Catatan 27

1084 Words
“It is a sweet sweet old time ya, Madame. Kalo kita membicarakan masa lalu memang selalu berkesan bukan?” Jacob kembali menenggak minuman yang ada di tangannya. Padahal setelah aku menerima uang dari Jacob, awalnya aku ingin segera pergi. Namun cerita masa lalu tentangku dan Jacob malah membuatku tertahan kembali di tempat ini. “Aku sempat tidak menyangka, seorang Lilia yang dad*nya belum tumbuh itu sekarang malah memiliki ukuran dad* yang berlebihan, hahaha,” kata Jacob sambil melirik ke arah bagian depanku. “Tapi serius, jangan pernah kau menawarkan tubuhmu padaku, Madame. Aku tahu, kau memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang indah, namun sejak awal hingga saat ini aku tetap menganggapmu seekor Anjing Kecil,” ucapnya lagi. “Menerima ucapan Anjing Kecil darimu membuatku benar-benar ingat saat aku tinggal bersamamu, Jacob. Mungkin jika orang lain yang mengatakan itu, aku akan marah. Tapi ketika kalimat itu meluncur dari mulutmu, aku merasa biasa saja dan bahkan bernostalgia.” Kata panggilan dari Jacob itu memang berkesan. Ketika kata panggilan itu keluar dari mulut Jacob, seketika ingatanku mundur ke saat aku masih bersenda gurau dengannya. Perasaan hangat dan hidup, perasaan ingin melindungi dan perasaan di mana di dalam lubuk hatiku merasa jika Jacob benar-benar seorang tuan yang harus dilindungi terbawa hingga hari ini. Padahal aku dan Jacob sering bertemu ketika aku telah menjadi seorang agen dan perasaan itu selama ini terkubur, namun cerita masa lalu itu kembali mengingatkanku tentang siapa sejatinya diriku. Aku jadi merasa bersalah sering mencatut nama Jacob ketika berada dalam kesulitan, merepotkannya jika aku membutuhkan sesuatu dan bahkan menggunakan uangnya dengan jumlah yang tidak sedikit. Tapi Jacob selalu berbaik hati kepadaku. “Jacob, sejatinya kau adalah orang baik yang memanusiakan manusia. Mungkin jalan yang kau pilih bukanlah jalan yang baik menurut banyak orang, tetapi kau hebat karena tidak kehilangan jati dirimu di dalam lingkungan buruk seperti ini.” Tanpa sadar mataku terpaku pada Jacob yang kembali menenggak minumannya. Awalnya Jacob tidak sadar, tapi kemudian ia menyadari jika aku menatap lekat ke arahnya. Jacob memberikan tatapan aneh kepadaku sambil mengernyitkan dahi dan menjauhkan wajahnya dariku. “Kau kenapa, Madame? Tatapanmu seperti orang yang sedang jatuh cinta!” protes Jacob. Aku segera tersadar dari lamunanku. Aku mengedipkan mata beberapa kali sambil memundurkan wajahku. “Ah maaf, aku selama ini tidak menyadari jika ternyata Tuan Muda Jacob sangat tampan, hahaha.” Bukannya tersipu, Jacob justru merasa aneh dengan kalimatku. “Kau sakit, Madame? Lebih baik kau segera pergi dari sini! Apa kau lupa jika kau telah mengganggu waktu pribadiku hari ini? Sekarang aku harus menyewa perempuan lain lagi untuk menuntaskannya!” Jacob justru marah ketika aku memujinya tampan. Tidak ada sama sekali isyarat cinta dari tatapan dan kalimatnya padaku. Aku mendengus kesal, lalu mengambil koper berisi uang yang aku letakkan di lantai ketika membicarakan masa lalu dan segera melangkah pergi dari tempat ini. Meski di akhir Jacob seakan marah kepadaku, tetapi aku yakin jika pria itu tidak pernah sekalipun membenciku. Hingga saat ini, Jacob sangat baik kepadaku. Bahkan dulu, Jacob juga yang mengenalkan Z, bocah mes*m penjual data gelap kepadaku. Waktu sudah sangat larut ketika aku keluar dari apartemen milik Jacob. Bukan hanya hari telah gelap, melainkan juga jalanan di Pusat Kota mulai sepi. Banyak toko tutup yang mematikan lampu bagian depan mereka. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling sambil tersenyum. “Hahhh… inilah sisi lain dari Pusat Kota. Sunyi dan gelap di mana seluruh kehidupan telah berakhir. Ah benar, aku harus menghubungi Bianka!” Aku ingat jika harus menghubungi Bianka karena membutuhkan bantuannya untuk rencanaku selanjutnya. Mendapatkan bantuan dari Jacob membuatku seketika dapat memikirkan cara untuk mengakhiri kasus ini dengan cepat. Namun ketika aku menghubungi Bianka, gadis manis pujaan hatiku tersebut tidak segera mengangkatnya. “Apa mungkin gadis itu sudah terlelap?” pikirku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirimkan pesan suara kepadanya. Aku buka ruang obrolanku dengannya, lalu aku tekan gambar mikrofon yang ada di pojok kanan bawah, kudekatkan ponsel dengan bibirku dan berkata, “mungkin aku akan membutuhkanmu dan Arena setelah ini, Bianka. Besok aku akan menyelamatkan semua korban.” Aku terus berjalan menyusuri Pusat Kota yang gelap dan sepi hingga sampai di depan Red Coffee. Di sana aku menyadari jika mobil milik Isac tidak lagi terparkir yang berarti Isac telah pulang ke Seaside Bar. “Sial, bagaimana caraku pulang ke Kota Nelayan? Tidak ada kereta api yang beroperasi tengah malam seperti ini! Di Red Coffee juga tidak menyediakan tempat untuk beristirahat, apa yang harus aku lakukan?” gerutuku. Di tengah rasa putus asa, akhirnya aku memutuskan untuk kembali berjalan menuju apartemen milik Jacob. Lagi-lagi di sana aku menemukan Jacob tengah bercinta dengan seorang perempuan sewaan. Ketika masuk ke ruang tengah, aku hanya memberikan tatapan sinis sambil berdecak kesal. Menyadari kedatanganku, Jacob yang sedang duduk landai di sofa menengadahkan pandangannya sehingga melihatku yang berada di belakangnya. “Kau kembali, Madame? Ada yang tertinggal?” Perempuan sewaan Jacob merasa malu dengan kehadiranku dan segera memungut pakaiannya yang tergeletak di lantai dan menutupi tubuhnya dengan pakaian itu. Aku yang sama sekali tidak terkejut dengan apa yang Jacob lakukan, hanya menatap perempuan itu dengan sinis dan berkata, “tenanglah, Jal*ng! Aku tidak ingin mengganggu waktu kalian! Aku hanya tidak memiliki tempat untuk tidur malam ini dan ingin meminjam salah satu kamar di apartemen ini!” “Begitukah? Baiklah, kau bebas memilih salah satu kamar asal bukan kamar milikku, hahaha,” sahut Jacob yang tengah telanj*ng. Tanpa memedulikan kegiatan pribadi Jacob, aku segera berlalu dan masuk ke salah satu kamar di apartemen ini. Aku mengunci pintu dari dalam,membersihkan diri dan segera beristirahat. Hari ini adalah hari yang panjang, banyak drama dan konflik yang terjadi namun segalanya dapat berakhir baik. Hari berganti, pagi hari ketika aku bangun dan selesai bersiap, aku bergegas keluar dari apartemen milik Jacob untuk segera menuju ke Kota Nelayan. Ketika aku keluar dari kamar menuju ruang tengah, aku melihat Jacob tengah tertidur di sofa tanpa busana bersama dengan wanita sewaan yang juga terlelap di pelukannya. Sebuah pemandangan romantis, erotis namun juga menggelikan menjadi sarapanku hari ini. Aku hanya berdecak kesal dan berlalu meninggalkan dua orang yang sedang berada di alam lain itu. Entah surga atau neraka tempat mereka sekarang, aku tidak peduli. Aku segera berjalan kaki ke stasiun kereta sambil membawa satu koper yang berisi penuh dengan uang tunai. Aku tahu, jika ada orang yang menyadari apa yang aku bawa, pasti aku akan menjadi sasaran empuk. Tapi aku tidak khawatir karena tidak ada orang yang berani menyentuhku. Siapapun orang yang berani menyentuh koper ini akan kuhajar, dan butuh lebih dari 20 orang dewasa untuk melumpuhkanku seorang diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD