Catatan 30

1846 Words
Aku duduk di dalam mobil sambil menghidupkan pendingin udara karena di luar terasa cukup panas. Meski kawasan ini dikelilingi hutan tropis, namun ketika siang terik seperti ini cuaca juga terasa cukup menyengat. Aku memainkan ponsel dan sesekali melihat ke luar untuk memastikan aku tidak melewatkan Zayn yang keluar membawa para tahanan yang kutebus. Ketika tanpa sengaja aku melihat kaca spion sebelah kanan, terdapat sebuah mobil yang berjalan mendekat ke arah mobilku. City car berwarna hitam yang terlihat tidak asing berhenti tepat di sebelah mobil sedan hitam milik Zayn. Karena terkejut dengan kehadiran city car hitam tersebut, aku segera turun dan menghampiri mobil itu. Seorang gadis berambut pendek dengan riasan wajah minimalis namun berkelas keluar dari mobil itu dan menatapku dengan senyum yang menawan. Aku hanya dapat terbelalak melihat kehadiran gadis yang tidak kusangka ini. “Hai Madame, kenapa kau terkejut?” ucap gadis itu sambil tersenyum. Gadis itu terlihat menggunakan kacamata hitam khusus milik The Barista yang merupakan versi lama dari lensa kontak yang aku gunakan. “Ah tidak, aku hanya tidak menyangka kau tiba-tiba ada di sini, Bianka," jawabku sambil terus mendekat ke arahnya. “Saat aku bangun tidur, aku melihatmu menghubungiku beberapa kali dan mengirimkan pesan suara. Setelah mendengar pesan suara darimu, aku segera menghubungi agen Isac dan ia mengatakan jika kau sedang menyelesaikan urusanmu dengan Hook.” Jawab Bianka sambil menutup pintu mobilnya. “Lalu bagaimana kau menemukanku?” “Tidak sulit, Madame.” Bianka berjalan melewatiku dan terus berjalan menuju ke mobil yang kupakai, lalu melihat ke dalam mobil dari kaca sebelah kanan yang terbuka. “Mobil ini memiliki fasilitas GPS yang bisa dipantau dari manapun. Aku hanya harus mengikuti ke mana mobil ini berjalan bukan?” Bianka melirik ke arahku sambil tetap tersenyum. Aku tidak dapat berkata apapun menanggapi kalimat dari Bianka. Mungkin karena aku tidak terbiasa bekerja secara tim, kedatangan seseorang yang di luar ekspektasi seperti hari ini tidak masuk ke dalam perbendaharaan situasiku. Lalu sayup-sayup aku mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan berbincang dari dalam gubuk kecil di depanku. Semakin lama suara itu terdengar semakin jelas, lalu siluet beberapa orang muncul dari balik kegelapan gubuk itu. Zayn, Alea, dan lima orang tahanan yang berhasil aku tebus keluar dari sana. Lima orang tahanan itu terlihat lebih bersih jika dibandingkan dengan ketika mereka berada di dalam penjara. Meski begitu, tatapan mata mereka masih tetap terlihat tidak memiliki harapan hidup. “Nona Rin Abriana Lee, ada apa Nona datang ke tempat ini? Apakah Nona ingin melihat-lihat koleksiku yang lain? Mungkin Anda berminat,” ucap Zayn antusias melihat Bianka ada di hadapannya. Dengan langkah cepat Zayn berjalan mendekat ke arah Bianka lalu mengajaknya bersalaman. Dengan senyum manis yang tetap terukir di wajahnya, Bianka menyambut tangan Zayn dengan hangat. Aku melihat pemandangan itu seperti dua orang sahabat yang lama tidak bertemu. Perlakuan Zayn yang sangat terlihat jelas hanya mengincar uang Bianka, justru mendapatkan sambutan hangat dari perempuan muda itu. Bianka benar-benar menunjukkan sikap yang manis dan berkelas, caranya bernegosiasi seakan berada di dunia yang berbeda denganku. Bukan berarti kemampuanku kalah darinya, melainkan ada perbedaan cara dalam bernegosiasi. Aku selalu membutuhkan bantuan agen pribadiku dalam bernegosiasi dengan lawan, berbeda dengan Bianka yang dapat mengatasi hal itu seorang diri. Kemampuanku untuk mengambil rasa percaya seseorang untuk menjadi agen pribadi tidak perlu diragukan lagi, tapi kemampuan untuk bernegosiasi secara langsung aku kalah dari Bianka. Bahkan saat bernegosiasi dengan Zayn pun, aku harus mencatut nama Jacob dan meminta bantuan Sheera. Sedangkan Bianka, hanya dengan senyum manis dari wajahnya dan uang yang ia miliki, Bianka mampu mengambil hati Zayn yang materialistis. “Nona Rin, bagaimana bisa kau sampai ke sini? Padahal tempat ini sangat tersembunyi di dalam pemukiman primitif,” sahut Alea menyela pertemuan dua sahabat lama di depanku. “Rupanya kau teliti juga, Nona Alea. Tempat ini memang tersembunyi, bahkan aku salut dengan kalian yang dapat menemukan berlian di tengah hutan seperti ini. Tapi memang sebelumnya Madame Lilia meminta bantuan dariku, karena mobil miliknya tidak dapat memuat lima orang sekaligus,” jawab Bianka tersenyum sambil melirik ke arahku. Lagi-lagi aku dibuat kagum dengan cara Bianka berimprovisasi. “Ah, apakah semua sudah siap? Kita bisa pergi sekarang?” Bianka kembali mengalihkan matanya kepada Zayn. Alea seperti tidak puas dengan jawaban Bianka. Gadis polos… ya, polos, gadis polos itu mengerutkan dahi sambil menatap tajam kepada Bianka. Dari awal bertemu hingga sekarang, tatapan curiga dari Alea tidak pernah berubah. Sepertinya Alea masih belum dapat percaya kepadaku. Mendengar ucapan Bianka, Zayn segera meminta Alea untuk membawa lima anak yang ada di sampingnya untuk masuk ke dalam mobilku dan Bianka. Setelah semua korban masuk, aku segera berpamitan dan meninggalkan tempat mengerikan ini. Dalam perjalanan pulang menuju Pusat Kota, aku dikejutkan dengan suara Bianka yang tiba-tiba terdengar di mobilku, padahal ia sedang mengemudikan mobil yang berjalan santai di belakangku. “Sepertinya selir Zayn masih menaruh curiga terhadapmu, Madame.” “Hei, bagaimana suaramu dapat masuk ke dalam mobilku?” sahutku bingung. “Ah, dasar agen serior! Selalu tertinggal jika berurusan dengan teknologi! Mobil yang kau kendarai bukan hanya dilengkapi dengan GPS dan layar pintar, melainkan juga jalur komunikasi khusus. Berterima kasih lah kepada Isac yang merancang semua ini,” ucap Bianka mengejekku. “Seorang old school agent sepertiku memang harus belajar menyesuaikan diri dengan zaman ya, Bianka, hahaha…” Aku merasa malu kepada Bianka. “Ngomong-ngomong, aku masih bingung dengan sikap yang ditunjukkan oleh Alea. Ia adalah orang yang merekomendasikan Zayn untuk bertemu denganku, tetapi ketika ia melihatku untuk pertama kali, tatapan matanya sama seperti hari ini, seakan penuh dengan rasa curiga.” “Wah, jika memang seperti itu, aku juga tiqdak dapat berkata apa-apa, Madame.” Keheningan tercipta setelah kalimat itu meluncur dari Bianka. Hingga melewati perbatasan antara Kota Nelayan dan Pusat Kota, tidak ada obrolan yang berarti hingga tiba-tiba sebuah kalimat yang membuatku terkejut keluar dari Bianka. “Ngomong-ngomong, Madame, dengan selesainya misi hari ini, maka kasus yang kita tangani bisa segera ditutup. Prioritas utama kasus ini adalah menyelamatkan para korban, bukan menangkap si penculik. Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?” Ucapan Bianka benar-benar membuatku bingung. Sebenarnya apa yang akan aku lakukan sudah sangat jelas, tetapi aku bingung, apakah aku harus mengatakan semua itu kepada Bianka atau tidak. Dalam keadaan seperti sekarang, tiba-tiba rasa percayaku terhadap Bianka seketika memudar. Aku teringat dengan Bianka yang lihai dalam berimprovisasi dan menggali informasi, dan muncul rasa curiga dariku bahwa Bianka sedang berusaha mencari informasi dariku. Akhirnya aku hanya diam, benar-benar diam hingga hanyut ke dalam alam lamunan selama perjalanan menuju ke Arena. Aku tidak memiliki keberanian untuk menjawab pertanyaan Bianka. Namun aku sadar, sikap diamku ini justru menimbulkan kecurigaan dari Bianka, bahkan mungkin keseluruhan dari The Barista. Seorang agen yang baru saja dipulangkan dari hukuman di luar negeri, tiba-tiba sudah berulah lagi. “Madame… Madame…” Suara Bianka yang berulang kali memanggilku berhasil menyadarkanku. “Ah, iya? Maafkan aku, sepertinya aku sedang melamun,” sahutku lesu. “Kita akan langsung menuju ke Arena, karena tidak mungkin aku membawa mereka berlima di mobilku.” Bianka memberikan instruksi kepadaku. Untuk proses rehabilitasi setelah keluar dari penjara milik Hook, Bianka mengambil alih peran ini tanpa perintah dari Nova maupun The Barista. Inisiatif yang dilakukan oleh Bianka juga sudah disetujui oleh The Barista dengan pertimbangan yang matang. Aku dan Bianka tiba di sebuah apartemen sederhana yang ada di salah satu kompleks Pusat Kota. Lalu Bianka mengajakku dan lima orang korban Hook untuk berjalan kaki menuju sebuah gang kecil di samping sebuah minimarket. Terdapat sebuah pintu besi berwarna hitam yang terlihat memiliki kunci khusus di dalam gang tersebut. Dengan santai Bianka membuka kunci tersebut seakan sudah terbiasa memasukinya. Lagi-lagi aku harus menghadapi sebuah lorong gelap setelah memasuki pintu hitam dan menuruni beberapa anak tangga. Suara tetesan air terdengar nyaring dan bergema di tempat ini. Bukan hanya suara tetesan air, suara langkah kaki tujuh orang yang baru saja memasuki tempat ini pun ikut bergema. Datang ke tempat ini membuatku bernostalgia ketika melarikan diri dari kediaman Jacob. Saluran air pusat kota ini menjadi saksi titik balikku dari seorang anak ingusan lemah yang tidak bisa apa-apa menjadi seorang anak kecil berusia 10 tahun yang mematikan. Dan sekarang, aku kembali ke saluran air ini, berjalan bersama orang-orang yang berhasil aku keluarkan dari neraka, membuatku seakan melihat lagi sosok anak kecil pemberani di masa lalu itu. Setelah beberapa saat berjalan melewati lorong-lorong saluran air bawah Pusat Kota, aku sampai di sebuah tempat yang cukup luas, yang mungkin sama luasnya jika dibandingkan dengan permukaan. Berbeda dengan kawasan bawah Pusat Kota yang kumuh dan padat, di tempat ini terdapat sebuah distrik bersih dengan beberapa fasilitas yang lengkap seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan serta beberapa fasilitas hiburan yang dibangun secara portable. “Selamat datang di Arena, Madame,” sapa Bianka ketika memasuki distrik tersebut. Aku mencoba menelisik alasan mereka membangun tempat ini secara portable. Aku melihat ke sekeliling, dan akhirnya aku menyadari sesuatu. Distrik Arena dibangun di bawah saluran air yang memiliki kemungkinan meluap untuk mencegah banjir terjadi di permukaan. Potensi banjir yang besar memiliki resiko tinggi apabila membangun sesuatu secara permanen di tempat ini. Menyadari alasan itu membuat ujung bibirku tersungging. Seorang Bianka, perempuan yang memiliki badan kecil itu ternyata dapat membangun kawasan yang seharusnya tidak layak huni menjadi kawasan yang cocok untuk bersembunyi. Aku terus berjalan melewati beberapa kompleks hiburan. Di sepanjang perjalanan, orang-orang di dalam tempat itu memandang Bianka dengan segan. Padahal orang-orang itu memiliki postur tubuh yang jauh lebih besar dari Bianka, tetapi wibawa yang Bianka bawa berhasil menaklukkan mereka. Setelah melewati kawasan hiburan, aku dan Bianka bertemu dengan seorang perempuan gemuk yang aku taksir berusia di atas empat puluh tahun, kemudian Bianka menyerahkan lima orang korban yang berhasil aku selamatkan kepadanya. “Dua anak sebelumnya apakah sudah pulih?” tanya Bianka kepada wanita itu sembari menyerahkan kelima anak yang ada di sampingnya. “Sudah sangat luar biasa, Nona Bianka. Mereka sudah siap lahir batin, dan sudah kembali ke keluarganya masing-masing.” Wanita itu menjawab dengan bahasa yang formal dan santun. Dari sini aku semakin dapat melihat wibawa seorang Bianka. “Bagus, sekarang aku minta tolong untuk merawat lima anak ini ya, Nyonya.” Bianka memberikan senyum yang hangat kepada wanita di depannya. Senyum hangat yang mengindikasikan jika Bianka juga menghormati posisi wanita tersebut. “Serahkan padaku, Nona. Semua anak ini akan menjadi generasi penerus yang luar biasa,” sahut wanita itu antusias. Bahkan dari sorot matanya, wanita itu tidak terlihat tertekan sama sekali, bahkan dengan senang hati menerima tanggung jawab dari Bianka. Arena, sebuah tempat yang dulu merupakan sarang peredaran narkoba bawah tanah, sekarang berubah menjadi distrik tempat berkumpulnya para agen pribadi milik Bianka. Agen-agen yang tersebar ke seluruh penjuru negeri, yang memiliki tugas untuk menyelidiki peredaran narkoba dan kriminal lain di jalanan, menggunakan saluran air bawah tanah Pusat Kota untuk menjadi tempat berkumpul yang kondusif. Mungkin memang tempat ini tidak sepenuhnya bersih, ada banyak hal jalanan seperti prostitusi dan perjudian yang dapat ditemukan di distrik ini. Tapi Bianka mengatakan kepadaku jika keadaan sosial di tempat ini sangat kondusif dan dapat menjadi contoh untuk tempat lain di mana tidak ada perundungan secara berlebihan serta orang-orang di dalam Arena saling mendukung dan menghargai satu sama lain terlepas dari latar belakang orang tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD