongi ku." Bentak Ian dengan suara yang lebih keras tidak seperti biasanya. "Ian dengarkan ibu dulu." Wanita itu terus berusaha untuk meraih tubuh pria yang terlihat sangat marah dengan apa yang sudah menimpa hidupnya selama ini. "Aku bersenang-senang,makan enak dan menikmati semua fasilitas sedangkan ibuku mendekam di rumah sakit jiwa ?" tanya Ian melihat raja wajah Mila yang menunduk sambil menangis. "Ibumu sudah tiada Ian. Dia baru saja meninggal 6 bulan yang lalu." Ucap Mila kembali lalu melihat pria itu semakin bereaksi. "Kalian bahkan tidak memberi ku kesempatan untuk bertemu dengannya. Kalian bukan hanya pembohong tapi kalian adalah ...." Ian meremas rambutnya dengan kuat dan menggantung ucapannya karna tidak sanggup untuk mengatakan hal tidak pantas pada orang yang merawatnya dengan penuh kasih sayang itu. "Ian .. Kau mau kemana nak ?" Mila menahan tangan pria yang memutar tubuhnya itu. "Lepas bu. Aku tidak ingin melihat wajah memuakkan seperti kalian." Ian menarik tangannya lalu melirik ke arah ayahnya yang hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Mila mengejar Ian sambil meneriaki pria itu dengan suara tangis yang terus keluar dari bibirnya. "Ian .... Jangan pergi nak.. Ian." Mila berteriak semakin kencang saat pria itu sama sekali tidak peduli dengan nya. Ian berlari semakin cepat dan meninggalkan rumah yang ia tinggali sejak kecil itu dengan perasaan terluka. Semetara Mila terduduk sambil menangis histeris melihat Ian yang benar-benar meninggalkan dirinya tanpa toleransi apapun. Sungguh saat ini perasaan Ian sangat terluka dan sakit terhadap semua yang terjadi atas dirinya dan ibunya. "Jadi Pria itu, pria itu." Ian mengeratkan giginya dengan geram sambil meremas setir mobilnya mengingat nama yang disebut oleh Mila saat bertengkar tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD