Catatan 54

1541 Words
“Haaahhh…” Aku hanya dapat menghela nafas di dalam taksi ketika perjalanan menuju ke penginapan yang digunakan Sheera sebelum ia meninggal. Aku masih berkabung atas kematian Sheera, namun aku tidak boleh terlalu lama larut dalam rasa kehilangan. Masih ada banyak hal yang harus aku lakukan, seperti mencari tahu pelaku pembunuhan dan membalaskan dendam atas kematian Sheera. Sekitar sepuluh menit perjalanan menggunakan taksi, akhirnya aku sampai di penginapan yang disebutkan oleh Alea semalam. Penginapan sederhana sekelas hotel melati dengan kamar-kamar yang berjejer rapi tanpa ada fasilitas penunjang lain seperti kolam renang atau restoran, hanya deretan kamar dan resepsionis. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling penginapan. Penginapan ini tampak sepi, hanya ada satu atau dua mobil pengunjung yang terparkir di sini. Aku melihat sebuah kamar dengan pintu terbuka yang dipasangi garis polisi. Otak pendekku langsung menyadari jika kamar itu adalah tempat kejadian perkara. Aku melangkah perlahan mendekati kamar itu, mengintip dari pintu kamar dan menemukan bercak darah yang disebut oleh Alea dalam ceritanya semalam. Ketika menyadari jika darah itu adalah milik Sheera, darahku tiba-tiba mendidih. Air mataku kembali menggenang, aku tidak dapat menahan kesedihan dan rasa kehilanganku terhadap gadis polos yang selalu ceria itu. “Permisi, Nyonya, ada yang bisa saya bantu?” Suara seorang lelaki muda yang tiba-tiba ada di sebelahku membuatku terkejut. “Ah!” Aku mengusap mataku yang mulai basah, lalu menoleh ke arah pria tersebut. “Maafkan aku, Tuan. Aku hanya…” “Pasti anda memiliki hubungan dengan korban semalam ya?” Pria itu langsung dapat menebak siapa aku hanya dengan melihat caraku menatap kamar itu. Aku hanya tersenyum getir mendengar kalimat pria yang mengenakan kaos berkerah dengan logo penginapan di dad* sebelah kirinya. “Wanita itu memiliki nasib yang sangat malang, baru pertama kali ada kejadian tidak menyenangkan seperti itu di sini. Biasanya, pertengkaran kecil memang terjadi, namun tidak sampai merenggut nyawa seseorang.” Pria itu sepertinya juga masih merasa terpukul dengan kejadian yang menimpa penginapan ini semalam. “Mohon maaf, Tuan. Tetapi jika aku boleh meminta tolong kepadamu, dapatkah aku mendapatkan identitas dari pengunjung di kamar ini? Aku mendengar dari saksi, ia berkata bahwa pelaku melarikan diri,” ucapku. “Apakah anda seorang polisi? Maafkan saya, tapi saya hanya memberikan identitas pelaku kepada pihak yang berwajib,” jawab Pria itu. Aku salut, meski dalam keadaan seperti ini, pria di sampingku masih menjaga profesionalitas untuk melindungi identitas pengunjung yang menginap di tempat ini. “Jadi, aku tidak bisa mendapatkan identitas pengunjung karena aku bukan polisi? Baiklah, kau memang seorang pegawai yang baik, Tuan. Aku akan undur diri dari sini.” Aku berbalik dan melangkah pergi, masuk ke taksi yang masih menungguku di halaman parkir penginapan ini dan memintanya untuk mengantarku ke stasiun kereta karena aku akan pergi ke Pusat Kota. Tujuan utamaku untuk datang ke Pusat Kota tidak lain dan tidak bukan adalah menemui Jacob. Bagaimanapun, Jacob adalah mentor langsung dari Sheera, sehingga ia berhak tahu atas berita kematian dari muridnya tersebut. Tanpa membuang waktu lagi aku segera berjalan cepat dari stasiun ke apartemen Jacob. Di dalam apartemen, pria itu rupanya tengah berada di ruang kerjanya, menghubungi seseorang di seberang sana untuk membicarakan urusan bisnis, terdengar dari cara Jacob berbincang. Aku memutuskan untuk menunggu, tidak ingin mengganggu pekerjaannya. Menyadari kehadiranku di tengah pintu ruang kerjanya, Jacob melirik sebentar kemudian memberikan tanda kepadaku untuk menunggu lalu melanjutkan obrolannya di telepon. Tidak lama setelah itu, Jacob menyuruhku masuk ke ruang kerjanya setelah sambungan telepon terputus. “Hei, Madame, Masuklah! Kenapa wajahmu terlihat murung seperti itu?” Jacob sadar jika ada sesuatu yang salah denganku. Tanpa menjawab pertanyaan Jacob, aku melangkah perlahan ke dalam ruang kerjanya. Aku menatap Jacob lekat, lalu sedikit mengalihkan pandanganku sebelum kemudian mengambil tempat duduk di meja, berhadapan langsung dengan Jacob. “Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Ceritakanlah padaku,” ucap Jacob sambil sedikit mengelus pahaku. Aku tidak memberikan perlawanan pada perlakuan Jacob, karena aku masih tidak dapat berpikir jernih saat ini. Aku kembali menatap Jacob dengan lekat, mengambil nafas panjang lalu berkata, “Sheera terbunuh.” Ucapan singkatku berhasil membuat suasana hati Jacob yang awalnya ceria, tiba-tiba menjadi murung. Tatapannya berubah, ada kemarahan terpendam yang aku rasakan dari raut wajahnya. “Kau sudah mengkonfirmasi jika Sheera benar-benar dibunuh?” tanya Jacob dengan nada datar. Meski begitu, aku dapat melihat dengan jelas jika tangan Jacob sedikit bergetar. Ia benar-benar marah saat ini, namun tidak menunjukkan emosinya di depanku. Pria ini memilih untuk menyimpan kemarahannya di dalam kepala. “Sudah, aku bahkan ikut dalam prosesi pemakaman Sheera di Kota Nelayan pagi ini,” sahutku datar. Aku berusaha mengimbangi emosi yang disampaikan oleh Jacob di permukaan. “Pembunuh Sheera sudah tertangkap?” tanya Jacob. “Belum, aku ingin meminta bantuanmu untuk mencari orang yang membunuhnya,” jawabku. Jacob menghela nafas panjang, lalu kembali mengotak-atik komputer yang ada di depannya. Aku ikut memperhatikan layar komputer Jacob dan menemukan jika pria di depanku sedang berusaha menghubungi Z, informan pribadi yang selalu tahu segalanya. Cukup lama menunggu sambungan telepon dengan Z, namun bocah itu masih belum juga mengangkatnya. Tangan Jacob terlihat semakin gemetar, nafasnya memberat karena aku yakin ia menahan emosi yang akan meledak. Sekitar beberapa menit kemudian, ya, tidak salah, beberapa menit bukanlah waktu yang sebentar jika digunakan untuk menunggu. Beberapa menit kemudian, sambungan telepon dengan Z akhirnya terhubung. “Hai, Tuan Jacob, ada pekerjaan untukku?” sapa Z dari ujung telepon dengan ceria. Bocah itu masih belum mengetahui apa yang terjadi, sehingga wajar jika ia masih memberikan respon yang ceria. “Ada, aku akan membayarmu mahal untuk pekerjaan ini.” Suara Jacob terdengar semakin berat, aku hanya diam mendengarnya. Saat ini Jacob tampak menyeramkan, rasanya aku tidak berani mengusiknya. “Wah benarkah? Pekerjaan apa itu, Tuan?” sahut Z antusias. Bocah itu tampak benar-benar senang mendapat pekerjaan dari Jacob. “Aku ingin kau mencari informasi tentang orang yang membunuh Sheera!” perintah Jacob. Tangannya sudah mengepal erat dan gemetar di atas papan ketik, aku melihat mata Jacob memerah, sepertinya emosinya akan meledak tidak lama lagi. “Baiklah, Tuan. Aku akan mencari informasi tentang… tunggu sebentar!” Z memotong kalimatnya. Sepertinya ia baru menyadari sesuatu. “Sheera, terbunuh?” Nada bicara Z terdengar jelas jika ia merasa terkejut. Mungkin sebelum ini ia sedang kurang fokus sehingga terlambat menyadari hal itu. Jacob tidak memberikan jawaban kepada Z, membiarkan bocah itu mencerna ucapan Jacob. “Hahhh… hahhh... “ Aku mendengar suara nafas terengah dari Z di ujung sana. “Aaargh!!” Z mengerang, suaranya terdengar seperti sedang kesakitan. “Z, tenanglah!” Aku ikut bersuara. Aku berharap, suaraku dapat membuat Z sedikit lebih tenang. Z masih saja terengah, beberapa kali aku mendengarnya berteriak. Beberapa kali juga, aku mendengar suara barang yang terjatuh, mungkin Z sedang berusaha mengendalikan perilakunya di sana. Sebelum ini aku tidak pernah menyadari kedekatan antara Z dan Sheera, tetapi dengan adanya kejadian ini, aku dapat menyimpulkan jika Sheera merupakan orang yang berharga bagi Z, sehingga membuat Z hampir kehilangan kendali atas dirinya ketika mendengar kabar tentang kematian Sheera. Beberapa saat kemudian, nafas Z mulai terdengar lebih tenang. Tidak ada lagi suara terengah dan teriakan yang aku dengar, tidak ada lagi suara barang jatuh yang aku dengar. Sepertinya Z mulai dapat mengendalikan dirinya di sana. Aku dapat sedikit bernafas lega, setidaknya Z dapat mengendalikan dirinya. “Z, kau dapat mengendalikan dirimu?” tanyaku lembut agar membantu Z menjadi lebih tenang. “Madame, kau ada di sana?” tanya Z sambil tetap terengah. Suara Z masih terdengar berat, ia masih berusaha mengendalikan diri. “Iya, aku yang memberikan informasi kepada Jacob tentang kematian Sheera. Dapatkah kau membantuku dari sana?” Aku berusaha berkata selembut mungkin, aku tidak ingin menambah beban pikiran Z. “Hahhh… baiklah, aku sedang mencoba untuk sedikit lebih tenang. Haahhh… apa yang bisa aku bantu untuk kalian di sana? Aku tidak memiliki informasi apapun tentang si pembunuh.” Suara Z masih terdengar cukup berat, namun tampaknya ia sudah lebih tenang dari sebelumnya. “Aku tahu kau dapat membantuku, Z. Aku memiliki sedikit informasi untukmu. Aku ingin kau masuk ke dalam sistem informasi sebuah penginapan yang terletak di bagian utara Kota Nelayan, lalu cari tamu terakhir yang menginap di kamar 105. Orang itu adalah pembunuh dari Sheera. Setelah kau mendapatkan informasi orang tersebut, coba kau lacak keberadaan orang itu.” Aku mengeluarkan apapun yang ada di dalam kepalaku, dengan harapan Z dapat memperoleh informasi berdasarkan petunjuk terbatas yang aku miliki. Cukup lama aku menunggu Z mencari informasi, Jacob bahkan sampai mengajakku untuk bersantai di balkon, sedikit mengenang sosok Sheera yang manis dan lugu itu. Jacob menceritakan bahwa ketika bersama dirinya, Sheera bukanlah gadis yang gampang belajar sesuatu. Jacob harus bekerja ekstra keras untuk membuat Sheera menjadi gadis yang pandai mengambil hati orang lain dan bernegosiasi. Pada awal masa latihan, Sheera berkali-kali harus menangis. Jacob berkata bahwa ia harus melakukan itu semua, menghabiskan seluruh air mata dan emosi Sheera ketika masa latihan agar ketika terjun ke lapangan, Sheera dapat bekerja tanpa emosi di hatinya. Jacob berkata jika ia sengaja menciptakan robot bertubuh manusia dalam diri Sheera. Aku hanya dapat menghela nafas ketika mendengar cerita dari Jacob. Bukan hanya aku, Jacob juga orang yang memiliki banyak kenangan dengan gadis yang selalu tampak ceria dan tidak memiliki masalah di permukaan itu. Aku paham, Jacob juga merasakan kehilangan yang teramat sangat. Bagaimanapun, aku harus dapat membalaskan dendam atas kematian Sheera, meskipun harus mengorbankan nyawaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD